Kamis, 15 Desember 2016

Contoh proposal Abdimas



Judul    : Alat Peraga dari Bahan Bekas Untuk Meningkatkan Inovasi dan Kreativitas Guru  Sekolah Dasar (SD)
BAB  I  :  Pendahuluan
1.1  Analisis Situasi
Keunggulan kurikulum 2013 pertama menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (konteksual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi masing-masing. Kedua berbasis karakter dan ketiga ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan (Mulyasa, 2013: 164). Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerha dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
Pada masa yang lalu tidak jarang persiapan mengajar hanya didasarkan intuisi semata. Artinya, kalau tiba-tiba saja mendapat semacam ilham, lalu sang guru dapat mempersiapkan pelajaran untuk besok pagi dengan bahan yang padat dan lancar. Tetapi karena datangnya ilham seolah-olah dari langit ( tidak sepenuhnya berasal dari kurikulum resmi), maka sifatnya tidak objektif dan kadang-kadang penuh ambisi pribadi. Dalam pelaksanaan pengajaran, orientasi pertimbangannya hanya ditekankan dari segi bagaimana metode mengajar, bukan perhatian kepada bagaimana cara belajar siswa yang semudah-mudahnya. Demikian juga guru beranggapan bahwa, asal disediakan sarana (media) pasti akan lebih baik.
Proses belajar mengajar sebenarnya tidak semudah itu. Ini juga menjadi bukti bagi kita bahwa proses belajar mengajar adalah suatu proses yang kompleks. Proses tersebut terdiri dari banyak bagian yang saling berkaitan, tiap bagian memiliki fungsi tersendiri yang bekerja dalam suatu kaitan yang lekat agar dapat mencapai keberhasilan. Apabila kita harus mengandalkan pada salah satu komponen (subsistem) saja, maka siswa tidak akan berhasil mencapai tujuan belajar.
Dengan demikian, setiap sekolah dan daerah bisa menggunakan kurikulum yang sama tetapi bisa juga berbeda, bergantung dari tingkat kemandirian sekolah masing-masing. Bagi daerah dan sekolah yang mampu, dapat mengembangkan kurikulum sendiri, sementara bagi yang belum mandiri bisa menggunakan dan memodifikasi kurikulum dari sekolah atau daaerah lain (dengan ijin tentunya), atau bisa juga menggunakan dan memodifikasi perangkat kurikulum yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dan/atau Pusat Kurikulum (Puskur). Meskipun pada akhirnya susah dapat diduga bahwa kebanyakan sekolah dan daerah akan menginduk kepada kurikulum yang dikembangkan oleh Depdiknas, karena biasanya tidak mau menanggung resiko.
Oleh karena itu, perlu ditekankan disini bahwa BSNP dan atau Puskur harus memiliki berbagai ahli kurikulum dan ahli bidang studi yang kompeten dasar (SKKD), mereka harus memiliki kompetensi teoritis yang  tinggi, dibarengi dengan pengalaman lapangan (tahu kondisi sekolah) secara mumpuni; dan yang paling penting bertanggung jawab secara moral dan spiritual. Ini merupakan prasarat yang harus dipenuhi dalam memperbaiki kualitas pendidikan nasional, agar perubahan-perubahan yang dilalkukan tidak membingungkan para pelaksana di lapangan, seperti yang sudah-sudah. Perubahan juga harus benar-benar terarah, tidak asal bapak senang dan tidak asal perut kenyang.
Sehubungan dengan beberapa kenyataan diatas maka perlunya dipahami oleh guru terutama di tingkat dasar bahwa perancang RPP harus mengacu pada Kompetensi inti di kelas masing-masing. Sedangkan untuk pengembangan Komptensi Dasar berdasarkan pada Pemetaan Kompetensi Dasar dan indikator, yang terdapat 4 kategori, yaitu nilai 4(A) artinya baik sekali, nilai 3(B) artinya baik, nilai 2(C) artinya cukup dan nilai 1(D) berarti masih perlu bimbingan. Selain itu yang biasa dimunculkan dalam tema dan sub tema terdiri dari beberapa bidang studi, diantaranya IPA,IPS,Bahasa Indonesia, Matematika dan PKn yang harus dikuasai oleh guru terutama guru SD karena mereka merupakan guru kelas.
Hingga saat ini menurut Dimyati (2001 : 21), bahwa ilmu-ilmu sosial yang diajarkan di sekolah dasar adalah sebagai displin dan system pemikiran yang mempelajari materi yang berupa peristiwa sosial memiliki ciri-ciri keilmuan tertentu. Ciri-ciri keilmuan cabang-cabang ilmu sosial secara khusus berbeda-beda. Pengajaran ilmu-ilmu sosial sudah tentu harus memperhatikan ciri-ciri khusus cabang-cabang ilmu sosial, bila pengajaran  tersebut mengharapkan berhasil, maka harus memperlajari ciri-ciri keilmuan cabang ilmu-ilmu sosial yang umumnya diajarkan di sekolah dasar.
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan upaya menerapkan teori, konsep, prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat. Melalui upaya ini, Pengajaran Ilmu Sosial (IPS) melatih keterampilan para siswa baik keterampilan fisiknya maupun kemampuan berfikirnya  dalam mengkaji dan mencari jalan keluar dari masalah sosial yang dialaminya (Sumaatmadja, N : 2000:21). PKn adalah sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari- hari siswa. Sedangkan Matematika adalah pola, pola mengorganisaikan dalam dan pembuktian yang logis secara cermat, jelas, akurat dan representatif dengan simbol. IPA berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematik, berlaku umum berupa kumpulan observasi dan eksperimen.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru SD, serta pengalaman membimbing praktik Pengalaman Lapangan bagi calon guru SD selama 3 tahun di wilayah Kecamatan Sukun. Sebelum diperlakunya kurikulum 2013, para guru dan kepala sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang sesuai dengan kebutuhan dan karakterisitk sekolah dan daerah masing masing. Akan tetapi setelah K-13 berlaku sekolah diberi buku Paket langsung dari Pusat  yang sudah di tetapkan tema temanya. Buku Kerja Siswa (BKS) disiapkan Dinas masing- masing, misalnya Kota Malang ada Tim KKG Kota Malang dan Pengawas TK/SD Kota Malang.
Jika ditelusur secara nyata, guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam mengajar. Dalam karangka inilah perlunya perubahan paradigma (pola pikir) guru, agar mereka mampu menjadi fisilisator,dan mitra belajar bagi peserta didiknya.
Dengan demikian tugas nyata, guru terutama guru SD yang merupakan guru kelas tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilisator yang memberikan kemudahan belajar. Tugas guru yang membuat seluruh peserta didik menjadi senang, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukan pendapat seacara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, mengahadap berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan.
Dari hasil observasi yang dilakukan di 4 (empat) Sekolah Dasar yang terdapat di kelurahan Gadang 2 SD dan 2 SD di kelurahan Kebonsari, yaitu SDN Gadang 4 Malang, SD Islam Al Hikmah Gadang Malang, SDN Kebonsari 1 Malang dan SDN Kebonsari 4 Malang. Keempat  SD ini berada di wilayah Kecamatan Sukun Kotamadya Malang. Pada pelaksanaan proses pembelajaran, tampak sekali para guru masih kurang inovatif dan belum mengembangkan kreativitasnya. Terutama dalam mengembangkan alat peraga sebagai media dalam proses pembelajaran, sehingga kelihatan siswa tidak terlibat/ pasif  dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, siswa kelihatan mengantuk, mengobrol dengan teman sebangku atau sering keluar masuk minta ijin ke kamar mandi, menggesek-gesekkan  penggaris ke bangkunya dan melempar-lempar kertas dan lain-lain.
Kekurang mampuan para guru dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kretif tampak dalam proses pembelajaran. Para guru tidak menyadari bahwa bahan bekas bisa digunakan sebagai alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran. Membuat alat peraga dari bahan bekas, selain tidak membutuhkan biaya tinggi juga dapat dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kendala yang lain yaitu para guru merasa bahwa alat peraga yang bagus dan berkualitas ada di toko, dan apabila sekolah tidak dapat menyediakan alat peraga seperti yang guru harapkan pastinya guru kecewa dan malas (aras-arasen “Jawa”) untuk membuat alat peraga. Akan tetapi kalau sekolah mampu menyediakan peralatan yang bagus dan mahal, dalam pandangan masyarakat seolah-olah sekolah itu termasuk yang berkelas dan terkesan “wah”.

1.2  Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi, secara umum permasalahan yang dihadapi mitra di sekolah, khususnya guru- guru SD belum mempunyai kompetensi profesional yang diharapkan dalam melaksanakan pembelajaran dikarenakan alat peraga yang ada kurang memadai, secara khusus permasalahan di atas mencakup :
1.      Terdapat perbedaan yang ensensial dari KTSP ke K-13, mulai dari tata kelola sampai ke proses pembelajaran dan penilaian yang ditekankan pada nontes dan portofolio.
2.      Mindset guru tentang alat peraga yang siap pakai, mahal dan tersedia di toko harus diperbaharui.
3.      Inovasi dan kreatifitas guru dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas bagi pembelajaran berbasis bermain perlu ditingkatkan.
4.      Sebagai guru kelas, mereka kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kompetensi Inti yang dijabarkan ke Peta Kompetensi Dasar dan Indikatornya.
5.      Terbatasnya waktu yang tersedia dalam pertemuan setiap tema, dimana dalam satu semester guru harus menyelesaikan 4 tema, dan masing- masing tema terdiri dari 3 sub tema, dari masing- masing sub tema terdiri dari beberapa pembelajaran mulai dari 1 sampai 6.
            Oleh karena itu sangat perlu diupayakan pemecahan permasalahan yang dihadapi para guru SD tersebut melalui pelatihan, pendampingan dan lokakarya keterampilan merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas. Dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam proses pembelajaran.
Bab II : Target dan Luaran
Program pengabdian kepada masyarakat ini menekankan pada perancangan dan pengembangan alat peraga dari bahan bekas guna meningkatkan keterampilan guru  dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Karena Kurikulum SD 2013 lebih ditekankan pada aspek afektif,  penilaian pada nontes dan portofolio. Dalam implementasinya Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter ini, murid SD idealnya tidak lagi banyak menghafal, karena kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan pserta didik memiliki budi pekerti atau karakter yang baik, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
            Keberhasilan  program pengabdian kepada masyarakat ini, melalui kegiatan merancang dan mngembangkan alat peraga dari bahan bekas diharapkan:
1.      Dapat meningkatkan keterampilan guru-guru di SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan guru-guru di SDN Kebonsari 4 Malang,  terutama dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas.
2.      Tersusunnya modul pelatihan merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas.
3.      Sertifikat pelatihan bukti keikutsertaan yang dimanfaatkan dalam pengusulan kepangkatan dan sertifikasi.
4.      Draf artikel ilmiah.
5.      Jurnal tidak terakreditasi.
     Keterampialan yang telah dimiliki oleh guru diharapkan dapat disebarluaskan kesemua guru, khususnya guru- guru SD yang ada di lingkungan kecamatan Sukun, melalui kegiatan MGMP atau kegiatan yang lain, sehingga inovasi dan kreatifitas guru SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan SDN Kebonsari 4 Malang semakin meningkat.
     Adapun manfaat dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diuraikan sebagai berikut
1.    Sebagai penambah khasanah keilmuan bagi guru-guru di SD yaitu dengan sinkronisasi materi pelatihan keterampilan merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas. Sinkronisasi materi pelatihan disusun didasarkan atas analisis kebutuhan peserta yang dilaksanakan melalui diskusi dengan melibatkan guru-guru SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan guru-guru SDN Kebonsari 4 Malang.
2.    Pelatihan dan pendampingan merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas, dimana peserta atau guru-guru dilatih untuk merancang dan mengembangkan serta membuat karya nyata media pembelajaran yang mendukung tercapainya dan terlaksananya setiap kegiatan pembelajaran di sekolah.
3.    Penyusun materi pelatihan.
Materi pelatihan disusun didasarkan atas analisis kebutuhan peserta yang dilaksanakan melalui pelatihan, pendampingan dan lokakarya dengan melibatkan guru-guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan mereka. Dengan demikian materi pelatihan betul-betul sesuai kebutuhan  dan pelatihannya bisa berjalan efektif dan efisien.

BAB III : Metode Pelaksanaan
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan SDN Kebonsari 4 Malang, kerangka pemecahan masalah dan solusi yang ditawarkan diuraikan secara ringkas berikut ini.
  
Tabel 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
No
Permasalahan
Metode Pendekatan
Solusi yang Ditawarkan
Partisipasi Mitra
1
Terdapat perbedaan yang esensial dari KTSP ke K-13, mulai dari tata kelola sampai ke proses pembelajaran dan penilaian yang ditekankan pada nontes dan portofolio.
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
Pelatihan dan pendampingan guru dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
Menyediakan perlengkapan alat-alat tulis dan komputer/laptop
2
Mindset guru tentang alat peraga yang siap pakai, mahal dan tersedia di toko harus diperbaharui.

Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
Pelatihan dan pendampingan guru dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
Menyediakan perlengkapan, bahan bekas, alat-alat tulis dan komputer/laptop
3
Inovasi dan kreatifitas guru dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas bagi pembelajaran berbasis bermain perlu ditingkatkan.
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
Pelatihan dan pendampingan guru dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
Menyediakan perlengkapan, bahan bekas, alat-alat tulis dan komputer/laptop
4
Sebagai guru kelas, mereka kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan Kompetensi Inti yang dijabarkan ke Peta Kompetensi Dasar dan Indikatornya.

Pelatihan dan pendampingan guru dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
Menyediakan perlengkapan alat-alat tulis dan komputer/laptop
5
Terbatasnya waktu yang tersedia dalam pertemuan tiap tema, dimana dalam 1 semester guru kelas harus menyelesaikan 4 tema, dan masing-masing tema terdiri dari 3 sub tema, dari masing-masing sub tema terdiri dari beberapa pembelajaran mulai dari 1 sampai 6
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
Pelatihan dan pendampingan guru dalam merancang dan mengembangkan alat peraga dari bahan bekas
Menyediakan perlengkapan alat-alat tulis dan komputer/laptop
Khalayak sasaran dalam program pengabdian masyarakat ini adalah guru-guru di SD Islam Al Hikmah Gadang Malang dan guru-guru SDN Kebonsari 4 Malang. Sedangkan aplikasi pelaksanaan di Sekolah Dasar, peneliti melibatkan mahasiswa sebagai pendamping dan motivator di lapangan.

3.2 Rancangan Evaluasi
Tabel 3.2 Rancangan Evaluasi
No
Kriteria
Indikator
Tolok ukur keberhasilan
1
Rancangan alat peraga dari bahan bekas
Alat peraga sesuai kompetensi dasar dan indikatornya
Guru mampu dan bisa merancang alat peraga dari bahan bekas
2
Pengembangan kompetensi inti dan peta kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013
Kompetensi dasar dan indikatornya
Guru mampu menjabarkan kompetensi dasar dengan tema dan sub tema
3
Guru kreatif dalam merangsang dan meningkatkan apresiasi minat belajar siswa pada pembelajaran tiap-tiap sub tema
Penggunaan model pembelajaran dan penggunaan alat peraga yang dikembangkan dari sub tema
Berhasil dalam menyajikan proses pembelajaran yang menyenangkan
4
Pemberdayaan potensi  siswa sesuai minat dan bakatnya
Penggunaan model pembelajaran yang variatif  dan penggunaan alat peraga
Berhasil dalam menyajikan proses pembelajaran yang menyenangkan

3.3 Metode Pendekatan           
Metode pendekatan yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini sebagai berikut:
1.      Pelatihan,
2.      Lokakarya, dan
3.      Pendampingan

BAB IV : Kelayakan Perguruan Tinggi (PT)
            Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Univesitas Kanjuruhan Malang mempunyai visi dan misi sebagai pusat pengembangan ilmu teknologi dan pusat pembinaan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini telah terbukti dengan peran serta dalam program yang meliputi :
1.      Hibah KKN PPM, 2007, Pembinaan Industri Kecil Dengan Menumbuhkembangkan Industri Rumah Tangga Yang Dilaksanakan Di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
2.      Hibah KKN PPM, 2009, Pembinaan Petani Perempuan Pada Usaha Bibit Sayur Ekspor Di Lahan Kering Rawan Miskin Dengan Menggunakan Irigasi Tetes Sederhana di Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang.
3.      Program Penerapan Iptek, 2009, Pemanfaatan Limbah Peternakan Sapi Potongsebagai Penghasil Biogas dan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Peternak di Desa Banjarejo Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang.
4.      Hibah KKN PPM, 2012, Menumbuhkembangkan Jiwa kewirausahaan Masyarakat Miskin Pegunungan Kapur Malang Selatan dengan Tiwul sebagai Produk Komersial Unggulan.
5.      Hibah KKN PPM, 2013, Potensi Desa Poncokusumo sebagai Desa Agrowisata.

 BAB V  : Biaya dan Jadwal Kegiatan
5.1 Rencana Anggaran
No
Kegiatan
Biaya (Rp)
1
Pelaksanaan


a. Survei Lapangan
Rp.      350.000,00

b. Perijinan
Rp.      200.000,00

c. Sinkronisasi Materi Pelatihan
Rp.      400.000,00
2
Peralatan dan bahan penerapan Ipteks


a. Kertas HVS A4 (3 rem)
Rp.      200.000,00

b. Dokumentasi dan sertifikat
Rp.      350.000,00

c. Ketik dan cetak modul pelatihan
Rp.      600.000,00

d.Fulpen, pencil, penghapus, kertas folio bergaris
Rp.      600.000,00
3
Pemantauan internal


a. Monitoring dan evaluasi
Rp.      400.000,00

b. Peningkatan kinerja pelaksanaan
Rp.   1.000.000,00
4
Penyusunan Laporan
Rp.      600.000,00
5
Seminar hasil pengabdian masyarakat
Rp.      300.000,00
6
Lain-lain
Rp.   1.000.000,00

Jumlah
Rp.   6.000.000,00

 5.2 Jadwal
      Pengabdian  masyarakat ini direncanakan dalam waktu 6 bulan, yang terjadwal sebagai berikut :
No
Kegiatan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
1
Studi Pendahuluan : menganalisis permasalahan dan kebutuhan mitra
X





2
Perijinan

X




3
Pelaksanaan : Sinkronisasi materi pelatihan dengan melibatkan mitra

X




4
  1. Pelatihan merancang RPP Matpel IPS melalui Analisis SWOT.
  2. Pelatihan pengembangan SKKD Matpel IPS melalui
Analisis SWOT


X


X


5
Penyusunan Laporan dan seminar hasil pengabdian kepada masyarakat




X
X
  
Daftar Pustaka
Ahmadi, Iif  Khoiru, 2011, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, Jakarta, Prestasi Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Isjoni, 2011, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung, Alfabeta.
Mulyasa, E,  2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Mulyasa, E, 2006, Kurikulum Yang Disempurnakan, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Munadi, Y, 2013, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta Selatan, Referensi (GP Press Group).
Poerwati, L.E dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, Sebuah Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Masa Depan, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher.
Rusman, 2011, Model-model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Bandung, Rajawali Pers.
Sapriya, 2009, Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Sumaatmadja, N., 2000, Perspektif Studi Sosial, Jakarta, Usaha Nasional.
Sumarsono, 2011, Menjadi Guru Profesional Berkarakter, Lembaga Penerbitan Universitas Kanjuruhan Malang
Sardjiyo dkk, 2008, Pendidikan IPS di SD, Jakarta, Universitas Terbuka.
Sakdiyah, S H., 2010, Pembelajaran IPS SD, Prodi PGSD, FKIP, Universitas Kanjuruhan Malang.
Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta, Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar