Judul : Alat Peraga dari Bahan Bekas Untuk Meningkatkan Inovasi dan Kreativitas Guru Sekolah Dasar (SD)
BAB I
: Pendahuluan
1.1 Analisis Situasi
Keunggulan
kurikulum 2013 pertama menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(konteksual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta
didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi
masing-masing. Kedua berbasis karakter dan ketiga ada bidang-bidang studi atau
mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan
pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan (Mulyasa,
2013: 164). Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses
belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerha dan mengalami
berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian
dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
Pada masa yang
lalu tidak jarang persiapan mengajar hanya didasarkan intuisi semata. Artinya,
kalau tiba-tiba saja mendapat semacam ilham, lalu sang guru dapat mempersiapkan
pelajaran untuk besok pagi dengan bahan yang padat dan lancar. Tetapi karena
datangnya ilham seolah-olah dari langit ( tidak sepenuhnya berasal dari
kurikulum resmi), maka sifatnya tidak objektif dan kadang-kadang penuh ambisi
pribadi. Dalam pelaksanaan pengajaran, orientasi pertimbangannya hanya
ditekankan dari segi bagaimana metode mengajar, bukan perhatian kepada
bagaimana cara belajar siswa yang semudah-mudahnya. Demikian juga guru
beranggapan bahwa, asal disediakan sarana (media) pasti akan lebih baik.
Proses belajar
mengajar sebenarnya tidak semudah itu. Ini juga menjadi bukti bagi kita bahwa
proses belajar mengajar adalah suatu proses yang kompleks. Proses tersebut
terdiri dari banyak bagian yang saling berkaitan, tiap bagian memiliki fungsi
tersendiri yang bekerja dalam suatu kaitan yang lekat agar dapat mencapai
keberhasilan. Apabila kita harus mengandalkan pada salah satu komponen
(subsistem) saja, maka siswa tidak akan berhasil mencapai tujuan belajar.
Dengan demikian,
setiap sekolah dan daerah bisa menggunakan kurikulum yang sama tetapi bisa juga
berbeda, bergantung dari tingkat kemandirian sekolah masing-masing. Bagi daerah
dan sekolah yang mampu, dapat mengembangkan kurikulum sendiri, sementara bagi
yang belum mandiri bisa menggunakan dan memodifikasi kurikulum dari sekolah
atau daaerah lain (dengan ijin tentunya), atau bisa juga menggunakan dan
memodifikasi perangkat kurikulum yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), dan/atau Pusat Kurikulum (Puskur). Meskipun pada akhirnya
susah dapat diduga bahwa kebanyakan sekolah dan daerah akan menginduk kepada
kurikulum yang dikembangkan oleh Depdiknas, karena biasanya tidak mau
menanggung resiko.
Oleh karena itu,
perlu ditekankan disini bahwa BSNP dan atau Puskur harus memiliki berbagai ahli
kurikulum dan ahli bidang studi yang kompeten dasar (SKKD), mereka harus
memiliki kompetensi teoritis yang
tinggi, dibarengi dengan pengalaman lapangan (tahu kondisi sekolah)
secara mumpuni; dan yang paling penting bertanggung jawab secara moral dan
spiritual. Ini merupakan prasarat yang harus dipenuhi dalam memperbaiki
kualitas pendidikan nasional, agar perubahan-perubahan yang dilalkukan tidak
membingungkan para pelaksana di lapangan, seperti yang sudah-sudah. Perubahan
juga harus benar-benar terarah, tidak asal bapak senang dan tidak asal perut
kenyang.
Sehubungan
dengan beberapa kenyataan diatas maka perlunya dipahami oleh guru terutama di
tingkat dasar bahwa perancang RPP harus mengacu pada Kompetensi inti di kelas
masing-masing. Sedangkan untuk pengembangan Komptensi Dasar berdasarkan pada
Pemetaan Kompetensi Dasar dan indikator, yang terdapat 4 kategori, yaitu nilai
4(A) artinya baik sekali, nilai 3(B) artinya baik, nilai 2(C) artinya cukup dan
nilai 1(D) berarti masih perlu bimbingan. Selain itu yang biasa dimunculkan
dalam tema dan sub tema terdiri dari beberapa bidang studi, diantaranya
IPA,IPS,Bahasa Indonesia, Matematika dan PKn yang harus dikuasai oleh guru
terutama guru SD karena mereka merupakan guru kelas.
Hingga saat ini
menurut Dimyati (2001 : 21), bahwa ilmu-ilmu sosial yang diajarkan di sekolah
dasar adalah sebagai displin dan system pemikiran yang mempelajari materi yang
berupa peristiwa sosial memiliki ciri-ciri keilmuan tertentu. Ciri-ciri
keilmuan cabang-cabang ilmu sosial secara khusus berbeda-beda. Pengajaran ilmu-ilmu
sosial sudah tentu harus memperhatikan ciri-ciri khusus cabang-cabang ilmu
sosial, bila pengajaran tersebut mengharapkan
berhasil, maka harus memperlajari ciri-ciri keilmuan cabang ilmu-ilmu sosial
yang umumnya diajarkan di sekolah dasar.
Pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan upaya menerapkan teori, konsep, prinsip ilmu
sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala dan masalah sosial yang
secara nyata terjadi di masyarakat. Melalui upaya ini, Pengajaran Ilmu Sosial
(IPS) melatih keterampilan para siswa baik keterampilan fisiknya maupun
kemampuan berfikirnya dalam mengkaji dan
mencari jalan keluar dari masalah sosial yang dialaminya (Sumaatmadja, N :
2000:21). PKn adalah sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari- hari siswa. Sedangkan Matematika
adalah pola, pola mengorganisaikan dalam dan pembuktian yang logis secara
cermat, jelas, akurat dan representatif dengan simbol. IPA berhubungan dengan
gejala alam dan kebendaan yang sistematik, berlaku umum berupa kumpulan
observasi dan eksperimen.
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan guru SD, serta pengalaman membimbing
praktik Pengalaman Lapangan bagi calon guru SD selama 3 tahun di wilayah
Kecamatan Sukun. Sebelum diperlakunya kurikulum 2013, para guru dan kepala
sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengembangkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar (SKKD) yang sesuai dengan kebutuhan dan karakterisitk
sekolah dan daerah masing masing. Akan tetapi setelah K-13 berlaku sekolah
diberi buku Paket langsung dari Pusat
yang sudah di tetapkan tema temanya. Buku Kerja Siswa (BKS) disiapkan
Dinas masing- masing, misalnya Kota Malang ada Tim KKG Kota Malang dan Pengawas
TK/SD Kota Malang.
Jika ditelusur
secara nyata, guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya bahkan
sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam mengajar. Dalam
karangka inilah perlunya perubahan paradigma (pola pikir) guru, agar mereka
mampu menjadi fisilisator,dan mitra belajar bagi peserta didiknya.
Dengan demikian
tugas nyata, guru terutama guru SD yang merupakan guru kelas tidak hanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi
fasilisator yang memberikan kemudahan belajar. Tugas guru yang membuat seluruh
peserta didik menjadi senang, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani
mengemukan pendapat seacara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas
dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi
peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi,
mengahadap berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh
berbagai tantangan.
Dari
hasil observasi yang dilakukan di 4 (empat) Sekolah Dasar yang terdapat di
kelurahan Gadang 2 SD dan 2 SD di kelurahan Kebonsari, yaitu SDN Gadang 4
Malang, SD Islam Al Hikmah Gadang Malang, SDN Kebonsari 1 Malang dan SDN Kebonsari 4
Malang. Keempat SD ini berada di wilayah
Kecamatan Sukun Kotamadya Malang. Pada pelaksanaan proses pembelajaran, tampak
sekali para guru masih kurang inovatif dan belum mengembangkan kreativitasnya.
Terutama dalam mengembangkan alat peraga sebagai media dalam proses
pembelajaran, sehingga kelihatan siswa tidak terlibat/ pasif dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung, siswa kelihatan mengantuk, mengobrol dengan teman sebangku atau
sering keluar masuk minta ijin ke kamar mandi, menggesek-gesekkan penggaris ke bangkunya dan melempar-lempar
kertas dan lain-lain.
Kekurang
mampuan para guru dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kretif
tampak dalam proses pembelajaran. Para guru tidak menyadari bahwa bahan bekas
bisa digunakan sebagai alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran. Membuat
alat peraga dari bahan bekas, selain tidak membutuhkan biaya tinggi juga dapat
dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kendala
yang lain yaitu para guru merasa bahwa alat peraga yang bagus dan berkualitas
ada di toko, dan apabila sekolah tidak dapat menyediakan alat peraga seperti
yang guru harapkan pastinya guru kecewa dan malas (aras-arasen “Jawa”) untuk membuat alat peraga. Akan
tetapi kalau sekolah mampu menyediakan peralatan yang bagus dan mahal, dalam
pandangan masyarakat seolah-olah sekolah itu termasuk yang berkelas dan
terkesan “wah”.
1.2 Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi, secara umum
permasalahan yang dihadapi mitra di sekolah, khususnya guru- guru SD belum
mempunyai kompetensi profesional yang diharapkan dalam melaksanakan
pembelajaran dikarenakan alat peraga yang ada kurang memadai, secara khusus
permasalahan di atas mencakup :
1.
Terdapat perbedaan yang ensensial dari
KTSP ke K-13, mulai dari tata kelola sampai ke proses pembelajaran dan
penilaian yang ditekankan pada nontes dan portofolio.
2.
Mindset guru tentang alat peraga yang
siap pakai, mahal dan tersedia di toko harus diperbaharui.
3.
Inovasi dan kreatifitas guru dalam
merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas bagi pembelajaran
berbasis bermain perlu ditingkatkan.
4.
Sebagai guru kelas, mereka kurang
memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kompetensi
Inti yang dijabarkan ke Peta Kompetensi Dasar dan Indikatornya.
5.
Terbatasnya waktu yang tersedia dalam
pertemuan setiap tema, dimana dalam satu semester guru harus menyelesaikan 4
tema, dan masing- masing tema terdiri dari 3 sub tema, dari masing- masing sub
tema terdiri dari beberapa pembelajaran mulai dari 1 sampai 6.
Oleh karena itu sangat perlu
diupayakan pemecahan permasalahan yang dihadapi para guru SD tersebut melalui
pelatihan, pendampingan
dan lokakarya
keterampilan merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas. Dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam proses
pembelajaran.
Bab
II : Target dan Luaran
Program
pengabdian kepada masyarakat
ini menekankan pada perancangan dan pengembangan alat peraga dari bahan bekas
guna meningkatkan keterampilan guru
dalam pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas. Karena Kurikulum SD 2013 lebih ditekankan pada
aspek afektif, penilaian pada nontes dan
portofolio.
Dalam implementasinya Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter ini,
murid SD idealnya tidak lagi banyak menghafal, karena kurikulum ini dirancang
untuk mempersiapkan pserta didik memiliki budi pekerti atau karakter yang baik,
sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Keberhasilan program pengabdian kepada masyarakat
ini, melalui kegiatan merancang dan mngembangkan alat peraga dari bahan bekas
diharapkan:
1. Dapat
meningkatkan keterampilan guru-guru di SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan
guru-guru di SDN Kebonsari 4 Malang,
terutama dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas.
2. Tersusunnya
modul pelatihan merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas.
3. Sertifikat
pelatihan bukti keikutsertaan yang dimanfaatkan dalam pengusulan kepangkatan
dan sertifikasi.
4. Draf
artikel ilmiah.
5. Jurnal tidak terakreditasi.
Keterampialan yang telah dimiliki oleh guru
diharapkan dapat disebarluaskan kesemua guru, khususnya guru- guru SD yang ada
di lingkungan kecamatan
Sukun,
melalui kegiatan MGMP atau kegiatan
yang lain, sehingga
inovasi dan kreatifitas guru SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan SDN Kebonsari
4 Malang semakin meningkat.
Adapun manfaat dari kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini diuraikan sebagai berikut
1. Sebagai
penambah khasanah keilmuan bagi guru-guru di SD yaitu dengan sinkronisasi
materi pelatihan keterampilan merancang dan mengembangkan alat peraga dari
bahan bekas. Sinkronisasi materi pelatihan disusun didasarkan atas analisis
kebutuhan peserta yang dilaksanakan melalui diskusi dengan melibatkan guru-guru
SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan guru-guru SDN Kebonsari 4 Malang.
2. Pelatihan
dan pendampingan merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas,
dimana peserta atau guru-guru dilatih untuk merancang dan mengembangkan serta
membuat karya nyata media pembelajaran yang mendukung tercapainya dan
terlaksananya setiap kegiatan pembelajaran di sekolah.
3. Penyusun
materi pelatihan.
Materi pelatihan disusun didasarkan
atas analisis kebutuhan peserta yang dilaksanakan melalui pelatihan, pendampingan dan lokakarya dengan melibatkan guru-guru.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan mereka. Dengan
demikian materi pelatihan betul-betul sesuai kebutuhan dan pelatihannya bisa berjalan efektif dan
efisien.
BAB
III : Metode Pelaksanaan
3.1 Kerangka Pemecahan
Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang diuraikan di atas, maka untuk mengatasi masalah yang dihadapi
oleh guru-guru SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan SDN Kebonsari 4 Malang, kerangka pemecahan
masalah dan solusi yang ditawarkan diuraikan secara ringkas berikut ini.
Tabel
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
No
|
Permasalahan
|
Metode
Pendekatan
|
Solusi yang
Ditawarkan
|
Partisipasi
Mitra
|
1
|
Terdapat perbedaan yang esensial dari
KTSP ke K-13, mulai dari tata kelola sampai ke proses pembelajaran dan
penilaian yang ditekankan pada nontes dan portofolio.
|
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
|
Pelatihan dan pendampingan guru dalam
merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
|
Menyediakan perlengkapan alat-alat
tulis dan komputer/laptop
|
2
|
Mindset guru tentang
alat peraga yang siap pakai, mahal dan tersedia di toko harus diperbaharui.
|
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
|
Pelatihan dan pendampingan guru dalam
merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
|
Menyediakan perlengkapan, bahan bekas,
alat-alat tulis dan komputer/laptop
|
3
|
Inovasi dan kreatifitas guru dalam
merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas bagi pembelajaran
berbasis bermain perlu ditingkatkan.
|
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
|
Pelatihan dan pendampingan guru dalam
merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
|
Menyediakan perlengkapan, bahan bekas,
alat-alat tulis dan komputer/laptop
|
4
|
Sebagai guru kelas, mereka kurang
memiliki kemampuan untuk mengembangkan Kompetensi Inti yang dijabarkan ke
Peta Kompetensi Dasar dan Indikatornya.
|
Pelatihan dan pendampingan guru dalam
merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
|
Menyediakan perlengkapan alat-alat
tulis dan komputer/laptop
|
|
5
|
Terbatasnya waktu yang tersedia dalam
pertemuan tiap tema, dimana dalam 1 semester guru kelas harus menyelesaikan 4
tema, dan masing-masing tema terdiri dari 3 sub tema, dari masing-masing sub
tema terdiri dari beberapa pembelajaran mulai dari 1 sampai 6
|
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
|
Pelatihan dan pendampingan guru dalam
merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
|
Menyediakan perlengkapan alat-alat
tulis dan komputer/laptop
|
Khalayak
sasaran dalam program pengabdian masyarakat ini adalah guru-guru di SD Islam Al
Hikmah Gadang Malang dan guru-guru SDN Kebonsari 4 Malang. Sedangkan aplikasi
pelaksanaan di Sekolah Dasar, peneliti melibatkan mahasiswa
sebagai pendamping dan motivator di lapangan.
3.2 Rancangan Evaluasi
Tabel
3.2 Rancangan Evaluasi
No
|
Kriteria
|
Indikator
|
Tolok ukur
keberhasilan
|
1
|
Rancangan alat peraga dari bahan bekas
|
Alat peraga sesuai kompetensi dasar
dan indikatornya
|
Guru mampu dan bisa merancang alat
peraga dari bahan bekas
|
2
|
Pengembangan kompetensi inti dan peta
kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013
|
Kompetensi dasar dan indikatornya
|
Guru mampu menjabarkan kompetensi
dasar dengan tema dan sub tema
|
3
|
Guru kreatif dalam merangsang dan
meningkatkan apresiasi minat belajar siswa pada pembelajaran tiap-tiap sub tema
|
Penggunaan model pembelajaran dan
penggunaan alat peraga yang dikembangkan dari sub tema
|
Berhasil dalam menyajikan proses
pembelajaran yang menyenangkan
|
4
|
Pemberdayaan potensi siswa sesuai minat dan bakatnya
|
Penggunaan model pembelajaran yang
variatif dan penggunaan alat peraga
|
Berhasil dalam menyajikan proses
pembelajaran yang menyenangkan
|
3.3 Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang
digunakan dalam pengabdian masyarakat ini sebagai berikut:
1. Pelatihan,
2. Lokakarya,
dan
3. Pendampingan
BAB IV : Kelayakan Perguruan Tinggi
(PT)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Univesitas Kanjuruhan Malang mempunyai visi dan misi sebagai
pusat pengembangan ilmu teknologi dan pusat pembinaan peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini telah terbukti dengan peran serta dalam
program yang meliputi :
1. Hibah
KKN PPM, 2007, Pembinaan Industri Kecil Dengan Menumbuhkembangkan Industri
Rumah Tangga Yang Dilaksanakan Di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
2. Hibah
KKN PPM, 2009, Pembinaan Petani Perempuan Pada Usaha Bibit Sayur Ekspor Di
Lahan Kering Rawan Miskin Dengan Menggunakan Irigasi Tetes Sederhana di
Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang.
3. Program
Penerapan Iptek, 2009, Pemanfaatan Limbah Peternakan Sapi Potongsebagai
Penghasil Biogas dan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani
Peternak di Desa Banjarejo Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang.
4. Hibah
KKN PPM, 2012, Menumbuhkembangkan Jiwa kewirausahaan Masyarakat Miskin
Pegunungan Kapur Malang Selatan dengan Tiwul sebagai Produk Komersial Unggulan.
5. Hibah
KKN PPM, 2013, Potensi Desa Poncokusumo sebagai Desa Agrowisata.
BAB V : Biaya dan Jadwal Kegiatan
5.1
Rencana Anggaran
No
|
Kegiatan
|
Biaya
(Rp)
|
1
|
Pelaksanaan
|
|
a. Survei Lapangan
|
Rp. 350.000,00
|
|
b. Perijinan
|
Rp. 200.000,00
|
|
c.
Sinkronisasi Materi Pelatihan
|
Rp. 400.000,00
|
|
2
|
Peralatan
dan bahan penerapan Ipteks
|
|
a. Kertas HVS A4 (3 rem)
|
Rp. 200.000,00
|
|
b. Dokumentasi dan sertifikat
|
Rp. 350.000,00
|
|
c. Ketik dan cetak modul
pelatihan
|
Rp. 600.000,00
|
|
d.Fulpen, pencil, penghapus,
kertas folio bergaris
|
Rp. 600.000,00
|
|
3
|
Pemantauan internal
|
|
a. Monitoring dan evaluasi
|
Rp. 400.000,00
|
|
b. Peningkatan kinerja pelaksanaan
|
Rp. 1.000.000,00
|
|
4
|
Penyusunan Laporan
|
Rp. 600.000,00
|
5
|
Seminar hasil pengabdian
masyarakat
|
Rp. 300.000,00
|
6
|
Lain-lain
|
Rp. 1.000.000,00
|
Jumlah
|
Rp. 6.000.000,00
|
5.2 Jadwal
Pengabdian masyarakat ini direncanakan dalam waktu 6
bulan, yang terjadwal sebagai berikut :
No
|
Kegiatan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
1
|
Studi
Pendahuluan : menganalisis permasalahan dan kebutuhan mitra
|
X
|
|||||
2
|
Perijinan
|
X
|
|||||
3
|
Pelaksanaan : Sinkronisasi
materi pelatihan dengan melibatkan mitra
|
X
|
|||||
4
|
Analisis
SWOT
|
X
|
X
|
||||
5
|
Penyusunan Laporan dan seminar hasil pengabdian kepada masyarakat
|
X
|
X
|
Daftar
Pustaka
Ahmadi,
Iif Khoiru, 2011, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, Jakarta, Prestasi Pustaka.
Dimyati
dan Mudjiono, 2006, Belajar dan
Pembelajaran, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Isjoni,
2011, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung, Alfabeta.
Mulyasa,
E, 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Mulyasa,
E, 2006, Kurikulum Yang Disempurnakan,
Bandung, Remadja Rosdakarya.
Munadi,
Y, 2013, Media Pembelajaran, Sebuah
Pendekatan Baru, Jakarta Selatan, Referensi (GP Press Group).
Poerwati,
L.E dan Sofan Amri, Panduan Memahami
Kurikulum 2013, Sebuah Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Masa Depan, Jakarta,
Prestasi Pustaka Publisher.
Rusman,
2011, Model-model pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Bandung, Rajawali Pers.
Sapriya,
2009, Pendidikan IPS, Konsep dan
Pembelajaran, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Sumaatmadja,
N., 2000, Perspektif Studi Sosial, Jakarta, Usaha Nasional.
Sumarsono,
2011, Menjadi Guru Profesional
Berkarakter, Lembaga Penerbitan Universitas Kanjuruhan Malang
Sardjiyo
dkk, 2008, Pendidikan IPS di SD, Jakarta,
Universitas Terbuka.
Sakdiyah,
S H., 2010, Pembelajaran IPS SD,
Prodi PGSD, FKIP, Universitas Kanjuruhan Malang.
Trianto,
2011, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep,
Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta, Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar