TOPIK PENDUKUNG MATERI PEMBELAJARAN
IPS SD
A. Kerangka Isi
Mungkin anda pernah belajar atau pernah membaca
buku pengantar tentang antropologi, pengantar sosiologi ataupun pengantar
psikologi sosial, maka isi bab ini tidak lagi asing bagi anda. Andaikan anda
belum pernah mengenalnya, hal itu tidak akan terlalu menjadi persoalan karena
pada dasarnya banyak pengalaman anda dalam hidup bermasyarakat yang relevan dan
berkaitan dengan konsep-konsep yang disajikan
berikut ini.
Pada bab ini disajikan secara berurutan
tentang pengertian antropologi, sosiologi dan psikologi sosial, sejarah
perkembangan antropologi, sosiologi dan psikologi sosial. Selanjutnya
membandingkan antropologi sosial, sosiologi dan psikologi sosial, manfaat
ketiganya serta menerapkan konsep-konsep ketiganya dalam proses belajar
mengajar.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda dapat
memahami pengertian tentang antropologi, sosiologi dan psikologi sosial.
Diharapkan pula anda memiliki kemampuan untuk mengkaji sejarah perkembangan,
membandingkan dan menjelaskan manfaat antropologi, sosiologi dan psikologi
sosial, serta dapat menerapkan konsep-konsep antropologi, sosiologi maupun
psikologi sosial.
C. Materi Pembelajaran
- PENGERTIAN DASAR ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL
Secara etimologis, antropologi berasal dari
istilah bahasa Yunani anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti
daya pikir, pikiran, kata, susunan pendapat, cerita, ilmu. Jadi antropologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia. Atau antropologi
adalah ilmu yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat.
Dalam
perkembangannya antropologi melahirkan berbagai cabang ilmu. Salah satu
cabangnya adalah Antropologi Sosial yang memiliki banyak persamaan dengan
sosiologi. Antropologi Sosial berusaha mencari unsur-unsur persamaan di bidang
aneka warna beribu-ribu masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi ini,
dengan tujuan untuk mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umumnya.
Secara
garis besar pada umumnya para ahli membedakan antropologi ke dalam antropologi
fisik dan antropologi budaya.
Antropologi fisik mempelajari :
- sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, yang dipelajari dalam paleoantropologi.
- sejarah terjadinya aneka manusia dipandang dari segi ciri-ciri tubuhnya, dikaji di dalam antropologi fisik dalam arti khusus.
Antropologi budaya mempelajari
:
- persebaran dan terjadinya aneka bahasa, dipelajari dalam etno-linguistik.
- perkembangan, perubahan dan terjadinya aneka kebudayaan, ditelaah oleh para ahli prehistori.
- dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat, dipelajari dalam etnologi dan antropologi sosial.
Secara
sepintas sulit membedakan antropologi sosial dengan sosiologi. Antropologi
sosial mencari prinsip-prinsip persamaan di balik aneka masyarakat dan
kebudayaan dengan tujuan memperoleh pengertian tentang hidup masyarakat dan
kebudayaan. Tujuan seperti itu jugalah yang ingin dicapai oleh sosiologi. Namun
demikian tetap ada perbedaan di antara keduanya. Selain daripada sejarah
perkembangan di antara kedua ilmu itu, perbedaan di antara kedua ilmu itu juga pada metode dan masalah khas.
Perbedaan ini tampak, mislnya pada dua orang ahli antropologi dan ahli
sosiologi yang mengadakan penelitian di suatu tempat, Ahli antropologi sosial akan
mencoba menyelidiki semua unsur dalam kebudayaan di tempat itu sebagai
kebulatan. Ia berpengalaman dalam penelitian intensif dan mendalam, misalnya
dengan menggunakan teknik wawancara atau interview. Dikumpulkannya bahan-bahan
dengan memperhatikan bahan-bahan yang sifatnya meluas dengan metode kualitatif. Ahli sosiologi akan
menyelidiki masalah-masalah , unsur-unsur, atau gejala-gejala khusus dengan
tidak usah memandang terlebih dahulu susunan dari keseluruhannya. Ia
berpengalaman dalam menyelidiki masyarakat-masyarakat kompleks. Oleh karena itu
ia lebih banyak menggunakan metode yang bersifat penelitian meluas, misalnya
dengan menggunakan angket dengan memperhatikan bahan-bahan yang lebih bersifat
meluas dengan metode kuantitatif.
Secara etimologis sosiologi berasal dari bahasa Latin socius dan bahasa Yunani logos.
Socius berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, anggota persekutuan
masyarakat. Logos berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang masyarakat. Dari segi isi, banyak ahli sosiologi mengemukakan berbagai
definisi. Kita ambil dari Pitirim Sorokin yang diterjemahkan oleh Soerjono
Soekanto, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antar gejala ekonomi
dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan
politik dan lain-lain), hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial
dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis),
ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala sosial.
Sebagai
ilmu sosial yang obyeknya masyarakat, sosiologi bersifat empiris, teoritis,
kumulatif dan nonetis. Bersifat empiris berarti
sosiologi mendasarkan studinya terhadap kenyataan yang bukan spekulatif. Dengan
teoritis dimaksud bahwa sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil
pengamatannya, yang disusun secara logis serta mampu menjelaskan hubungan sebab
akibat. Bersifat kumulatif berarti bahwa teori-teori yang disusun berdasarkan
pada teori-teori yang sudah diakui kebenaran ilmiahnya. Dan nonetis adalah
bahwa kriteria yang dipergunakan bukanlah indah dan jelek, tetapi didasarkan
pada kriteria benar dan salah yang dijelaskan secara analitis.
Sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini, bukan pada
apa yang seharusnya terjadi. Oleh karena itu sosiologi termasuk disiplin yang
kategoris, bukan disiplin yang normatif. Keketatan aturan tercermin di dalam
langkah-langkah yang harus dilalui serta aturan-aturan yang harus ditaati di
dalam menerapkan metode ilmiah, Salah satu aturan itu tampak pada, misalnya
kumulasi teori. Teori yang baru tidak boleh bertentangan dengan teori terdahulu
yang telah diakui kebenaran ilmiahnya.
Tujuan
sosiologi adalah untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat
berdasarkan fakta-fakta yang mungkin dapat dipergunakan untuk memecahkan
persoalan-persoalan masyarakat.
Perlu
dihidari kesalah pahaman antara pengertian sosiologi dengan pengertian
ilmu-ilmu sosial. Sosiologi mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan
hubungan antar individu dalam masyarakat itu. Hal ini berbeda dengan segi-segi
yang lain dari masyarakat tadi, apakah itu segi kehidupan ekonomi, misalnya
yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materiilnya dari
bahan-bahan yang terbatas persediaannya (yang dipelajari dalam ilmu ekonomi).
Juga berbeda dengan kajian tentang daya upaya manusia untuk memperoleh,
mempertahankan dan menggunakan kekuasaan (yang dikaji dalam ilmu politik).
Demikian juga dengan kajian yang dilakukan oleh ahli psikologi sosial, ataupun
oleh ahli sejarah. Semua bidang kajian tersebut
termasuk ke dalam ilmu-ilmu sosial.
Psikologi sosial yang
secara populer disebut ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang mempelajari :
- pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi rangsang sosial.
- peristiwa-peristiwa tingkah laku antar pribadi.
- interaksi manusia
- individu manusia yang berinteraksi, sebagian besar secara simbolik, dengan lingkungannya.
- Tingkah laku individu sebagai rangsang sosial.
- Pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok dan kebudayaan lain.
- SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL
Pertama-tama kita tinjau sejarah perkembangan
antropologi. Koentjaraningrat membagi sejarah perkembangan antropologi dalam 4
tahap, yaitu tahap I: Sebelum tahun 1800, tahap II: Kira-kira pertengahan abad
ke-19, tahap III: Permulaan abad ke-20 dan tahap IV: Sesudah kira-kira tahun
1930.
Tahap
I : Sebelum tahun 1800
Sejak
akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16 bangsa-bangsa di Eropa Barat menjelajah ke
Benua Afrika, Asia dan Amerika. Penjelajahan itu kemudian melahirkan penjajahan
yang berlangsung sekitar 4 abad. Orang-orang dari Eropa Barat itu menyaksikan
adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik berbagai suku
bangsa di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika yang berbeda dengan bangsa-bangsa
di Eropa Barat.Kesaksian ini antara lain melahirkan aneka ragam karya tulis
berupa buku kisah perjalanan, laporan serta tulisan musafir-musafir, pelaut,
pendeta, penterjemah kitab suci dan pegawai pemerintah jajahan. Bahan tulisan
itu disebut bahan etnografi, pemerian (deskripsi) tentang bangsa-bangsa.
Pemerian itu umumnya bersifat kabur, kurang teliti, dan kebanyakan
memperhatikan hal-hal yang aneh di mata orang Eropa. Sampai sekarang istilah
etnografi masih dipakai untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi yang
bersifat deskriptif.
Tahap II : Kira-kira
Pertengahan Abad ke-19
Pada kurun waktu ini
lahir tulisan-tulisan hasil penyusunan bahan etnografi berdasarkan cara
berpikir evolusi masyarakat. Menurut cara berpikir ini masyarakat dan
kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat selama beribu-ribu
tahun, dari tingkat-tingkat rendah melalui beberapa tingkat antara sampai ke
tingkat-tingkat tertinggi. Menurut para penyusun itu bentuk masyarakat dan
kebudayaan tertinggi adalah yang hidup di Eropa Barat, sedangkan yang di luar
Eropa digolongkan sebagai primitif, dianggap sebagai contoh-contoh
tingkat-tingkat kebudayaan yang lebih rendah, yang merupakan sisa-sisa
kebudayaan manusia zaman dahulu. Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar
tahun 1860 yang mengklasifikasikan bahan tentang beragam kebudayaan di seluruh
dunia menurut tingkat-tingkat evolusi tertentu, lahirlah ilmu antropologi.
Tujuan ilmu ini adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif untuk
mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi
dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Tahap III : Permulaan Abad
ke-20
Dalam
kurun waktu ini sebagian besar negara penjajah di Eropa Barat telah berhasil
memantapkan kekuasaannya di negara-negara jajahan di luar Eropa. Untuk
keperluan pemerintah jajahan dalam menghadapi perlawanan bangsa-bangsa terjajah
digunakan ilmu antropologi. Selain itu, berkembang pemikiran bahwa mempelajari
bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting karena dengan memahami masyarakat yang
tak kompleks akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks seperti
Eropa. Pada tahap ini antropologi berkembang menjadi ilmu yang praktis,
terutama di Inggris. Tujuan antropologi diarahkan kepada mempelajari masyarakat
dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah
kolonial dan untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang masyarakat
masa kini yang kompleks.
Tahap IV : Sesudah
Kira-kira Tahun 1930
Dalam kurun waktu ini
terjadi dua perubahan di dunia, yaitu meningkatnya rasa antipati terhadap
kolonialisme sesudah Perang Dunia II dan cepat hilangnya bangsa-bangsa
primitif. Keadaan ini mengakibatkan antropologi seolah-olah kehilangan lahan garapan
dan para ahli berusaha mengembangkan lahan penelitian yang baru. Pada kurun
waktu ini terjadi perkembangan antropologi yang paling luas, dalam arti semakin
bertambahnya bahan pengetahuan yang lebih teliti dan semakin dipertajamnya
metode-metode ilmiah. Tujuan akademis antropologi pada tahap ini adalah
mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari
aneka ragam bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya. Sedangkan tujuan
praktis antropologi pada masa ini adalah mempelajari manusia dalam aneka ragam
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Cikal bakal antropologi
yang dimulai dengan etnografi dalam seluruh sejarah perkembangannya dari waktu
ke waktu melahirkan aneka cabang ilmu/ disiplin ilmu seperti berikut ini :
Antropologi dibagi 2 yaitu Antropologi Biologi dan
antropologi Budaya. Selanjutnya Antropologi Biologi dibagi dua, yaitu
Paleo-antropologi dan Antropologi Ragawi (fisik). Sedangkan Antropologi Budaya
terbagi menjadi lima, yaitu Prehistori (Prasejarah), Etnolinguistik
(Antropologi Linguistik), Etnologi, Etnopsikologi (Antropologi Psikologi) dan
Antropologi Spesialisasi (Terapan).
Perlu
dikemukakan secara sekilas pengertian ilmu-ilmu tersebut, Paleo antropologi
adalah ilmu yang mempelajari asal usul dan evolusi makhluk manusia dengan
meneliti fosil-fosil manusia dari zaman dahulu yang tersimpan dalam
lapisan-lapisan bumi dengan berbagai metode penggalian. Antropologi Ragawi
dalam arti khusus mempelajari sejarah terjadinya dan perkembangan aneka warna
makhluk manusia ditinjau dari sudut ciri-ciri tubuh, baik yang lahiriah (warna
kulit, warna rambut, indeks tengkorak, bentuk mukax, warna dan bentuk mata,
bentuk hidung, tinggi badan, bentuk tubuh dan lain-lain) serta golongan darah.
Antropologi
Budaya tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya. Prehistori mempelajari
sejarah perkembangan dan penyebaran berbagai kebudayaan manusia di bumi dalam
zaman sebelum manusia mengenal huruf (tulisan). Etnolinguistik, mempelajari
linguistik ratusan bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka
bumi ini, antara lain dengan meneliti kosa kata, melukiskan ciri bahasa dan
tata bahasa serta menggunakan berbagai metode untuk menganalisis dan mencatat
bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan.
Etnologi adalah mempelajari azas-azas dari kebudayaan manusia dalam
kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh
muka bumi masa kini. Terdapat dua aliran atau golongan penelitian dalam
etnologi, yaitu: Pendekatan Integrasi Deskriptif dan pendekatan Generalisasi.
Etnopsikologi terutama memperhatikan tiga masalah pada awal
kelahirannya, yaitu kepribadian bangsa, peranan individu dalam proses perubahan
adat istiadat, dan nilai universal dari konsep-konsep psikologi. Penelitian
antropologi ini menggunakan banyak konsep psikologi dalam analisisnya.
Antropologi Spesialisasi (Terapan), mengkhususkan diri mempelajari
berbagai masalah praktis dalam masyarakat dan hasil-hasilnya dapat lebih langsung
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah itu. Dalam perkembangan antropologi
spesialisasi ini lahirlah berbagai ilmu bagian, seperti Antropologi Ekonomi,
Antropologi Politik, Antropologi Kependudukan, Antropologi Kesehatan,
Antropologi Pendidikan, Antropologi Pedesaan dan Perkotaan.
Dalam
sejarah perkembangan Sosiologi sampai
menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri tampak ada empat (4) tahap
perkembangan :
Pertama, pemikiran sosiologis merupakan bagian dari filsafat,
karena dari kalangan filusuf yang membahas berbagai persoalan filosofis, ada
filosof yang membahas pula tentang masyarakat. Kemudian dalam sejarah
perkembangan filsafat lahir cabang filsafat yang secara khusus membahas tentang
masyarakat, yaitu Filsafat Sosial. Ada filosof yang secara khusus
mendalami dan mengemukakan pemikirannya tentang berbagai hal berkenaan dengan
masyarakat.
Kedua, pemikiran sosiologis dipengaruhi oleh pemikiran
hukum kodrati, hukum alam, lex naturalis yang melandasi segala gejala. Orang sampai
kepada pertanyaan sosiologis yang penting yakni apakah kenyataan kehidupan
bersama dalam masyarakat itu dikuasai oleh suatu hukum kodrat, suatu hukum alam
atau suatu lex naturalis. Pertanyaan ini mengantar orang kepada pemikiran
rasionalistis bahwa masyarakat dan negara terjadi karena adanya kontrak sosial,
perjanjian sosial. Dalam perkembangan kemudian, orang mulai meragukan teori
kontrak sosial ini dan mulai memikirkan kemungkinan melakukan pengkajian
empiris terhadap gejala sosial.
Ketiga, sosiologi berkembang menjadi
ilmu yang berdiri sendiri tetapi masih menggunakan metode ilmu-ilmu pengetahuan
lain, terutama ilmu pengetahuan alam. Kelahiran
sosiologi didorong oleh terjadinya krisis-krisis sosial yang melanda Eropa
sekitar tahun 1830. Krisis kemasyarakatan ini disebabkan oleh adanya
perubahan-perubahan sosial yang disertai kekacauan dan konflik. Misalnya
kekacauan zaman Revolusi Perancis dan zaman Napoleon yang merupakan krisis
sosial politik yang membuka zaman baru dalam sejarah, kemudian Revolusi
Industri di Inggris yang ditandai kesenjangan yang lebar antara kaum yang kaya
dengan kaum yang miskin. Ahli yang pertama-tama memberikan penafsiran
sosiologis terhadap krisis sosial ini adalah Saint Simon. Pandangannya kemudian
diteruskan oleh August Comte yang menekankan perlunya mempelajari kehidupan
bersama untuk menemukan ketentuan hukum yang mengaturnya, melalui observasi dan
klasifikasi yang sistematis dan bukan melalui otoritas (wewenang) dan
spekulasi. August Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi
untuk ilmu baru ini pada tahun 1838. Beliau dipandang sebagai Bapak Sosiologi.
Keempat, sosiologi tak hanya telah berkembang menjadi suatu ilmu
mandiri karena memiliki objek (formal) yang khusus, tetapi juga telah menemukan
konsep-konsep sendiri serta metode-metode sosiologi yang khusus. Pada tahap ini
mengalami perkembangan yang pesat baik di Eropa maupun di Amerika Serikat
dengan menghasilkan banyak teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan
pada spekulasi di belakang meja atau observasi yang bergantung pada kesan-kesan
sesaat. Pembagian atas empat tahap ini adalah pemikiran P.J.Bowman (Sugito
Sujitno, 1976: 9-16).
Dalam sejarah
perkembangannya Sosiologi berkembang menjadi berbagai bidang spesialisasi, diantaranya:
Sosiologi Terapan, Tingkah laku kolektif, Komunitas, Sosiologi Komparatif,
Sosiologi Budaya, Demografi, Ekologi Manusia, Sosiologi Budaya, Sosiologi
Matematika, Sosiologi Kesehatan Organisasi Sosial, Teori Sosiologi, Sosiologi
Agama, Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan
dan lain-lain.
Berbagai ahli dari
zaman dulu telah mengemukakan pandangan dan pemikiran yang berciri Psikologi
Sosial, misalnya para filosof Yunani dan filosof Cina seperti Kong Fu Tse. Namun, baru kemudian di abad ke-19 Psikologi
Sosial mulai dipikirkan secara sistematis dan khusus.
Psikologi Sosial lahir dari kancah perkembangan Psikologi. Psikologi
sendiri sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri berkembang dari
Filsafat. Kemudian Psikologi menjadi ilmu yang mandiri, ditandai oleh
didirikannya laboratorium Psikologi yang pertama di Leipzig, Jerman pada tahun
1879 oleh Wilhelm Wundt. Setelah itu, penelitian Psikologi dilakukan secara
lebih objektif dan sistematis. Hal ini menyebabkan berkembangnya berbagai cabang
ilmu Psikologi, seperti Psikologi Perkembangan, yang berkembang menjadi
Psikologi Anak, Psikologi Remaja, Psikologi Orang Dewasa, Psikologi Orang Tua,
psikologi kepribadian, Psikologi Belajar, PsikologinPendidikan, psikologi
Sosial, Psikologi Eksperimen, Psikopatologi, Psikodiagnostik, Psikologi Klinis
dan Psikologi Perusahaan.
Psikologi
Sosial yang berkembang dari Psikologi mengembangkan
penyelidikannya diatas dasar penemuan-penemuan yang telah dihasilkan Psikologi
umum. Misalnya untuk memahami kegiatan saling hubungan antar manusia, untuk
memahami peristiwa tingkah laku antar pribadi. Psikologi Sosial perlu
mengetahui kebutuhan dan tujuan manusia serta bagaimana manusia melakukan
persepsi, berpikir dan belajar. Prinsip-prinsip motivasi, persepsi dan kognisi
sebagai penemuan Psikologi Umum akan membantu Psikologi Sosial dalam upaya
memahami bagaimana seorang individu mengembangkan tujuan sosialnya, bagaimana
persepsinya terhadap pribadi dan kelompok lain, dan bagaimana ia mempelajari
tingkah laku sosial. Kalau Psikologi Umum yang “murni” antara lain menghasilkan
penemuannya dari eksperimen di dalam laboratorium, sedangkan Psikologi Sosial
berupaya membuktikan apakah teori-teori itu berlaku dalam situasi sosial nyata
yang kompleks atau tidak. Psikologi Sosial berupaya pula memberikan alternatif
pemecahan terhadap berbagai problem sosial dan tingkah laku menyimpang secara
sosial, seperti kejahatan, perceraian, konflik antar kelompok, prasangka,
pencurian, bunuh diri dan pelacuran.
Gabriel
Tarde
(1842-1904), mengemukakan pendapat yang berpengaruh besar terhadap perkembangan
Psikologi Sosial, yaitu bahwa dasar interaksi sosial antar manusia adalah
proses imitasi/ peniruan. Imitasi merupakan faktor utama dalam perkembangan
jiwa individu. Hal ini menyebabkan terjadinya adat kebiasaan dan tradisi dalam
kehidupan masyarakat. Masyarakat tak lain adalah sekelompok manusia yang
terdiri atas individu-individu yang saling mengimitasi (tiru meniru, ikut
mengikuti, contoh mencontohi).
Gustave Le Bon memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan
perkembangan Psikologi Sosial dalam bidang Psikologi Massa (orang ramai). Suatu
massa seakan-akan mempunyai jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya dengan
sifat jiwa individu satu persatu yang termasuk dalam massa it. Seorang individu
dalam massa akan mengalami dan bertingkah laku secara berlainan dibandingkan
dengan pengalaman dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai
individu. Dibandingkan dengan jiwa individu, maka jiwa massa itu lebih impulsif
(mudah meledak), lebih mudah tersinggung, ingin bertindak segera dan nyata,
lebih sentimentil, kurang rasional, lebih mudah dipengaruhi dan lebih mudah
meniru.
Sigmund Freud,
mempelajari pula tentang Psikologi Massa dan beberapa pendapatnya selaras
dengan yang dikemukakan Gustave Le Bon. Namun berbeda dengan Gustave Le Bon
yang berpendapat bahwa individu manusia mempunyai jiwa yang secara hakiki
berbeda dengan jiwa massa, Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya
juga sudah terdapat dan dicakupi oleh jiwa individu itu, hanya jiwa massa yang
primitif itu terdapat pada individu manusia dalam taraf yang tidak sadar, dalam
keadaan terpendam. Dalam situasi massa, jiwa massa yang terpendam itu
seakan-akan diajak untuk menyatakan diri dengan leluasa.
Emile Durkheim, seorang tokoh
Sosiologi mengemukakan pendapat yang disebut Sosiologismus. Menurut pendapat ini, ciri-ciri individu untuk
sebenarnya tidak ada, yang ada adalah ciri-ciri dan sifat-sifat kelompok
masyarakat dimana individu itu hidup. Jiwa individu adalah ungkapan atau
manifestasi jiwa kelompok. Karena itu untuk memahami sifat-sifat atau ciri-ciri
individu, cukuplah dengan mempelajari ciri-ciri kelompok dimana individu itu
hidup.
William James
dan Charles H. Cooley menandaskan bahwa perkembangan individu
manusia itu berhubungan erat sekali dengan perkembangan masyarakat di
lingkungannya. Ciri-ciri dan tingkah laku individu sukar dimengerti apabila
tidak diselidiki saling hubungannya dengan orang-orang lain dalam kehidupan
masyarakatnya yang memiliki struktur dan sifat-sifatnya yang khas. Sehubungan
dengan konsep diri, dikemukakan pendapat bahwa konsep diri seseorang (pandangan
dan penghargaan terhadap diri sendiri) sangat dipengaruhi oleh
pendapat-pendapat dan anggapan-anggapan orang lain terhadap dirinya. Konsep
diri seseorang individu merupakan refleksi (pantulan) dari konsep-konsep orang
lain terhadap diri seseorang.
Kurt Lewin memulai satu aliran
baru dalam Psikologi yang disebut Topological Psychology atau Field Psychology.
Field Psychology menandaskan bahwa guna menyelidiki tingkah laku manusia dengan
sebaik-baiknya, haruslah diingat bahwa manusia itu hidup dalam suatu field,
suatu lapangan kekuatan-kekuatan baik fisik maupun psikis yang selalu
berubah-ubah menurut situasi kehidupannya. Kurt Lewin secara khusus menyelidiki
tentang dinamika kelompok, antara lain mengenai peranan “suasana kelompok”
terhadap prestasi kerja dan efisiensi kerja kelompok itu. Pada tahun 1939/ 1940
dilakukan eksperimen yang terkenal, yaitu eksperimen dari Lewin, Lippid, dan
White, yang bertujuan meneliti pengaruh atau peranan dari 3 macam pimpinan
terhadap suasana dan cara kerja kelompok. Peserta eksperimen terdiri atas
anak-anak lelaki berumur 11 tahun, yang dibagi dalam tiga kelompok. Tiap kelompok
dipimpin seorang pemimpin (orang dewasa) yang maisng-masing memiliki cara
kepemimpinan yang berlainan yaitu otoriter, demokratis, dan laissez-faire (acuh tak acuh dan menyerahkan segala keputusan kepada para
anggota kelompok). Hasil kesimpulan eksperimen ini menyatakan bahwa cara-cara
kepemimpinan yang berlainan menimbulkan cara-cara interaksi serta suasana kerja
yang berlainan. Dengan kata
lain, dinamika kelompok sangat dipengaruhi oleh cara-cara kepemimpinan.
Kesimpulan lain yang dapat ditarik adalah kepemimpinan yang terpusat pada
kelompok adalah demokratis, sedangkan yang terpusat pada kelompok merupakan
pimpinan yang paling baik karena dapat menimbulkan suasana kerja dan
produktivitas kelompok yang tinggi. Mungkin kadang-kadang terdapat situasi yang
memerlukan tindakan pemimpin secara otoriter, tetapi pada umumnya pimpinan yang
demokratis lebih bermanfaat. Bila pimpinan terlalu otoriter, mudah timbul
sifat-sifat yang tidak dikehendaki dalam interaksi kelompok seperti masa bodo,
apatis, agresif dan kesukaan mencari “kambing hitam”.
Dalam
beberapa dasa warsa ini Psikologi Sosial telah mengalami perubahan yang
dramatis, karena timbulnya ledakan penelitian dan teori serta perkembangan
ulasan ilmiah dari para ahli Psikologi Sosial. Selain itu muncul pula minat
baru dalam penerapan praktis psikologi sosial untuk memahami masalah-masalah
sosial yang penting. Sejalan dengan waktu, inti bidang psikologi sosial
bergeser secara bertahap. Dewasa ini penekanannya bukan lagi pada dinamika
kelompok tetapi ada hubungan yang akrab, sedangkan minat penelitian tidak lagi
tertuju pada perubahan sikap tetapi pada pengertian sosial dan sebagainya.
3. PERBANDINGAN
ANTARA ANTROPOLOGI SOSIAL, SOSIOLOGI DAN
PSIKOLOGI SOSIAL
Perbandingan ini perlu
dilakukan karena ketiga bidang ilmu ini sangat dekat ditinjau dari segi objek
yang diteliti dan perkembangannya
pun semakin mendekat satu sama lain. Selain itu, dalam
penelitian masing-masing bidang ilmu ini memanfaatkan hasil-hasil penemuan yang
telah dicapai oleh orang lain. Sosiologi memanfaatkan hasil penemua Antropologi Sosial dan Psikologi
Sosial. Psikologi Sosial memanfaatkan hasil penemuan Antropologi Sosial dan
Sosiologi. Antropologi Sosial memanfaatkan pula hasil penemuan Sosiologi dan
Psikologi Sosial.
- Asal Mula
Antropologi Sosial berasal dari Etnografi, Sosiologi berasal dari
Filsafat Sosial, sedangkan Psikologi Sosial berasal dari Psikologi.
- Obyek Formal
Antropologi Sosial berusaha mencari unsur-unsur persamaan di bidang
aneka warna beribu-ribu masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi ini,
dengan tujuan untuk mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umumnya.
Sosiologi mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai hukum
kemasyarakatan yang seluas mungkin. Sosiologi memandang peristiwa-peristiwa
sosial dengan caranya sendiri, yaitu mendalam sampai hakikat segala pembentukan
kelompok, hakikat kerja sama serta kehidupan bersama dalam arti kebendaan dan
kebudayaan.
Psikologi
sosial mempelajari perilaku individu, kelompok dan masyarakat (perilaku sosial)
yang dipengaruhi oleh situasi sosial, yang mengundang tanggapan (responal) yang
sama dari semua orang.
- Objek Penelitian
Antropologi Sosial dapat menempuh 2 cara:
Pertama, masyarakat dan kebudayaan diteliti secara mendalam dan bulat,
lalu hasil penelitian tersebut dapat diterapkan untuk masyarakat-masyarakat
lain pada umumnya.
Kedua,
Beberapa unsur terbatas dari banyak (200-300 lebih) masyarakat dan kebudayaan
diteliti dalam rangka membuat perbandingan yang merata untuk memahami sifat
aneka warna (variasi, diversitas) masyarakat dan kebudayaan manusia.
Antropologi sosial meneliti tingkah laku sosial yang pada umumnya dalam
bentuk yang sudah terlembagakan, seperti keluarga, sistem kekerabatan, kultus
keagamaan, organisasi politik, tata cara hukum.
Objek
penelitian Psikologi Sosial, dapat dibedakan menjadi 3 jenis peneliian
psikologi sosial, yaitu :
- Penelitian tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, misalnya tentang persepsi, motivasi, proses belajar.
- Penelitian tentang proses-proses individual bersama, misalnya tentang bahasa, sikap sosial.
- Penelitian tentang interaksi kelompok, misalnya tentang kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, otoritas, konformitas (keselarasan), kerja sama, persaingan, peran sosial.
Antropologi Sosial
terutama mencari objek-objek penelitiannya didalam masyarakat pedesaan. Namun
akhir-akhir ini ilmu ini mencari pula objek-objek penelitian dalam
masyarakat-masyarakat yang kompleks atau masyarakat perkotaan.
Sosiologi terutama
mencari objek-objek penelitiannya didalam masyarakat perkotaan. Namun telah
berkembang pula suatu bidang spesialisasi dalam sosiologi yaitu sosiologi
pedesaan yang meneliti masyarakat pedesaan.
- Metode Penelitian
Pengalaman
panjang antropologi dalam meneliti masyarakat kecil mengakibatkan berkembangnya
berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian intensif dan mendalam,
misalnya berbagai metode wawancara.
Pengalaman panjang
antropologi dalam menghadapi aneka warna beribu-ribu kebudayaan dalam
masyarakat kecil di seluruh muka bumi mengakibatkan berkembangnya berbagai
metode pengumpulan bahan yang mengkhusus ke dalam, yang kualitatif
sertaberbagai metode pengolahan dan analisis yang bersifat mebandingkan, yang
komparatif.
Para
ahli sosiologi yang biasanya meneliti masyarakat kompleks lebih banyak
menggunakan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian meluas,
misalnya berbagai metode angket.
Sosiologi lebih banyak
berpengalaman meneliti gejala masyarakat perkotaan yang kompleks dan kurang
memperhatikan/ sifat aneka warna dari hidup masyarakat dan kebudayaan manusia
yang menjangkau seluruh dunia. Latar belakang ini menyebabkan berkembangnya
berbagai metode pengumpulan bahan yang bersifat meluas merata, serta berbagai
metode pengolahan bahan dan analisis yang berdasarkan perhitungan dalam jumlah
besar. Metode-metode ini
bersifat kuantitatif, misalnya metode
statistik.
Ada 2
jenis rancangan penelitian (riset) dalam psikologi sosial, yaitu korelasional
dan eksperimental.
a. Penelitian korelasional mempersoalkan apakah
dua atau lebih variabel itu berhubungan, dapat juga menyangkut berbagai
variabel sekaligus, serta dapat menyelidiki sejumlah faktor yang biasanya tidak
dapat dikendalikan dalam laboratorium, seperti rasa takut yang besar,
kemiskinan atau kelas sosial. Penelitian semacam ini biasanya tidak
memperbolehkan pengambilan kesimpulan sebab akibat.
- Dalam penelitian eksperimental, subjek ditugaskan secara acak dalam situasi yang hanya berbeda di dalam berbagai cara pertimbangan tertentu. Jika terdapat perbedaan hal itu disebabkan oleh variabel tersebut. Dalam eksperimen peneliti dapat mengendalikan situasi dan mungkin membuat kesimpulan sebab akibat.
Metode-metode penelitian psikologi sosial pada dasarnya sama dengan
metode-metode penelitian psikologi. Namun disamping itu dalam penelitian
psikologi sosial digunakan pula metode-metode penelitian sosiologi.
Metode-metode yang biasanya digunakan dalam
penelitian psikologi sosial, adalah :
- metode eksperimen
- metode survei
- metode diagnostik psikis (test psikologi), dengan menggunakan skala sikap, tes kepribadian, tes proyeksi dan tes lainnya.
- metode sosiometri
- MANFAAT ANTROPOLOGI SOSIAL, SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL BAGI MODERNISASI MASYARAKAT DAN PROFESI GURU
- Manfaat Antropologi Sosial
Manfaat Antropologi Sosial bagi modernisasi
masyarakat. Antropologi Sosial memungkinkan kita lebih memahami keadaan
masyarakat, kepribadian masyarakat dan kebudayaan masyarakat. Selain itu
antropogi sosial memberikan masukan-masukan tentang bagaimana sebaiknya suatu
perubahan diperkenalkan dan diterima masyarakat dalam konteks tetap terjaganya
keseimbangan masyarakat dan kebudayaan.
Suatu
perubahan yang hendak ditawarkan sebaiknya dilihat sebagai sesuatu hal yang
telah ada dan dimiliki masyarakat, bukan sebagai sustu hal asing. Perubahan itu
hanyalah berupa suatu perbaikan dari apa yang telah dimiliki sebelumnya.
Antropologi Sosial memberikan pemahaman kepada kita, tentang apa yang telah kita miliki itu, apakah berupa benda, peristiwa, sikap, nilai, kebiasaan, pengetahuan ataupun
keterampilan. Para perencana
modernisasi masyarakat dapat menjelaskan tetang apa yang telah kita miliki itu
dan mengapa perlu hal itu diperbaiki dengan mengambil argumen-argumen yang
bersumber pada kepribadian masyarakat dan kebudayaan. Dengsn cara ini,
masyarakat dapat dimotivasi untuk menerima dan berpartisipasi dalam program
modernisasi yang ditawarkan.
Antropologi
Sosial dapat pula menjelaskan nilai-nilai dalam sistem
nilai budaya kita yang menunjang pembangunan dan nilai-nilai yang tak sesuai
dengan pembangunan. Antropologi Sosial dapat menjelaskan pula segi-segi positif
dari mentalitas masyarakat yang menunjang pembangunan serta segi-segi negatif
dari mentalitas masyarakat yang kurang sesuai dengan pembangunan dan karena itu
seharusnya diubah. Disamping itu, Antropologi sosial dapat pula menyajikan
cara-cara yang dipandang baik untuk mengubah nilai-nilai dalam sistem nilai
budaya kita yang tak menunjang pembangunan serta cara-cara mengubah sikap-sikap
mental negatif yang masih dianut masyarakat yang tak menunjang pembangunan.
Dalam bukunya, Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan, Koentjaranongrat sebagai seorang ahli Antropologi Sosial
mengemukakan uraian, pandangan dan sara yang bermanfaat untuk mengubah
nilai-nilai budaya dan sikap mental yang negatif yang tak menunjang pembangunan
agar disesuaikan dengan tuntutan modernisasi masyarakat melalui pembangunan.
Manfaat
Antropologi Sosial bagi seorang guru. Guru sebagai warga masyarakat dan penyandang kebudayaan masyarakatnya setidak-tidaknya mengenal
masyarakat dan kebudayaan dimana ia hidup. Secara sadar atau tidak seorang guru
selalu berperan sebagai seorang “antropolog sosial” yang selalu menggunakan
pengetahuannya tentang masyarakat dan kebudayaandalam mendidik anak didik yang
menjadi tanggung jawabnya. Seorang guru secara sadar atau tidak selalu mengacu
kepada nilai-nilai budaya yang diidamkan dalam mendidik anak didik karena ia
selalu berada dalam posisi menilai kepribadian anak didik yang tak sesuai
dengan nilai-nilai idaman itu.
Sebagai
seorang guru sangatlah penting mengenal latar belakang anak didik, dalam hal
ini latar belakang budaya, seperti adat-istiadat, tradisi dan nilai-nilai
budaya yang dianut. Latar belakang budaya ini mungkin memperlihatkan nuansa
perbedaan di kalangan murid yang datang dari keluarga-keluarga yang berbeda
tingkat sosial ekonominya, mungkin ada yang berasal dari keluarga yang memiliki
tingkat pembauran yang lebih baik karena ayah dan ibunya berasal dari suku yang
berbeda, dan perbedaan tingkat pendidikan anggota keluarga. Dengan lebih
mengenal latar belakang budaya ini, guru dapat memberikan pelayanan sesuai
dengan perbedaan individual murid.
Guru sebagai
pemeran penting dalam mengemban peran sekolah sebagai agen perubahan masyarakat
dan kebudayaan dapat membekali anak didik dengan nilai-nilai yang cocok bagi
pembangunan baik melalui kegiatan belajar mengajar umumnya maupun melalui
kegitan belajar mengajar topik-topik
yang relevan. Nilai-nilai yang dapat dibekali itu misalnya nilai kesamaan
derajat antara pria dan wanita dalam rangka emansipasi wanita, norma keluarga
kecil yang bahagia, arti maskawin yang tidak perlu memberatkan keluarga, tidak
perlu pesta hura-hura yang menghabiskan dana. Dana yang ada bisa digunakan
untuk mengembangkan usaha wiraswasta, serta upacara-upacara adat dan pesta yang
tidak bersifat memboroskan biaya, harta, tenaga dan waktu.
- Manfaat Sosiologi
Manfaat Sosiologi
bagi modernisasi masyarakat atau pembangunan, pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan, Sosiologi antara lain dapat digunakan
untuk menemutunjukkan (mengidentifikasi) kebutuhan-kebutuhan sosial, hal-hal
yang menjadi pusat perhatian sosial, cara stratifikasi (pelapisan) sosial,
pusat-pusat kekuasaan dan tempat pusat-pusat kekuasaan itu berada, serta sistem
dan saluran-saluran komunikasi sosial yang ada dalam suatu masyarakat.
Pada
tahap pelaksanaan, Sosiologi antara lain dapat digunakan untuk menemutunjukkan
kekuatan-kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat serta untuk mengamati
perubahan-perubahan sosial yang sedang terjadi. Pada tahap evaluasi, Sosiologi
antara lain dapat digunakan untuk mengadakan analisis terhadap efek-efek sosial
dari pembangunan.
Sosiologi dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka menetapka
kebijaksanaan kependudukan, antara lain yang berkaitan dengan angka kelahiran,
umur dan komposisi penduduk, migrasi dan status sosial. Sosiologi dapat
memberikan sumbangan dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pembangunan
wilayah perkotaan dan pembangunan wilayah pedesaan.
Sosiologi dapat memberikan sumbangan pemikiran pula dalam menangani
perilaku kolektif seperti perilaku kerumunan (crowd), perilaku massa dan
perilaku masyarakat umum (publik) termasuk opini umum. Sumbangan pemikiran
dalam menangani pergerakan-pergerakan sosial (social movements), seperti
perpindahan penduduk ke suatu tempat yang baru, perubahan ekspresif dimana
orang lebih terarah mengubah dirinya daripada mengubah masyarakat. Gerakan
utopis yang merupakan upaya menciptakan suatu masyarakat sempurna berskala
kecil, gerakan pembaharuan yang berusaha memperbaiki ketaksempurnaan tertentu
dalam masyarakat, gerakan revolusioner yang bertujuan mengganti sistem yang ada
dengan suatu sistem yang baru, serta gerakan perlawanan yang berusaha menentang
suatu perubahan sosial tertentu.
Sosiologi dapat memberikan sumbangan pula untuk menanggulangi berbagai
patologi (penyakit) sosial dan masalah sosial. Para sosiolog mendefenisikan
patologi sosial sebagai semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma
kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.
Para sosioleg menggolongkan suatu masalah sebagai masalah sosial jika suatu bentuk tingkah laku
melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarakat yang diperlukan untuk
menjamin kesejahteraan hidup bersama serta menimbulkan situasi sosial yang
dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak
dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.
Contoh-contoh patologi sosial dan masalah sosial adalah perjudian,
korupsi, pelacuran, pembnuhan, pencurian, perampokan, pemerasan, pemalsuan dan
penggelapan, pelanggaran ekonomi, penyalah gunaan dan perdagangan gelap senjata
api, kejahatan politik, penculikan, kenakalan anak-anak dan kenakalan remaja,
kemiskinan, disorganisasi keluarga (keadaan keluarga dimana salah seorang
anggota keluarga hilang atau terjadi keretakan dan konflik dalam keluarga),
serta berbagai problem lingkungan hidup.
Manfaat
Sosiologi bagi seorang guru. Jika seorang guru mengenal Sosiologi, maka ia akan
memahami sejumlah konsep Sosiologi yang dapat bermanfaat bagi profesi
mengajarnya. Dengan bekal sejumlah konsep sosiologi seorang guru akan lebih
terarah dan lebih tepat menanggapi dan menganalisis isyu-isyu dan
persoalan-persoalan yang sedang dihadapi masyarakat. Guru pun akan mendapatkan
suatu gambaran yang lebih jelas tentang masyarakat yang diidamkan di masa
depan, tentang tipe manusia pembangunan yang diharapkan untuk Indonesia di masa
depan.
Dengan
bekal pemahaman ini, seorang guru akan lebih terarah membimbing anak didik
kearah pembentukan tipe manusia pembangunan di masa depan. Ciri-ciri manusia
dalam masyarakat industrial menurut pandangan sosiologis antara lain suka
bekerja keras, berdisiplin, menghargai waktu, hidup hemat, suka bekerja sama,
terbuka, inovatif, kreatif, berfikir ilmiah, objektif dan rasional. Melalui
pengembangan suasana sekolah sebagai satu sistem sosial berskala kecil dan
melalui berbagai kegiatan belajar mengajar, baik kurikuler, kokurikuler maupun
ekstra kurikuler, sejak dini guru mempersiapkan anak didik sesuai dengan taraf
perkembangannya untuk menjadi tipe manusia industrial yang diharapkan.
Selain
itu, pengenalan konsep-konsep sosiologi secara langsung akan membantu guru
dalam mengajarkan topik-topik yang berkaitan dengan Sosiologi dari
bidang-bidang studi tertentu, seperti IPS, Sejarah Nasional dan pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
- Manfaat Psikologi Sosial
Manfaat
Psikologi Sosial bagi modernisasi masyarakat. Bersana-sama dengan ilmu-ilmu
sosial lainnya, Psikologi Sosial dapat memberikan sumbangannya bagi program
modernisasi masyarakat atau pembangunan masyarakat. Misalnya
untuk mengajak, memotivasi, dan memobilisasi warga masyarakat untuk mendukung
program-program pembangunan yang ditawarkan. Pemerintah dapat menggunakan
teknik-teknik memotivasi masyarakat yang ditemukan oleh Psikologi Sosial.
Selain itu, untuk memantapkan integrasi bangsa dapat digunakan faktor-faktor
yang mendasari interaksi sosial, seperti imitasi, sugesti, identifikasi dan
simpati. Di lain pihak berbagai hasil penelitian Psikologi Sosial yang relevan
dapat digunakan untuk menanggulangi prasangka sosial, kerawanan sosial,
kecemburuan sosial, gejolak sosial serta untuk memantapkan pengendalian sosial.
Sehubungan dengan upaya
menanggulangi problema sosial, seperti penataan wilayah pemukiman di perkotaan,
penertiban lalu lintas, penanganan tingkah laku kriminal, delinkuensi
(kenakalan) anak dan remaja, serta alkoholisme, dapat digunakan berbagai hasil
penelitian eksperimental dan lapangan yang telah dihasilkan oleh Psikologi
Sosial.
Manfaat
Psikologi Sosial bagi seorang guru. Psikologi Sosial telah menghasilkan
berbagai hasil penelitian berkenaan
dengan peran keluarga, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa dalam
perkembangan diri individu dan warga masyarakat, terutama anak-anak.
Hasil-hasil penelitian ini berguna bagi guru dalam mempertimbangkan
kegiatan-kegiatan mendidik anak-anak di
sekolah, dan membantu prakarsa sekolah dalam menjalin kerja sama yang baik
dengan orang tua murid.
Pandangan-pandangan Psikologi Sosial berguna bagi guru untuk memahami
latar belakang sosial dan kebudayaan anak serta untuk memberikan pelayanan yang
sesuai dengan perbedaan individual anak, misalnya cara menangani anak-anak
bermasalah, cara mengatur pembagian kelompok dalam melakukan kegiatan belajar,
teknik memberikan latihan kepemimpinan bagi anak dan lain sebagainya.
Selain
itu, pemahaman guru terhadap Psikologi Sosial akan membantunya dalam
mengajarkan topik-topik yang berkaitan dengan Psikologi Sosial dari bidang-bidang
studi tertentu seperti IPS dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Setelah mengkaji Antropologi, khususnya
Antropologi Sosial, Sosiologi dan Psikologi Sosial dari segi pengertian,
sejarah perkembangan, perbandingan antara ketiganya, serta manfaat ketiganya
bagi modernisasi masyarakat dan profesi guru, sekarang kita membahas bidang
studi IPS mana saja yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep Antropologi Sosial,
Sosiologi dan Psikologi Sosial terutama dalam mengajarkan topik-topik dalam
bidang studi IPS tersebut di Sekolah Dasar.
- TOPIK-TOPIK Bidang Studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh Konsep-konsep Antropologi Sosial, Sosiologi dan Psikologi Sosial.
- Topik-topik dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep Antropologi Sosial, antara lain :
- Lingkungan keluarga (kelas III) (anggota keluarga dan pembagian kerja); tatakrama
- Penduduk Indonesia (kelas V) aneka ragam suku bangsa; adat istiadat dan budaya; bahasa.
- Topik-topik dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep Sosiologi antara lain :
- Lingkungan sekolah (kelas III)
- Sekolah sebagai pusat pendidikan dan pengetahuan (kelas IV)
- Penduduk Indonesia
Pembauran (kelas V)
Usaha mengatasi permasalahan
kota/ desa (kelas V)
- Topik-topik yang dapat ditunjang pleh konsep-konsep Psikologi Sosial antara lain :
- Tindakan-tindakan ekonomi (kelas IV)
Pemanfaatan waktu; Hidup sederhana; Hidup hemat.
- Penduduk Indonesia (kelas V)
Aneka ragam suku bangsa; adat istiadat dan budaya;
Pembauran (kelas V); Usaha mengatasi permasalahan kota/ desa (kelas V); Kebutuhan berkomunikasi
(kelas V).
D. Rangkuman
Antropologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia sebagai makhluk masyarakat.
Sedangkan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Psikologi
Sosial adalah studi tentang pengaruh sosial atau studi tentang kelompok dan
studi tentang proses-proses individual bersama, seperti sikap sosial, bahasa
dan sebagainya.
Sejarah
antropologi terbagi dalam 4 tahap perkembangan, sosiologi juga 4 tahap
perkembangan. Psikologi Sosial muncul atau berkembang dari Psikologi dengan
penelitian yang lebih objektif dan sistematis.
Dengan
antropologi sosial memungkinkan kita lebih memahami keadaan masyarakat,
kepribadian masyarakat dan kebudayaan masyarakat. Antropologi sosial dapat pula
menjelaskan nilai-nilai dalam sistem nilai budaya kita yang menunjang
pembangunan dan nilai-nilai yang tak sesuai dengan pembangunan. Sebagai seorang
guru sangatlah penting mengenal latar belakang anak didik, dalam hal latar
belakang budaya, seperti adat, tradisi dan nilai-nilai budaya yang dianut.
Sosiologi
sangat bermanfaat bagi modernisasi masyarakat atau pembangunan, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun tahap evaluasi. Dengan bekal sosiologi seorang
guru akan lebih terarah membimbing anak didik ke arah pembentukan tipe manusia
pembangunan di masa depan. Hasil penelitian Psikologi Sosial dapat bermanfaat
membantu menanggulangi masalah sosial, seperti penataan pemukiman wilayah
perkotaan, penangangan tingkah laku kriminal, penertiban lalu lintas, kenakalan
remaja/ delekuensi anak, alkoholisme dan lain-lain.
Perbandingan antara antropologi,
sosiologi dan psikologi sosial mencakup asal mula, objek formal, objek
penelitian, dan metode penelitian. Sedangkan topik-topik dalam bidang studi IPS
SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep antropologi, sosiologi dan peikologi
sosial, antara lain terdapat di Kelas III, IV dan V.
E. L a t i h a n
- Jelaskan perbandingan kajian antropologi, sosiologi dan psikologi sosial!
- Jelaskan menurut pendapat anda. Sumbangan atau pemikiran apa saja yang diberikan kepada konsep dasar IPS!
- Ambil salah satu pokok bahasan mata pelajaran IPS kelas IV, dan cari indikatornya kemudian anda cari metode pembelajarannya, yang cocok!
- Bagaimana menurut pendapat anda, manfaat psikologi sosial dalam penerapan konsep dasar IPS?
- Bandingkan sejarah perkembangan dari Ilmu Antropologi, Ilmu Sosiologi dan Psikologi Sosial!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar