Senin, 12 Desember 2016

Materi Kuliah IPS SD (Pertemuan 6 - 8)



                                                           
TOPIK PENDUKUNG MATERI PEMBELAJARAN
IPS SD

A. Kerangka Isi
       Mungkin anda pernah belajar atau pernah membaca buku pengantar tentang antropologi, pengantar sosiologi ataupun pengantar psikologi sosial, maka isi bab ini tidak lagi asing bagi anda. Andaikan anda belum pernah mengenalnya, hal itu tidak akan terlalu menjadi persoalan karena pada dasarnya banyak pengalaman anda dalam hidup bermasyarakat yang relevan dan berkaitan dengan konsep-konsep yang disajikan  berikut ini.
       Pada bab ini disajikan secara berurutan tentang pengertian antropologi, sosiologi dan psikologi sosial, sejarah perkembangan antropologi, sosiologi dan psikologi sosial. Selanjutnya membandingkan antropologi sosial, sosiologi dan psikologi sosial, manfaat ketiganya serta menerapkan konsep-konsep ketiganya dalam proses belajar mengajar.

B. Tujuan Pembelajaran
      Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda dapat memahami pengertian tentang antropologi, sosiologi dan psikologi sosial. Diharapkan pula anda memiliki kemampuan untuk mengkaji sejarah perkembangan, membandingkan dan menjelaskan manfaat antropologi, sosiologi dan psikologi sosial, serta dapat menerapkan konsep-konsep antropologi, sosiologi maupun psikologi sosial.

C. Materi Pembelajaran
  1. PENGERTIAN DASAR ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI  SOSIAL
     Secara etimologis, antropologi berasal dari istilah bahasa Yunani anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti daya pikir, pikiran, kata, susunan pendapat, cerita, ilmu. Jadi antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia. Atau antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat.
     Dalam perkembangannya antropologi melahirkan berbagai cabang ilmu. Salah satu cabangnya adalah Antropologi Sosial yang memiliki banyak persamaan dengan sosiologi. Antropologi Sosial berusaha mencari unsur-unsur persamaan di bidang aneka warna beribu-ribu masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi ini, dengan tujuan untuk mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya.
     Secara garis besar pada umumnya para ahli membedakan antropologi  ke dalam antropologi fisik dan antropologi budaya.
     Antropologi fisik mempelajari :
  1. sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, yang dipelajari dalam paleoantropologi.
  2. sejarah terjadinya aneka manusia dipandang dari segi ciri-ciri tubuhnya, dikaji di dalam antropologi fisik dalam arti khusus.
Antropologi budaya mempelajari :
  1. persebaran dan terjadinya aneka bahasa, dipelajari dalam etno-linguistik.
  2. perkembangan, perubahan dan terjadinya aneka kebudayaan, ditelaah oleh para ahli prehistori.
  3. dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat, dipelajari dalam etnologi dan antropologi sosial.
     Secara sepintas sulit membedakan antropologi sosial dengan sosiologi. Antropologi sosial mencari prinsip-prinsip persamaan di balik aneka masyarakat dan kebudayaan dengan tujuan memperoleh pengertian tentang hidup masyarakat dan kebudayaan. Tujuan seperti itu jugalah yang ingin dicapai oleh sosiologi. Namun demikian tetap ada perbedaan di antara keduanya. Selain daripada sejarah perkembangan di antara kedua ilmu itu, perbedaan di antara kedua ilmu itu  juga pada metode dan masalah khas.
     Perbedaan ini tampak, mislnya pada dua orang ahli antropologi dan ahli sosiologi yang mengadakan penelitian di suatu tempat, Ahli antropologi sosial akan mencoba menyelidiki semua unsur dalam kebudayaan di tempat itu sebagai kebulatan. Ia berpengalaman dalam penelitian intensif dan mendalam, misalnya dengan menggunakan teknik wawancara atau interview. Dikumpulkannya bahan-bahan dengan memperhatikan bahan-bahan yang sifatnya meluas dengan metode kualitatif. Ahli sosiologi akan menyelidiki masalah-masalah , unsur-unsur, atau gejala-gejala khusus dengan tidak usah memandang terlebih dahulu susunan dari keseluruhannya. Ia berpengalaman dalam menyelidiki masyarakat-masyarakat kompleks. Oleh karena itu ia lebih banyak menggunakan metode yang bersifat penelitian meluas, misalnya dengan menggunakan angket dengan memperhatikan bahan-bahan yang lebih bersifat meluas dengan metode kuantitatif.
     Secara etimologis sosiologi berasal dari bahasa Latin socius dan bahasa Yunani logos. Socius berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, anggota persekutuan masyarakat. Logos berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Dari segi isi, banyak ahli sosiologi mengemukakan berbagai definisi. Kita ambil dari Pitirim Sorokin yang diterjemahkan oleh Soerjono Soekanto, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antar gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain-lain), hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis), ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala sosial.
      Sebagai ilmu sosial yang obyeknya masyarakat, sosiologi bersifat empiris, teoritis, kumulatif dan nonetis. Bersifat empiris berarti sosiologi mendasarkan studinya terhadap kenyataan yang bukan spekulatif. Dengan teoritis dimaksud bahwa sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil pengamatannya, yang disusun secara logis serta mampu menjelaskan hubungan sebab akibat. Bersifat kumulatif berarti bahwa teori-teori yang disusun berdasarkan pada teori-teori yang sudah diakui kebenaran ilmiahnya. Dan nonetis adalah bahwa kriteria yang dipergunakan bukanlah indah dan jelek, tetapi didasarkan pada kriteria benar dan salah yang dijelaskan secara analitis.
      Sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini, bukan pada apa yang seharusnya terjadi. Oleh karena itu sosiologi termasuk disiplin yang kategoris, bukan disiplin yang normatif. Keketatan aturan tercermin di dalam langkah-langkah yang harus dilalui serta aturan-aturan yang harus ditaati di dalam menerapkan metode ilmiah, Salah satu aturan itu tampak pada, misalnya kumulasi teori. Teori yang baru tidak boleh bertentangan dengan teori terdahulu yang telah diakui kebenaran ilmiahnya.
     Tujuan sosiologi adalah untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat berdasarkan fakta-fakta yang mungkin dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat.
     Perlu dihidari kesalah pahaman antara pengertian sosiologi dengan pengertian ilmu-ilmu sosial. Sosiologi mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan hubungan antar individu dalam masyarakat itu. Hal ini berbeda dengan segi-segi yang lain dari masyarakat tadi, apakah itu segi kehidupan ekonomi, misalnya yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materiilnya dari bahan-bahan yang terbatas persediaannya (yang dipelajari dalam ilmu ekonomi). Juga berbeda dengan kajian tentang daya upaya manusia untuk memperoleh, mempertahankan dan menggunakan kekuasaan (yang dikaji dalam ilmu politik). Demikian juga dengan kajian yang dilakukan oleh ahli psikologi sosial, ataupun oleh ahli sejarah. Semua bidang kajian tersebut termasuk ke dalam ilmu-ilmu sosial.
     Psikologi sosial yang secara populer disebut ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang mempelajari :
    • pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi rangsang sosial.
    • peristiwa-peristiwa tingkah laku antar pribadi.
    • interaksi manusia
    • individu manusia yang berinteraksi, sebagian besar secara simbolik, dengan lingkungannya.
    • Tingkah laku individu sebagai rangsang sosial.
    • Pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok dan kebudayaan lain.

  1. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL
       Pertama-tama kita tinjau sejarah perkembangan antropologi. Koentjaraningrat membagi sejarah perkembangan antropologi dalam 4 tahap, yaitu tahap I: Sebelum tahun 1800, tahap II: Kira-kira pertengahan abad ke-19, tahap III: Permulaan abad ke-20 dan tahap IV: Sesudah kira-kira tahun 1930.
Tahap I : Sebelum tahun 1800
       Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16 bangsa-bangsa di Eropa Barat menjelajah ke Benua Afrika, Asia dan Amerika. Penjelajahan itu kemudian melahirkan penjajahan yang berlangsung sekitar 4 abad. Orang-orang dari Eropa Barat itu menyaksikan adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik berbagai suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika yang berbeda dengan bangsa-bangsa di Eropa Barat.Kesaksian ini antara lain melahirkan aneka ragam karya tulis berupa buku kisah perjalanan, laporan serta tulisan musafir-musafir, pelaut, pendeta, penterjemah kitab suci dan pegawai pemerintah jajahan. Bahan tulisan itu disebut bahan etnografi, pemerian (deskripsi) tentang bangsa-bangsa. Pemerian itu umumnya bersifat kabur, kurang teliti, dan kebanyakan memperhatikan hal-hal yang aneh di mata orang Eropa. Sampai sekarang istilah etnografi masih dipakai untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi yang bersifat deskriptif.
Tahap II : Kira-kira Pertengahan Abad ke-19
       Pada kurun waktu ini lahir tulisan-tulisan hasil penyusunan bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Menurut cara berpikir ini masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat selama beribu-ribu tahun, dari tingkat-tingkat rendah melalui beberapa tingkat antara sampai ke tingkat-tingkat tertinggi. Menurut para penyusun itu bentuk masyarakat dan kebudayaan tertinggi adalah yang hidup di Eropa Barat, sedangkan yang di luar Eropa digolongkan sebagai primitif, dianggap sebagai contoh-contoh tingkat-tingkat kebudayaan yang lebih rendah, yang merupakan sisa-sisa kebudayaan manusia zaman dahulu. Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar tahun 1860 yang mengklasifikasikan bahan tentang beragam kebudayaan di seluruh dunia menurut tingkat-tingkat evolusi tertentu, lahirlah ilmu antropologi. Tujuan ilmu ini adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Tahap III : Permulaan Abad ke-20
       Dalam kurun waktu ini sebagian besar negara penjajah di Eropa Barat telah berhasil memantapkan kekuasaannya di negara-negara jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahan dalam menghadapi perlawanan bangsa-bangsa terjajah digunakan ilmu antropologi. Selain itu, berkembang pemikiran bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting karena dengan memahami masyarakat yang tak kompleks akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks seperti Eropa. Pada tahap ini antropologi berkembang menjadi ilmu yang praktis, terutama di Inggris. Tujuan antropologi diarahkan kepada mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial dan untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
Tahap IV : Sesudah Kira-kira Tahun 1930
       Dalam kurun waktu ini terjadi dua perubahan di dunia, yaitu meningkatnya rasa antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II dan cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif. Keadaan ini mengakibatkan antropologi seolah-olah kehilangan lahan garapan dan para ahli berusaha mengembangkan lahan penelitian yang baru. Pada kurun waktu ini terjadi perkembangan antropologi yang paling luas, dalam arti semakin bertambahnya bahan pengetahuan yang lebih teliti dan semakin dipertajamnya metode-metode ilmiah. Tujuan akademis antropologi pada tahap ini adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka ragam bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya. Sedangkan tujuan praktis antropologi pada masa ini adalah mempelajari manusia dalam aneka ragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
       Cikal bakal antropologi yang dimulai dengan etnografi dalam seluruh sejarah perkembangannya dari waktu ke waktu melahirkan aneka cabang ilmu/ disiplin ilmu seperti berikut ini :
Antropologi  dibagi 2 yaitu Antropologi Biologi dan antropologi Budaya. Selanjutnya Antropologi Biologi dibagi dua, yaitu Paleo-antropologi dan Antropologi Ragawi (fisik). Sedangkan Antropologi Budaya terbagi menjadi lima, yaitu Prehistori (Prasejarah), Etnolinguistik (Antropologi Linguistik), Etnologi, Etnopsikologi (Antropologi Psikologi) dan Antropologi Spesialisasi (Terapan).
       Perlu dikemukakan secara sekilas pengertian ilmu-ilmu tersebut, Paleo antropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul dan evolusi makhluk manusia dengan meneliti fosil-fosil manusia dari zaman dahulu yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi dengan berbagai metode penggalian. Antropologi Ragawi dalam arti khusus mempelajari sejarah terjadinya dan perkembangan aneka warna makhluk manusia ditinjau dari sudut ciri-ciri tubuh, baik yang lahiriah (warna kulit, warna rambut, indeks tengkorak, bentuk mukax, warna dan bentuk mata, bentuk hidung, tinggi badan, bentuk tubuh dan lain-lain) serta golongan darah.
       Antropologi Budaya tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya. Prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran berbagai kebudayaan manusia di bumi dalam zaman sebelum manusia mengenal huruf (tulisan). Etnolinguistik, mempelajari linguistik ratusan bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini, antara lain dengan meneliti kosa kata, melukiskan ciri bahasa dan tata bahasa serta menggunakan berbagai metode untuk menganalisis dan mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan.
       Etnologi adalah mempelajari azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini. Terdapat dua aliran atau golongan penelitian dalam etnologi, yaitu: Pendekatan Integrasi Deskriptif dan pendekatan Generalisasi.
       Etnopsikologi terutama memperhatikan tiga masalah pada awal kelahirannya, yaitu kepribadian bangsa, peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat, dan nilai universal dari konsep-konsep psikologi. Penelitian antropologi ini menggunakan banyak konsep psikologi dalam analisisnya.
       Antropologi Spesialisasi (Terapan), mengkhususkan diri mempelajari berbagai masalah praktis dalam masyarakat dan hasil-hasilnya dapat lebih langsung diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah itu. Dalam perkembangan antropologi spesialisasi ini lahirlah berbagai ilmu bagian, seperti Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, Antropologi Kependudukan, Antropologi Kesehatan, Antropologi Pendidikan, Antropologi Pedesaan dan Perkotaan.
       Dalam sejarah perkembangan Sosiologi sampai menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri tampak ada empat (4) tahap perkembangan :
       Pertama, pemikiran sosiologis merupakan bagian dari filsafat, karena dari kalangan filusuf yang membahas berbagai persoalan filosofis, ada filosof yang membahas pula tentang masyarakat. Kemudian dalam sejarah perkembangan filsafat lahir cabang filsafat yang secara khusus membahas tentang masyarakat, yaitu Filsafat Sosial. Ada filosof yang secara khusus mendalami dan mengemukakan pemikirannya tentang berbagai hal berkenaan dengan masyarakat.
       Kedua, pemikiran sosiologis dipengaruhi oleh pemikiran hukum kodrati, hukum alam, lex naturalis yang melandasi segala gejala. Orang sampai kepada pertanyaan sosiologis yang penting yakni apakah kenyataan kehidupan bersama dalam masyarakat itu dikuasai oleh suatu hukum kodrat, suatu hukum alam atau suatu lex naturalis. Pertanyaan ini mengantar orang kepada pemikiran rasionalistis bahwa masyarakat dan negara terjadi karena adanya kontrak sosial, perjanjian sosial. Dalam perkembangan kemudian, orang mulai meragukan teori kontrak sosial ini dan mulai memikirkan kemungkinan melakukan pengkajian empiris terhadap gejala sosial.
       Ketiga, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri tetapi masih menggunakan metode ilmu-ilmu pengetahuan lain, terutama ilmu pengetahuan alam. Kelahiran sosiologi didorong oleh terjadinya krisis-krisis sosial yang melanda Eropa sekitar tahun 1830. Krisis kemasyarakatan ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan sosial yang disertai kekacauan dan konflik. Misalnya kekacauan zaman Revolusi Perancis dan zaman Napoleon yang merupakan krisis sosial politik yang membuka zaman baru dalam sejarah, kemudian Revolusi Industri di Inggris yang ditandai kesenjangan yang lebar antara kaum yang kaya dengan kaum yang miskin. Ahli yang pertama-tama memberikan penafsiran sosiologis terhadap krisis sosial ini adalah Saint Simon. Pandangannya kemudian diteruskan oleh August Comte yang menekankan perlunya mempelajari kehidupan bersama untuk menemukan ketentuan hukum yang mengaturnya, melalui observasi dan klasifikasi yang sistematis dan bukan melalui otoritas (wewenang) dan spekulasi. August Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi untuk ilmu baru ini pada tahun 1838. Beliau dipandang sebagai Bapak Sosiologi.
       Keempat, sosiologi tak hanya telah berkembang menjadi suatu ilmu mandiri karena memiliki objek (formal) yang khusus, tetapi juga telah menemukan konsep-konsep sendiri serta metode-metode sosiologi yang khusus. Pada tahap ini mengalami perkembangan yang pesat baik di Eropa maupun di Amerika Serikat dengan menghasilkan banyak teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan pada spekulasi di belakang meja atau observasi yang bergantung pada kesan-kesan sesaat. Pembagian atas empat tahap ini adalah pemikiran P.J.Bowman (Sugito Sujitno, 1976: 9-16).
       Dalam sejarah perkembangannya Sosiologi berkembang menjadi berbagai bidang spesialisasi, diantaranya: Sosiologi Terapan, Tingkah laku kolektif, Komunitas, Sosiologi Komparatif, Sosiologi Budaya, Demografi, Ekologi Manusia, Sosiologi Budaya, Sosiologi Matematika, Sosiologi Kesehatan Organisasi Sosial, Teori Sosiologi, Sosiologi Agama, Sosiologi Pedesaan  dan Perkotaan dan lain-lain.
       Berbagai ahli dari zaman dulu telah mengemukakan pandangan dan pemikiran yang berciri Psikologi Sosial, misalnya para filosof Yunani dan filosof Cina seperti Kong Fu Tse. Namun, baru kemudian di abad ke-19 Psikologi Sosial mulai dipikirkan secara sistematis dan khusus.
       Psikologi Sosial lahir dari kancah perkembangan Psikologi. Psikologi sendiri sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri berkembang dari Filsafat. Kemudian Psikologi menjadi ilmu yang mandiri, ditandai oleh didirikannya laboratorium Psikologi yang pertama di Leipzig, Jerman pada tahun 1879 oleh Wilhelm Wundt. Setelah itu, penelitian Psikologi dilakukan secara lebih objektif dan sistematis. Hal ini menyebabkan berkembangnya berbagai cabang ilmu Psikologi, seperti Psikologi Perkembangan, yang berkembang menjadi Psikologi Anak, Psikologi Remaja, Psikologi Orang Dewasa, Psikologi Orang Tua, psikologi kepribadian, Psikologi Belajar, PsikologinPendidikan, psikologi Sosial, Psikologi Eksperimen, Psikopatologi, Psikodiagnostik, Psikologi Klinis dan Psikologi Perusahaan.
      Psikologi Sosial yang berkembang dari Psikologi mengembangkan penyelidikannya diatas dasar penemuan-penemuan yang telah dihasilkan Psikologi umum. Misalnya untuk memahami kegiatan saling hubungan antar manusia, untuk memahami peristiwa tingkah laku antar pribadi. Psikologi Sosial perlu mengetahui kebutuhan dan tujuan manusia serta bagaimana manusia melakukan persepsi, berpikir dan belajar. Prinsip-prinsip motivasi, persepsi dan kognisi sebagai penemuan Psikologi Umum akan membantu Psikologi Sosial dalam upaya memahami bagaimana seorang individu mengembangkan tujuan sosialnya, bagaimana persepsinya terhadap pribadi dan kelompok lain, dan bagaimana ia mempelajari tingkah laku sosial. Kalau Psikologi Umum yang “murni” antara lain menghasilkan penemuannya dari eksperimen di dalam laboratorium, sedangkan Psikologi Sosial berupaya membuktikan apakah teori-teori itu berlaku dalam situasi sosial nyata yang kompleks atau tidak. Psikologi Sosial berupaya pula memberikan alternatif pemecahan terhadap berbagai problem sosial dan tingkah laku menyimpang secara sosial, seperti kejahatan, perceraian, konflik antar kelompok, prasangka, pencurian, bunuh diri dan pelacuran.
       Gabriel Tarde (1842-1904), mengemukakan pendapat yang berpengaruh besar terhadap perkembangan Psikologi Sosial, yaitu bahwa dasar interaksi sosial antar manusia adalah proses imitasi/ peniruan. Imitasi merupakan faktor utama dalam perkembangan jiwa individu. Hal ini menyebabkan terjadinya adat kebiasaan dan tradisi dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat tak lain adalah sekelompok manusia yang terdiri atas individu-individu yang saling mengimitasi (tiru meniru, ikut mengikuti, contoh mencontohi).
       Gustave Le Bon memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan perkembangan Psikologi Sosial dalam bidang Psikologi Massa (orang ramai). Suatu massa seakan-akan mempunyai jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya dengan sifat jiwa individu satu persatu yang termasuk dalam massa it. Seorang individu dalam massa akan mengalami dan bertingkah laku secara berlainan dibandingkan dengan pengalaman dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu. Dibandingkan dengan jiwa individu, maka jiwa massa itu lebih impulsif (mudah meledak), lebih mudah tersinggung, ingin bertindak segera dan nyata, lebih sentimentil, kurang rasional, lebih mudah dipengaruhi dan lebih mudah meniru.
       Sigmund Freud, mempelajari pula tentang Psikologi Massa dan beberapa pendapatnya selaras dengan yang dikemukakan Gustave Le Bon. Namun berbeda dengan Gustave Le Bon yang berpendapat bahwa individu manusia mempunyai jiwa yang secara hakiki berbeda dengan jiwa massa, Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya juga sudah terdapat dan dicakupi oleh jiwa individu itu, hanya jiwa massa yang primitif itu terdapat pada individu manusia dalam taraf yang tidak sadar, dalam keadaan terpendam. Dalam situasi massa, jiwa massa yang terpendam itu seakan-akan diajak untuk menyatakan diri dengan leluasa.
       Emile Durkheim, seorang tokoh Sosiologi mengemukakan pendapat yang disebut Sosiologismus. Menurut pendapat ini, ciri-ciri individu untuk sebenarnya tidak ada, yang ada adalah ciri-ciri dan sifat-sifat kelompok masyarakat dimana individu itu hidup. Jiwa individu adalah ungkapan atau manifestasi jiwa kelompok. Karena itu untuk memahami sifat-sifat atau ciri-ciri individu, cukuplah dengan mempelajari ciri-ciri kelompok dimana individu itu hidup.
       William James dan Charles H. Cooley  menandaskan bahwa perkembangan individu manusia itu berhubungan erat sekali dengan perkembangan masyarakat di lingkungannya. Ciri-ciri dan tingkah laku individu sukar dimengerti apabila tidak diselidiki saling hubungannya dengan orang-orang lain dalam kehidupan masyarakatnya yang memiliki struktur dan sifat-sifatnya yang khas. Sehubungan dengan konsep diri, dikemukakan pendapat bahwa konsep diri seseorang (pandangan dan penghargaan terhadap diri sendiri) sangat dipengaruhi oleh pendapat-pendapat dan anggapan-anggapan orang lain terhadap dirinya. Konsep diri seseorang individu merupakan refleksi (pantulan) dari konsep-konsep orang lain terhadap diri seseorang.
       Kurt Lewin memulai satu aliran baru dalam Psikologi yang disebut Topological Psychology atau Field Psychology. Field Psychology menandaskan bahwa guna menyelidiki tingkah laku manusia dengan sebaik-baiknya, haruslah diingat bahwa manusia itu hidup dalam suatu field, suatu lapangan kekuatan-kekuatan baik fisik maupun psikis yang selalu berubah-ubah menurut situasi kehidupannya. Kurt Lewin secara khusus menyelidiki tentang dinamika kelompok, antara lain mengenai peranan “suasana kelompok” terhadap prestasi kerja dan efisiensi kerja kelompok itu. Pada tahun 1939/ 1940 dilakukan eksperimen yang terkenal, yaitu eksperimen dari Lewin, Lippid, dan White, yang bertujuan meneliti pengaruh atau peranan dari 3 macam pimpinan terhadap suasana dan cara kerja kelompok. Peserta eksperimen terdiri atas anak-anak lelaki berumur 11 tahun, yang dibagi dalam tiga kelompok. Tiap kelompok dipimpin seorang pemimpin (orang dewasa) yang maisng-masing memiliki cara kepemimpinan yang berlainan yaitu otoriter, demokratis, dan laissez-faire (acuh tak acuh dan menyerahkan segala keputusan kepada para anggota kelompok). Hasil kesimpulan eksperimen ini menyatakan bahwa cara-cara kepemimpinan yang berlainan menimbulkan cara-cara interaksi serta suasana kerja yang berlainan. Dengan kata lain, dinamika kelompok sangat dipengaruhi oleh cara-cara kepemimpinan. Kesimpulan lain yang dapat ditarik adalah kepemimpinan yang terpusat pada kelompok adalah demokratis, sedangkan yang terpusat pada kelompok merupakan pimpinan yang paling baik karena dapat menimbulkan suasana kerja dan produktivitas kelompok yang tinggi. Mungkin kadang-kadang terdapat situasi yang memerlukan tindakan pemimpin secara otoriter, tetapi pada umumnya pimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Bila pimpinan terlalu otoriter, mudah timbul sifat-sifat yang tidak dikehendaki dalam interaksi kelompok seperti masa bodo, apatis, agresif dan kesukaan mencari “kambing hitam”.
       Dalam beberapa dasa warsa ini Psikologi Sosial telah mengalami perubahan yang dramatis, karena timbulnya ledakan penelitian dan teori serta perkembangan ulasan ilmiah dari para ahli Psikologi Sosial. Selain itu muncul pula minat baru dalam penerapan praktis psikologi sosial untuk memahami masalah-masalah sosial yang penting. Sejalan dengan waktu, inti bidang psikologi sosial bergeser secara bertahap. Dewasa ini penekanannya bukan lagi pada dinamika kelompok tetapi ada hubungan yang akrab, sedangkan minat penelitian tidak lagi tertuju pada perubahan sikap tetapi pada pengertian sosial dan sebagainya.       


3. PERBANDINGAN ANTARA ANTROPOLOGI SOSIAL, SOSIOLOGI DAN  PSIKOLOGI SOSIAL
     Perbandingan ini perlu dilakukan karena ketiga bidang ilmu ini sangat dekat ditinjau dari segi objek yang diteliti dan perkembangannya pun semakin mendekat satu sama lain. Selain itu, dalam penelitian masing-masing bidang ilmu ini memanfaatkan hasil-hasil penemuan yang telah dicapai oleh orang lain. Sosiologi memanfaatkan hasil penemua Antropologi Sosial dan Psikologi Sosial. Psikologi Sosial memanfaatkan hasil penemuan Antropologi Sosial dan Sosiologi. Antropologi Sosial memanfaatkan pula hasil penemuan Sosiologi dan Psikologi Sosial.
  1. Asal Mula
     Antropologi Sosial berasal dari Etnografi, Sosiologi berasal dari Filsafat Sosial, sedangkan Psikologi Sosial berasal dari Psikologi.
  1. Obyek Formal
     Antropologi Sosial berusaha mencari unsur-unsur persamaan di bidang aneka warna beribu-ribu masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi ini, dengan tujuan untuk mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya.
     Sosiologi mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seluas mungkin. Sosiologi memandang peristiwa-peristiwa sosial dengan caranya sendiri, yaitu mendalam sampai hakikat segala pembentukan kelompok, hakikat kerja sama serta kehidupan bersama dalam arti kebendaan dan kebudayaan.
     Psikologi sosial mempelajari perilaku individu, kelompok dan masyarakat (perilaku sosial) yang dipengaruhi oleh situasi sosial, yang mengundang tanggapan (responal) yang sama dari semua orang.
  1. Objek Penelitian
     Antropologi Sosial dapat menempuh 2 cara:
     Pertama, masyarakat dan kebudayaan diteliti secara mendalam dan bulat, lalu hasil penelitian tersebut dapat diterapkan untuk masyarakat-masyarakat lain pada umumnya.
     Kedua, Beberapa unsur terbatas dari banyak (200-300 lebih) masyarakat dan kebudayaan diteliti dalam rangka membuat perbandingan yang merata untuk memahami sifat aneka warna (variasi, diversitas) masyarakat dan kebudayaan manusia.
     Antropologi sosial meneliti tingkah laku sosial yang pada umumnya dalam bentuk yang sudah terlembagakan, seperti keluarga, sistem kekerabatan, kultus keagamaan, organisasi politik, tata cara hukum.
     Objek penelitian Psikologi Sosial, dapat dibedakan menjadi 3 jenis peneliian psikologi sosial, yaitu :
    1. Penelitian tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, misalnya tentang persepsi, motivasi, proses belajar.
    2. Penelitian tentang proses-proses individual bersama, misalnya tentang bahasa, sikap sosial.
    3. Penelitian tentang interaksi kelompok, misalnya tentang kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, otoritas, konformitas (keselarasan), kerja sama, persaingan, peran sosial.
     Antropologi Sosial terutama mencari objek-objek penelitiannya didalam masyarakat pedesaan. Namun akhir-akhir ini ilmu ini mencari pula objek-objek penelitian dalam masyarakat-masyarakat yang kompleks atau masyarakat perkotaan.
     Sosiologi terutama mencari objek-objek penelitiannya didalam masyarakat perkotaan. Namun telah berkembang pula suatu bidang spesialisasi dalam sosiologi yaitu sosiologi pedesaan yang meneliti masyarakat pedesaan.
  1. Metode Penelitian
     Pengalaman panjang antropologi dalam meneliti masyarakat kecil mengakibatkan berkembangnya berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian intensif dan mendalam, misalnya berbagai metode wawancara.
     Pengalaman panjang antropologi dalam menghadapi aneka warna beribu-ribu kebudayaan dalam masyarakat kecil di seluruh muka bumi mengakibatkan berkembangnya berbagai metode pengumpulan bahan yang mengkhusus ke dalam, yang kualitatif sertaberbagai metode pengolahan dan analisis yang bersifat mebandingkan, yang komparatif.
     Para ahli sosiologi yang biasanya meneliti masyarakat kompleks lebih banyak menggunakan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian meluas, misalnya berbagai metode angket.
     Sosiologi lebih banyak berpengalaman meneliti gejala masyarakat perkotaan yang kompleks dan kurang memperhatikan/ sifat aneka warna dari hidup masyarakat dan kebudayaan manusia yang menjangkau seluruh dunia. Latar belakang ini menyebabkan berkembangnya berbagai metode pengumpulan bahan yang bersifat meluas merata, serta berbagai metode pengolahan bahan dan analisis yang berdasarkan perhitungan dalam jumlah besar. Metode-metode ini bersifat kuantitatif, misalnya metode statistik.
     Ada 2 jenis rancangan penelitian (riset) dalam psikologi sosial, yaitu korelasional dan eksperimental.
      a.  Penelitian korelasional mempersoalkan apakah dua atau lebih variabel itu berhubungan, dapat juga menyangkut berbagai variabel sekaligus, serta dapat menyelidiki sejumlah faktor yang biasanya tidak dapat dikendalikan dalam laboratorium, seperti rasa takut yang besar, kemiskinan atau kelas sosial. Penelitian semacam ini biasanya tidak memperbolehkan pengambilan kesimpulan sebab akibat.
  1. Dalam penelitian eksperimental, subjek ditugaskan secara acak dalam situasi yang hanya berbeda di dalam berbagai cara pertimbangan tertentu. Jika terdapat perbedaan hal itu disebabkan oleh variabel tersebut. Dalam eksperimen peneliti dapat mengendalikan situasi dan mungkin membuat kesimpulan sebab akibat.
     Metode-metode penelitian psikologi sosial pada dasarnya sama dengan metode-metode penelitian psikologi. Namun disamping itu dalam penelitian psikologi sosial digunakan pula metode-metode penelitian sosiologi.
Metode-metode yang biasanya digunakan dalam penelitian psikologi sosial, adalah :
    1. metode eksperimen
    2. metode survei
    3. metode diagnostik psikis (test psikologi), dengan menggunakan skala sikap, tes kepribadian, tes proyeksi dan tes lainnya.
    4. metode sosiometri

  1. MANFAAT ANTROPOLOGI SOSIAL, SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL BAGI MODERNISASI MASYARAKAT DAN PROFESI GURU
  1. Manfaat Antropologi Sosial
     Manfaat Antropologi Sosial bagi modernisasi masyarakat. Antropologi Sosial memungkinkan kita lebih memahami keadaan masyarakat, kepribadian masyarakat dan kebudayaan masyarakat. Selain itu antropogi sosial memberikan masukan-masukan tentang bagaimana sebaiknya suatu perubahan diperkenalkan dan diterima masyarakat dalam konteks tetap terjaganya keseimbangan masyarakat dan kebudayaan.
     Suatu perubahan yang hendak ditawarkan sebaiknya dilihat sebagai sesuatu hal yang telah ada dan dimiliki masyarakat, bukan sebagai sustu hal asing. Perubahan itu hanyalah berupa suatu perbaikan dari apa yang telah dimiliki sebelumnya. Antropologi Sosial  memberikan pemahaman kepada kita, tentang apa yang telah kita miliki itu, apakah berupa benda, peristiwa, sikap, nilai, kebiasaan, pengetahuan ataupun keterampilan. Para perencana modernisasi masyarakat dapat menjelaskan tetang apa yang telah kita miliki itu dan mengapa perlu hal itu diperbaiki dengan mengambil argumen-argumen yang bersumber pada kepribadian masyarakat dan kebudayaan. Dengsn cara ini, masyarakat dapat dimotivasi untuk menerima dan berpartisipasi dalam program modernisasi yang ditawarkan.
     Antropologi Sosial dapat  pula menjelaskan nilai-nilai dalam sistem nilai budaya kita yang menunjang pembangunan dan nilai-nilai yang tak sesuai dengan pembangunan. Antropologi Sosial dapat menjelaskan pula segi-segi positif dari mentalitas masyarakat yang menunjang pembangunan serta segi-segi negatif dari mentalitas masyarakat yang kurang sesuai dengan pembangunan dan karena itu seharusnya diubah. Disamping itu, Antropologi sosial dapat pula menyajikan cara-cara yang dipandang baik untuk mengubah nilai-nilai dalam sistem nilai budaya kita yang tak menunjang pembangunan serta cara-cara mengubah sikap-sikap mental negatif yang masih dianut masyarakat yang tak menunjang pembangunan. Dalam bukunya, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Koentjaranongrat sebagai seorang ahli Antropologi Sosial mengemukakan uraian, pandangan dan sara yang bermanfaat untuk mengubah nilai-nilai budaya dan sikap mental yang negatif yang tak menunjang pembangunan agar disesuaikan dengan tuntutan modernisasi masyarakat melalui pembangunan.
     Manfaat Antropologi Sosial bagi seorang guru. Guru sebagai warga masyarakat dan penyandang kebudayaan  masyarakatnya setidak-tidaknya mengenal masyarakat dan kebudayaan dimana ia hidup. Secara sadar atau tidak seorang guru selalu berperan sebagai seorang “antropolog sosial” yang selalu menggunakan pengetahuannya tentang masyarakat dan kebudayaandalam mendidik anak didik yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang guru secara sadar atau tidak selalu mengacu kepada nilai-nilai budaya yang diidamkan dalam mendidik anak didik karena ia selalu berada dalam posisi menilai kepribadian anak didik yang tak sesuai dengan nilai-nilai idaman itu.
     Sebagai seorang guru sangatlah penting mengenal latar belakang anak didik, dalam hal ini latar belakang budaya, seperti adat-istiadat, tradisi dan nilai-nilai budaya yang dianut. Latar belakang budaya ini mungkin memperlihatkan nuansa perbedaan di kalangan murid yang datang dari keluarga-keluarga yang berbeda tingkat sosial ekonominya, mungkin ada yang berasal dari keluarga yang memiliki tingkat pembauran yang lebih baik karena ayah dan ibunya berasal dari suku yang berbeda, dan perbedaan tingkat pendidikan anggota keluarga. Dengan lebih mengenal latar belakang budaya ini, guru dapat memberikan pelayanan sesuai dengan perbedaan individual murid.
     Guru sebagai pemeran penting dalam mengemban peran sekolah sebagai agen perubahan masyarakat dan kebudayaan dapat membekali anak didik dengan nilai-nilai yang cocok bagi pembangunan baik melalui kegiatan belajar mengajar umumnya maupun melalui kegitan belajar mengajar  topik-topik yang relevan. Nilai-nilai yang dapat dibekali itu misalnya nilai kesamaan derajat antara pria dan wanita dalam rangka emansipasi wanita, norma keluarga kecil yang bahagia, arti maskawin yang tidak perlu memberatkan keluarga, tidak perlu pesta hura-hura yang menghabiskan dana. Dana yang ada bisa digunakan untuk mengembangkan usaha wiraswasta, serta upacara-upacara adat dan pesta yang tidak bersifat memboroskan biaya, harta, tenaga dan waktu.
  1. Manfaat Sosiologi
     Manfaat Sosiologi bagi modernisasi masyarakat atau pembangunan,  pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan, Sosiologi antara lain dapat digunakan untuk menemutunjukkan (mengidentifikasi) kebutuhan-kebutuhan sosial, hal-hal yang menjadi pusat perhatian sosial, cara stratifikasi (pelapisan) sosial, pusat-pusat kekuasaan dan tempat pusat-pusat kekuasaan itu berada, serta sistem dan saluran-saluran komunikasi sosial yang ada dalam suatu masyarakat.
     Pada tahap pelaksanaan, Sosiologi antara lain dapat digunakan untuk menemutunjukkan kekuatan-kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat serta untuk mengamati perubahan-perubahan sosial yang sedang terjadi. Pada tahap evaluasi, Sosiologi antara lain dapat digunakan untuk mengadakan analisis terhadap efek-efek sosial dari pembangunan.
     Sosiologi dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka menetapka kebijaksanaan kependudukan, antara lain yang berkaitan dengan angka kelahiran, umur dan komposisi penduduk, migrasi dan status sosial. Sosiologi dapat memberikan sumbangan dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pembangunan wilayah perkotaan dan pembangunan wilayah pedesaan.
     Sosiologi dapat memberikan sumbangan pemikiran pula dalam menangani perilaku kolektif seperti perilaku kerumunan (crowd), perilaku massa dan perilaku masyarakat umum (publik) termasuk opini umum. Sumbangan pemikiran dalam menangani pergerakan-pergerakan sosial (social movements), seperti perpindahan penduduk ke suatu tempat yang baru, perubahan ekspresif dimana orang lebih terarah mengubah dirinya daripada mengubah masyarakat. Gerakan utopis yang merupakan upaya menciptakan suatu masyarakat sempurna berskala kecil, gerakan pembaharuan yang berusaha memperbaiki ketaksempurnaan tertentu dalam masyarakat, gerakan revolusioner yang bertujuan mengganti sistem yang ada dengan suatu sistem yang baru, serta gerakan perlawanan yang berusaha menentang suatu perubahan sosial tertentu.
     Sosiologi dapat memberikan sumbangan pula untuk menanggulangi berbagai patologi (penyakit) sosial dan masalah sosial. Para sosiolog mendefenisikan patologi sosial sebagai semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal. Para sosioleg menggolongkan suatu masalah sebagai  masalah sosial jika suatu bentuk tingkah laku melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarakat yang diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama serta menimbulkan situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.
     Contoh-contoh patologi sosial dan masalah sosial adalah perjudian, korupsi, pelacuran, pembnuhan, pencurian, perampokan, pemerasan, pemalsuan dan penggelapan, pelanggaran ekonomi, penyalah gunaan dan perdagangan gelap senjata api, kejahatan politik, penculikan, kenakalan anak-anak dan kenakalan remaja, kemiskinan, disorganisasi keluarga (keadaan keluarga dimana salah seorang anggota keluarga hilang atau terjadi keretakan dan konflik dalam keluarga), serta berbagai problem lingkungan hidup.
     Manfaat Sosiologi bagi seorang guru. Jika seorang guru mengenal Sosiologi, maka ia akan memahami sejumlah konsep Sosiologi yang dapat bermanfaat bagi profesi mengajarnya. Dengan bekal sejumlah konsep sosiologi seorang guru akan lebih terarah dan lebih tepat menanggapi dan menganalisis isyu-isyu dan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi masyarakat. Guru pun akan mendapatkan suatu gambaran yang lebih jelas tentang masyarakat yang diidamkan di masa depan, tentang tipe manusia pembangunan yang diharapkan untuk Indonesia di masa depan.
     Dengan bekal pemahaman ini, seorang guru akan lebih terarah membimbing anak didik kearah pembentukan tipe manusia pembangunan di masa depan. Ciri-ciri manusia dalam masyarakat industrial menurut pandangan sosiologis antara lain suka bekerja keras, berdisiplin, menghargai waktu, hidup hemat, suka bekerja sama, terbuka, inovatif, kreatif, berfikir ilmiah, objektif dan rasional. Melalui pengembangan suasana sekolah sebagai satu sistem sosial berskala kecil dan melalui berbagai kegiatan belajar mengajar, baik kurikuler, kokurikuler maupun ekstra kurikuler, sejak dini guru mempersiapkan anak didik sesuai dengan taraf perkembangannya untuk menjadi tipe manusia industrial yang diharapkan.
     Selain itu, pengenalan konsep-konsep sosiologi secara langsung akan membantu guru dalam mengajarkan topik-topik yang berkaitan dengan Sosiologi dari bidang-bidang studi tertentu, seperti IPS, Sejarah Nasional dan pendidikan Pancasila  dan Kewarganegaraan.
  1. Manfaat Psikologi Sosial
     Manfaat Psikologi Sosial bagi modernisasi masyarakat. Bersana-sama dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, Psikologi Sosial dapat memberikan sumbangannya bagi program modernisasi masyarakat atau pembangunan masyarakat. Misalnya untuk mengajak, memotivasi, dan memobilisasi warga masyarakat untuk mendukung program-program pembangunan yang ditawarkan. Pemerintah dapat menggunakan teknik-teknik memotivasi masyarakat yang ditemukan oleh Psikologi Sosial. Selain itu, untuk memantapkan integrasi bangsa dapat digunakan faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial, seperti imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Di lain pihak berbagai hasil penelitian Psikologi Sosial yang relevan dapat digunakan untuk menanggulangi prasangka sosial, kerawanan sosial, kecemburuan sosial, gejolak sosial serta untuk memantapkan pengendalian sosial.
     Sehubungan dengan upaya menanggulangi problema sosial, seperti penataan wilayah pemukiman di perkotaan, penertiban lalu lintas, penanganan tingkah laku kriminal, delinkuensi (kenakalan) anak dan remaja, serta alkoholisme, dapat digunakan berbagai hasil penelitian eksperimental dan lapangan yang telah dihasilkan oleh Psikologi Sosial.
     Manfaat Psikologi Sosial bagi seorang guru. Psikologi Sosial telah menghasilkan berbagai hasil penelitian     berkenaan dengan peran keluarga, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa dalam perkembangan diri individu dan warga masyarakat, terutama anak-anak. Hasil-hasil penelitian ini berguna bagi guru dalam mempertimbangkan kegiatan-kegiatan  mendidik anak-anak di sekolah, dan membantu prakarsa sekolah dalam menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua murid.
     Pandangan-pandangan Psikologi Sosial berguna bagi guru untuk memahami latar belakang sosial dan kebudayaan anak serta untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan perbedaan individual anak, misalnya cara menangani anak-anak bermasalah, cara mengatur pembagian kelompok dalam melakukan kegiatan belajar, teknik memberikan latihan kepemimpinan bagi anak dan lain sebagainya.
     Selain itu, pemahaman guru terhadap Psikologi Sosial akan membantunya dalam mengajarkan topik-topik yang berkaitan dengan Psikologi Sosial dari bidang-bidang studi tertentu seperti IPS dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
      Setelah mengkaji Antropologi, khususnya Antropologi Sosial, Sosiologi dan Psikologi Sosial dari segi pengertian, sejarah perkembangan, perbandingan antara ketiganya, serta manfaat ketiganya bagi modernisasi masyarakat dan profesi guru, sekarang kita membahas bidang studi IPS mana saja yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep Antropologi Sosial, Sosiologi dan Psikologi Sosial terutama dalam mengajarkan topik-topik dalam bidang studi IPS tersebut di Sekolah Dasar.

  1. TOPIK-TOPIK Bidang Studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh Konsep-konsep Antropologi Sosial, Sosiologi dan Psikologi Sosial.
    1. Topik-topik dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep Antropologi Sosial, antara lain :
    2. Lingkungan keluarga (kelas III) (anggota keluarga dan pembagian kerja); tatakrama
    1. Penduduk Indonesia (kelas V) aneka ragam suku bangsa; adat istiadat dan budaya; bahasa.
    1. Topik-topik dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep Sosiologi antara lain :
    2. Lingkungan sekolah (kelas III)
    3. Sekolah sebagai pusat pendidikan dan pengetahuan (kelas IV)
    4. Penduduk Indonesia
Pembauran (kelas V)
Usaha mengatasi permasalahan kota/ desa (kelas V)
    1. Topik-topik yang dapat ditunjang pleh konsep-konsep Psikologi Sosial antara lain :
    2. Tindakan-tindakan ekonomi (kelas IV)
Pemanfaatan waktu; Hidup sederhana; Hidup hemat.
    1. Penduduk Indonesia (kelas V)
Aneka ragam suku bangsa; adat istiadat dan budaya; Pembauran (kelas V); Usaha mengatasi permasalahan kota/ desa (kelas V); Kebutuhan berkomunikasi (kelas V).

D. Rangkuman
      Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia sebagai makhluk masyarakat. Sedangkan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Psikologi Sosial adalah studi tentang pengaruh sosial atau studi tentang kelompok dan studi tentang proses-proses individual bersama, seperti sikap sosial, bahasa dan sebagainya.
       Sejarah antropologi terbagi dalam 4 tahap perkembangan, sosiologi juga 4 tahap perkembangan. Psikologi Sosial muncul atau berkembang dari Psikologi dengan penelitian yang lebih objektif dan sistematis.
       Dengan antropologi sosial memungkinkan kita lebih memahami keadaan masyarakat, kepribadian masyarakat dan kebudayaan masyarakat. Antropologi sosial dapat pula menjelaskan nilai-nilai dalam sistem nilai budaya kita yang menunjang pembangunan dan nilai-nilai yang tak sesuai dengan pembangunan. Sebagai seorang guru sangatlah penting mengenal latar belakang anak didik, dalam hal latar belakang budaya, seperti adat, tradisi dan nilai-nilai budaya yang dianut.
       Sosiologi sangat bermanfaat bagi modernisasi masyarakat atau pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun tahap evaluasi. Dengan bekal sosiologi seorang guru akan lebih terarah membimbing anak didik ke arah pembentukan tipe manusia pembangunan di masa depan. Hasil penelitian Psikologi Sosial dapat bermanfaat membantu menanggulangi masalah sosial, seperti penataan pemukiman wilayah perkotaan, penangangan tingkah laku kriminal, penertiban lalu lintas, kenakalan remaja/ delekuensi anak, alkoholisme dan lain-lain.
       Perbandingan antara antropologi, sosiologi dan psikologi sosial mencakup asal mula, objek formal, objek penelitian, dan metode penelitian. Sedangkan topik-topik dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep antropologi, sosiologi dan peikologi sosial, antara lain terdapat di Kelas III, IV dan V.

E. L a t i h a n
  1. Jelaskan perbandingan kajian antropologi, sosiologi dan psikologi sosial!
  2. Jelaskan menurut pendapat anda. Sumbangan atau pemikiran apa saja yang diberikan kepada konsep dasar IPS!
  3. Ambil salah satu pokok bahasan mata pelajaran IPS kelas IV, dan cari indikatornya kemudian anda cari metode pembelajarannya, yang cocok!
  4. Bagaimana menurut pendapat anda, manfaat psikologi sosial dalam penerapan konsep dasar IPS?
  5. Bandingkan sejarah perkembangan dari Ilmu Antropologi, Ilmu Sosiologi dan Psikologi Sosial!


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar