Abstrak: Mengajar pada prinsipnya merupakan suatu perbuatan yang
kompleks (a highly complexion process), karena dituntut kemampuan personal,
profesional dan sosial kultural secara terpadu dalam proses pembelajaran,
dituntut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam
interaksi siswa serta harus mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, nilai
dan ketrampilan dalam proses pembelajaran. Depdiknas sebagai instansi yang
memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan proses pembelajaran telah
melakukan berbagai inovasi pembelajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas IV materi kenampakan alam dan
buatan melalui metode karyawisata.. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan
penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Yang terdiri dari siklus-siklus yang saling berhubungan
dimana masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahapan: 1) perencanaan
tindakan, 2) pelaksanaan tindakan 3) observasi, dan 4) refleksi. Apabila siklus
pertama belum mencapai tujuan yang ditargetkan maka dilanjutkan dengan siklus
kedua yaitu perbaikan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian
ini dilaksanakan di SDN Kebonsari 4 Malang pada kelas IV materi kenampakan alam
dan buatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya : hasil
jawaban lembar tugas siswa, angket respon siswa dalam proses pembelajaran,
observasi, wawancara, dan validasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode
karyawisata pada materi kenampakan alam dan buatan dapat meningkatkan pemahaman
siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang.
Kata Kunci: kenampakan
alam dan buatan, metode karyawisata.
Pendahuluan
Undang-undang
No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal
tersebut memberikan arti bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan perlu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Aktif disini dapat diartikan sebagai kegiatan siswa
dalam mengkonstribusi pengetahuan sehingga peran guru yaitu memfasilitasi agar
proses konstruksi tersebut dapat terjadi. Pasal 6 UU No. 14 tahun 2005
menyatakan bahwa “kedudukan guru dan dosen yang profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik”.
Hal ini sesuai
dengan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan bagian dari
sistem pendidikan nasional di negara kita. IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
yang berkaitan dengan isu global. Pembelajaran IPS bukan hanya sebatas pada
upaya untuk mentransfer konsep dari guru pada siswa yang bersifat hafalan
belaka, tetapi lebih menekankan pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa
yang mereka pelajari sebagai bekal dalam memahami dan menjalani kehidupan
bermasyarakat dilingkungan yang dinamis dan kompleks, sehingga mereka mampu
menjadi warga Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab dan menjadi warga
dunia yang damai. Hal ini menunjukkan bahwa IPS merupakan salah satu pelajaran
yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Oleh karena itu peningkatan mutu
pembelajaran IPS harus diperhatikan.
Namun
faktanya, saat ini minat, motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata
pelajaran IPS masih rendah. Dengan demikian mutu pembelajaran IPS pun belum
bisa mencapai hasil yang optimal, karena masih banyak siswa yang memiliki
persepsi negatif terhadap mata pelajaran IPS. Sebagian siswa beranggapan bahwa
IPS merupakan pelajaran yang membosankan, materinya luas, terdiri dari fakta-fakta,
konsep-konsep dan hanya bersifat hafalan saja. Hal ini karena siswa hanya
mendapat informasi yang minimal dari guru, karena dalam penyajiannya guru
cenderung ke metode ceramah dan selanjutnya memberi tugas, karena metode ini
dianggap yang paling efektif. Di sisi lain IPS bukan mata pelajaran yang di
Ujian Nasional kan, sehingga berakibat siswa tidak tertarik dan merasa enggan untuk
mempelajari IPS.
Presepsi
negatif tersebut juga dimiliki oleh siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang.
Terbukti dari hasil observasi penelitian saat proses pembelajaran IPS
berlangsung, antusiasme siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS masih sangat
rendah. Sebagian besar dari mereka banyak yang tiduran di bangku, berebut alat
tulis, mengobrol dan bergurau dengan teman sebangku, asyik melamun, keluar
masuk ijin ke kamar mandi, bahkan ada siswa yang bertengkar ketika guru
menyampaikan pelajaran. Dengan demikian
tentunya berimbas pada kurang maksimalnya hasil belajar yang dicapai.
Dari hasil
ulangan harian mata pelajaran IPS siswa kelas IV yang berjumlah 44 siswa,
menunjukkan bahwa ketuntasan 20 siswa atau 40% yang mencapai ketuntasan minimal
(KKM) yaitu 70. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 24 siswa atau 60%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang masih rendah atau
dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Berdasarkan
hasil observasi peneliti pada saat guru mengajar di kelas, diantaranya (1) guru
tidak melakukan kegiatan membuka diawal proses pembelajaran, (2) guru sering
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, (3) siswa hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru tanpa diberikan kesempatan untuk terlibat dalam proses pembelajaran
di kelas, (4) tidak ada media yang digunakan hanya bersumber dari buku paket,
(5) ada beberapa siswa yang kelihatan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
guru, siswa lainnya cenderung sibuk sendiri daripada mengikuti pembelajaran
dengan aktif, (5) ketika diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi siswa cenderung
menyontek jawaban temannya karena belum mengerti materi yang telah dijelaskan
guru, (6) siswa tidak terlatih berfikir kritis, (7) suasana kelas cenderung
gaduh pada saat guru menerangkan terutama yang duduk di bangku belakang,
selanjutnya (8) guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada di
LKS. Keadaan seperti ini terjadi disebabkan metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru tidak menyenangkan dan monoton. Dengan ceramah akan membentuk siswa
yang kurang aktif menjadi semakin pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan
guru tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan yang dimilki,
seperti keberanian dalam menyampaikan hal yang belum dipahami maupun yang sudah
dipahami. Akibatnya siswa merasa bosan ketika proses pembelajaran berlangsung.
Melalui
kondisi yang demikian, maka perlu diadakan upaya untuk memperbaikinya agar
proses pembelajaran lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat ditingkatkan
yang nantinya juga akan meningkatkankan mutu pembelajaran IPS. Salah satu
solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan penerapan
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Misalnya dengan
cara penerapan metode pembelajaran yang tepat dimana dalam proses pembelajaran
IPS, guru hendaknya lebih memberikan ruang berfikir dan mengutamakan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan ruang berpikir yang cukup, maka
siswa akan lebih leluasa untuk menggali dan mengembangkan gagasan yang turut
mendukung pengembangan potensi dirinya. Melalui keaktifan siswa akan lebih
mudah untuk memahami materi, karena mereka mengalami, menghayati dan mengambil
pembelajaran dari pengalamannya, serta rasa percaya diri siswa akan terbangun. Salah
satu metode pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa adalah metode
karyawisata. Karena dengan metode karyawisata, pengalaman yang didapat langsung
akan sangat berharga dalam pembelajaran IPS, karena informasi dan materi dapat
tersimpan lama dalam ingatan, dan juga mampu memberikan wawasan yang lebih
tepat dan akurat.
Menurut Djamarah
(2006: 105) pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak keluar sekolah untuk
meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi
tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataan.
Karena itu, dikatakan metode karyawisata merupakan cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar
sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut.
“Bagaimanakah metode karyawisata yang
dapat meningkatkan pemahaman kenampakan alam dan buatan?”
Metode
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk memperoleh data verbal, yang berupa ungkapan siswa dalam
menyelesaikan lembar tugas secara
individu maupun secara kelompok. Berdasarkan penjelasan tersebut, Moleong
(2006:8-13) berpendapat bahwa pendekatan kualitatif memenuhi karakteristik
sebagai berikut: (1) latar alamiah, (2) manusia sebagai alat (instrumen), (3)
metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) lebih mementingkan
proses dari pada hasil dan (6) desain yang bersifat sementara.
Penelitian
ini dilaksanakan di SD Kebonsari
4
Malang. Subyek penelitian adalah
siswa SD kelas IV
sebanyak 44 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Observasi digunakan
untuk menggali data mengenai proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.
Sedangkan wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa. Dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data hasil belajar anak dalam memahami dan mempelajari konsep
keragaman suku bangsa dan budaya.
Secara garis besar
langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan setiap siklus. PTK ini ada 4
tahap : identifikasi masalah, menyusun rencana tindakan, observasi, dan
refleksi (Aqip, 2008 :23). Data yang diperoleh didalam setiap siklus penelitian
dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif. Kegiatan analisis ini dimaksudkan untuk mengolah data pada
masing-masing siklus. Apakah terdapat peningkatan pemahaman anak terhadap
materi kenampakan alam dan buatan setelah dilakukan pembelajaran dengan
memanfaatkan metode karyawisata. Cara
yang ditempuh untuk menganalisis hasil kerja siswa adalah dengan melihat dan
membandingkan hasil praktek pada masing-masing siklus. Apabila skor hasil
tersebut mengalami peningkatan dapat diartikan bahwa pemahaman siswa terhadap materi
kenampakan alam dan buatan telah mengalami peningkatan.
Data yang diperlukan dalam
penelitian ini, terdiri dari 1) Hasil jawaban lembar tugas siswa 2) Angket
respon siswa dalam proses pembelajaran 3) Observasi 4) wawancara, dan 5) Validasi.
Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah secara
kualitatif, yang merujuk kepada pendapat Miles and Huberman yang meliputi tiga
langkah, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode karyawisata pada materi kenampakan alam dan buatan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dengan ketuntasan belajar yang memenuhi KKM sebanyak 18 siswa dari 44 siswa atau ketuntasan diperoleh 58,3% dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu siswa yang memenuhi KKM 39 siswa atau 91,6% dari 44 siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh jurnal hasil penelitian dari Yuda Hendra Saputra, Ganes Gunansyah, dengan judul Penerapan Metode Karya Wisata Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar. Juga hasil penelitian dari Aris Riyanto yang berjudul Penggunaan Metode Karyawisata Dalam Upaya Peningkatkan Pembelajaran PKn Siswa Kelas IV Di Sekolah Dasar
Pembahasan
Metode yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah metode karyawisata dan dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah dalam RPP. Dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa
kegiatan diantaranya adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
akhir. Pada kegiatan pendahuluan peneliti mengkondisikan siswa siap belajar
dengan melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari,
menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran.
Pada metode
karyawisata, ada 3 langkah yaitu (1) persiapan dan perencanaan, dengan
menentukan tujuan dan obyek yang akan dikunjungi, waktu kunjungan dan
menentukan bentuk tugas untuk siswa. (2) pelaksanaan, pada kegiatan ini,
peneliti mengkondisikan siswa menjadi 8 kelompok dan masing-masing kelompok
terdiri dari 5-6 siswa, kemudian peneliti memberikan penjelasan awal tentang
materi, dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Disini guru juga
bertindak sebagai pengawas dan pembimbing siswa di lapangan/ lokasi
karyawisata. (3) penutup dan tindak lanjut atau penyimpulan materi di tempat
karyawisata dan dilanjutkan di sekolah. Pada Tindakan II jika dibandingkan pada Tindakan I,
menjelaskan langkah-langkah penggunaan metode karyawisata, membagikan lembar kegiatan
untuk didiskusikan bersama dengan kelompoknya, jika pada Tindakan I setiap
kelompok hanya memperoleh satu lembar kegiatan saja, namun pada Tindakan II
setiap siswa dalam satu kelompok tersebut memperoleh lembar kegiatan yang harus
mereka kerjakan sendiri sesuai dengan hasil diskusi kelompoknya. Hal itu
dilakukan agar masing-masing kelompok dapat berdiskusi aktif ketika
menyelesaikan lembar kegiatan yang diberikan. Ketika diskusi berjalan, peneliti
memberikan bimbingan seperlunya kepada kelompok yang sedang berdiskusi dan
tidak lupa mengingatkan setiap kelompok untuk memastikan setiap anggotanya
sudah memahami lembar kegiatan yang sedang didiskusikan, setelah diskusi selesai,
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas dan tanya
jawab antar kelompok.
Setelah
presentasi dan tanyajawab dalam diskusi telah selesai dan telah ditentukan
kelompok yang memperoleh poin tertinggi, maka siswa diminta kembali ke tempat
duduknya masing-masing, kemudian peneliti memberikan evaluasi yang harus
dikerjakan secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti
membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari, kegiatan pembelajaran
diakhiri dan ditutup dengan salam.
Kesimpulan dan
Saran
1.
Kesimpulan
Penerapan metode karyawisata dapat
meningkatkan pemahaman materi kenampakan alam dan buatan siswa IV SDN Kebonsari 4 Malang.
2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat
diajukan saran sebagai berikut:
1.
Guru
SDN Kebonsari 4 Malang disarankan untuk menggunakan metode karyawisata dalam
pembelajaran IPS. Hal ini telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar siswa.
2.
Bagi
peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian, disarankan untuk mengembangkan
dan menerapkan metode ini pada materi atau mata pelajaran yang lain.
Pembelajaran dengan menggunakan metode karyawisata bisa diterapkan pada pokok
bahasan yang lain selain “ kenampakan alam dan buatan”.
3.
Peningkatan
hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh metode pembelajaran yang
digunakan, tetapi juga pendekatan pembelajaran yang perlu dilakukan sesuai
dengan keadaan kelas.
4.
Pembelajaran
menggunakan metode karyawisata tidak hanya diterapkan pada SDN Kebonsari 4
Malang, akan tetapi bisa di sekolah-sekolah lainnya karena penerapan pembelajaran
tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Daftar Rujukan
Arikunto,
Suharsimi, Suharjono, Supardi, 2010, Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi
Aksara.
Aqip, Zainal,
2009, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung,
Yrama Widya.
Djamarah,
Syaiful Bahri,2006, Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Handoyo, Budi,
2003, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
SD Terpadu, Malang, Geografi Spektrum Press.
Isjoni, 2011, Cooperative Learning, Mengembangkan
Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung, Alfabeta.
Munadi, Yudhi,
2013, Media Pembelajaran, Sebuah
Pendekatan Baru, Jakarta,
Referensi (GP Press Group).
Miles, M.B &
Huberman, A.M, 1992, Analisis Data
Kualitatif, Jakarta, UI-Press.
Moleong, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung Remaja Rosda Karya.
Rusman, 2011, Model-model Pembelajaran, Mengembangkan
Profesionalisme Guru, Jakarta, Raja Grasindo Persada.
Solihatin, E.R,
2011, Cooperative Learning, Analisis
Model Pembelajaran IPS, Jakarta, Bumi Aksara.
Slavin, Robert,
2005, Cooperative Learning, Teori, Riset
dan Praktek, Bandung, Nusa Media.
Trianto, 2007, Pembelajaran Model-model Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher.
Winataputra,
S.U, dkk, 2007, Materi dan Pembelajaran
IPS SD, Jakarta, Universitas Terbuka.
Yuda Hendra Saputra, Ganes
Gunansyah, Jurnal Penelitian PGSD Vol. 2 No.1(2014), Universitas Negeri
Surabaya.
Aris Riyanto, Jurnal Kalam Cendekia PGSD Kebumen FKIP UNS Vol.2 No.3
(2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar