Judul : Peningkatan
Pemahaman Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya Melalui Media Gambar Dan Model Pembelajaran
Kancing Gemerincing
Siswa Kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang
A. Pendahuluan
Pendidikam merupakan usaha secara sadar dan
terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran atau
latihan-latihan agar ia mampu mengembangkan potensi dirinya, memiliki
keterampilan, kecerdasan, berakhlak mulia dan menjadi manusia yang cakap dalam
menjalankan tugas hidupnya secara mandiri, serta mampu menempatkan diri dalam
kehidupan bermasyarakat (Depdiknas, 2006). Sejak usia dini, manusia sudah
mendapat pendidikan yang diawali dengan pendidikan informal dalam keluarga dan
lingkungannya, pendidikan formal di sekolah dasar dan pendidikan nonformal di
lembaga-lembaga kursus, pelatihan dan lain-lain.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional di negara kita. IPS merupakan
salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu global. Pembelajaran IPS bukan hanya
sebatas pada upaya untuk mentransfer konsep dari guru kepada siswa yang
bersifat hafalan belaka, tetapi lebih menekankan pada upaya agar mereka mampu
menjadikan apa yang telah mereka pelajari sebagai bekal dalam memahami dan
menjalani kehidupan bermasyarakat di lingkungan yang dinamis, sehingga mereka
mampu menjadi warga indonesia yang demokratis, bertanggungjawab dan menjadi
warga dunia yang cinta damai. Hal ini menunjukkan bahwa IPS merupakan salah
satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Oleh karena
itu peningkatan mutu pembelajaran IPS harus benar-benar diperhatikan.
Namun faktanya, saat ini motivasi dan
hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran ips masih rendah. Dengan demikian
mutu pembelajaran IPS pun belum bisa mencapai hasil yang optimal, karena masih
banyak siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap mata pelajaran IPS.
Sebagian besar siswa beranggapan bahwa IPS merupakan pelajaran yang
membosankan, materinya luas sehingga sulit untuk dipahami dan hanya bersifat
hafalan saja, yang akibatnya mereka pun tidak tertarik dan merasa enggan untuk
mempelajari IPS.
Persepsi negatif tersebut juga dimiliki
oleh siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang. Terbukti dari hasil observasi peneliti
saat proses pembelajaran IPS berlangsung yaitu pada hari Selasa 19 Maret 2013
dan 26 Maret 2013, antusiasme siswa
ketika mengikuti pelajaran IPS masih sangat rendah. Sebagian besar dari mereka
banyak yang bermain sendiri, merebahkan kepala di bangku, mengobrol dengan
teman sebangku, asyik melamun bahkan sempat ada dua orang siswa yang bertengkar
ketika guru menyampaikan pelajaran. dengan demikian tentunya berimbas pada
kurang maksimalnya hasil belajar yang dicapai.
Dari hasil ulangan harian mata pelajaran
IPS siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang yang berjumlah 42 siswa, menunjukkan
bahwa ketuntasan siswa hanya 18 siswa atau 40% yang mencapai ketuntasan minimal (KKM)
yaitu nilai 70. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 24 siswa atau 60%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mata pelajaran IPS siswa
kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang masih rendah atau di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM).
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dengan guru kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang pada hari Selasa 26 Maret
2013, diperoleh informasi bahwa ketika proses pembelajaran IPS guru hanya
menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, sehingga kegiatan pembelajaran
hanya didominasi oleh penjelasan guru saja dan membuat siswa menjadi pasif.
Siswa belajar hanya dengan membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, kemudian
mengerjakan soal-soal pada LKS (Lembar Kerja Siswa) sesuai materi yang sudah
diajarkan. Dengan kondisi yang demikian maka tingkat pemahaman siswa kurang
maksimal dan mengakibatkan hasil belajar siswa tidak memuaskan. Selanjutnya
akan membuat siswa tidak tertarik untuk belajar IPS dan merasa bosan ketika
guru menjelaskan materi dengan cara yang sama atau monoton.
Dari hasil observasi dan wawancara
dengan siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang ditemukan bahwa (1) ketika proses
pembelajaran berlangsung siswa pasif dan kurang bersemangat untuk mengikuti
pelajaran, (2) siswa lebih senang mengobrol dan ramai dengan temannya daripada
mendengarkan penjelasan guru, (3) siswa tidak aktif bertanya kepada guru ketika
diberi kesempatan untuk bertanya dan ketika diberi pertanyaan oleh guru tidak
ada yang mau menjawab, (4) siswa merasa jenuh dan bosan di dalam kelas,
sehingga membuat siswa asyik mondar mandir di dalam kelas dan bermain sendiri
daripada mengikuti pembelajaran dengan aktif, (5) ketika diberi soal-soal yang
berkaitan dengan materi siswa cenderung menyontek jawaban temannya karena belum
mengerti materi yang telah dijelaskan guru. Hal ini disebabkan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak menyenangkan dan monoton. Dengan
metode ceramah akan membentuk siswa yang kurang aktif menjadi semakin pasif.
Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk
menunjukkan kemampuan lebih yang dimiliki, seperti keberanian dalam
menyampaikan hal yang belum dipahami maupun yang sudah dipahami. Akibatnya
siswa merasa bosan ketika proses pembelajaran berlangsung.
Melalui kondisi pembelajaran yang
demikian, maka perlu diadakan upaya untuk memperbaikinya agar proses
pembelajaran lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat ditingkatkan yang
nantinya juga akan meningkatkan mutu pembelajaran IPS. Salah satu solusi yang
ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan penerapan pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Misalnya dengan cara penerapan
model pemebelajaran
yang tepat dimana dalam proses pembelajaran IPS, guru hendaknya lebih
memberikan ruang berpikir dan mengutamakan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan memberikan ruang berpikir yang cukup, maka siswa akan
lebih leluasa
untuk menggali dan mengembangkan gagasan yang turut mendukung pengembangan
potensi dirinya. Melalui keaktifan siswa akan lebih mudah untuk memahami
materi, karena mereka mengalami, menghayati dan mengambil pelajaran dari
pengalamannya, serta rasa percaya diri siswa akan terbangun. Salah satu model
pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa adalah model pembelajaran kancing
gemerincing.
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Keragaman Suku Bangsa
Dan Budaya Melalui Media Gambar Dan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
Siswa Kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah
media gambar yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya?
2. bagaimanakah
model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku
bangsa dan budaya?
3. Bagaimanakah
media gambar dan model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman
keragaman suku bangsa dan budaya?
C. Kajian Pustaka
1.
Media
Gambar
Media gambar adalah
benda visual dua dimensi yang merupakan gambaran dari macam-macam obyek dan
peristiwa. yang termasuk dalam kelompok ini antara lain.
a). Peta
Peta merupakan gambaran rata tentang
permukaan bumi yang terdiri dari permukaan tanah dan air dengan menggunakan
garis, simbol dan warna. dalam peta terdapat beberapa jenis. Pertama, peta
keadaan alam yang menggambarkan permukaan bumi, kedaan tanah dan air, kedalaman
laut disertai gambaran mengenai semua keadaan alam seperti gunung, lembah,
dataran rendah dan lain-lain. Kedua, politik yang menunjukkan daerah
pemerintahan atau luas wilayah politik negara tertentu. Ketiga, politik peta
khusus untuk maksud tertentu misalnya peta sejarah dan lain-lain.
b). Gambar Diam
Gambar diam adalah benda visual dua
dimensi yang merupakan gambaran dari orang atau tempat suatu kejadian. Misalnya
gambar pakaian adat beberapa propinsi di Indonesia, gambar rumah adat maupun
tarian adat di seluruh propinsi di Indonesia.
c). Foto
Foto merupakan hasil pemotretan suatu
obyek atau peristiwa yang bisa dibawa ke dalam ruang. Media gambar harus dipilih
dan dipergunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran, artinya tidak bisa
gambar-gambar itu hanya dipertunjukkan secara tersendiri melainkan harus
dipadukan pada materi pelajaran tertentu. Namun demikian terlalu banyak mempergunakan
gambar pada saat yang sama akan merugikan proses pembelajaran. oleh sebab itu
dalam penggunaan media, gambar harus dipilih intinya saja yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan.
2.
Kelebihan
dan Kelemahan Media Gambar
Kelebihan Media Gambar
dalam. proses pembelajaran antara
lain
a. Mudah
dimanfaatkan karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan lain.
b. Harganya
relatif murah dan cara memperolehnya mudah.
c. Dapat
digunakan dalam banyak hal untuk berbagai jenjang dan berbagai disiplin ilmu.
d. Gambar
dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistis.
e. Gambar
dapat mengatasi ruang dan waktu karena tidak semua obyek atau peristiwa dapat
dibawa ke dalam kelas dan tidak selalu bisa siswa untuk dibawa ke tempat
peristiwa tersebut.
Kelemahan media gambar
dalam proses pembelajaran antara lain.
a. Tidak
cukup besar ukurannya bila dipergunakan untuk pembelajaran kelompok besar.
b. Gambar
merupakan benda dua dimensi sehingga sulit untuk melukiskan bentuk sebenarnya.
c. Gambar
bersifat statis.
Melihat kelebihan dan kelemahan dari
media gambar di atas maka diharapkan setiap guru hendaknya mengetahui media
pembelajaran mana yang dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam situasi
pembelajaran yang diharapkan. untuk itu penggunaan media harus tepat atau
sesuai dengan tujuan pembelajaran. melalui penggunaan media gambar diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya mempengaruhi hasil
belajar siswa. jadi media yang digunakan oleh guru haruslah sesuai dengan
materi dan tingkat kemampuan siswa serta lingkungan belajarnya.
3.
Model
Pembelajaran Kancing Gemerincing
Di dalam metode pembelajaran kooperatif
terdapat berbagai model/ tipe, salah satunya
adalah kancing gemerincing. model kancing gemerincing adalah model yang
digunakan untuk melatih kerjasama, komunikasi dan memberi kesempatan untuk
berpendapat dalam kerja kelompok. model ini dapat menciptakan suasana belajar
yang aktif dengan motivasi belajar siswa yang tinggi.
Metode pembelajaran kooperatif model
kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran serta untuk semua tingkatan usia siswa (Lie, 2008 :63).
Ciri utama dari model kancing gemerincing adalah memberi kesempatan kepada
masing-masing siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sehingga mengatasi hambatan
pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Model kancing gemerincing ini dapat
menggunakan kancing-kancing, bisa juga dengan benda-benda kecil seperti
biji-bijian, kacang merah, kelereng dan lain-lain. Model ini digunakan untuk
membantu proses belajar siswa dalam berdiskusi, menjawab soal dan mengeluarkan
pendapatnya. Model ini juga dapat menumbuhkan semangat kerjasama dan toleransi
antar kelompok, karena masing-masing siswa memiliki tanggung jawab untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran.
4.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
Langkah-langkah pembelajaran
model kancing gemerincing (Anita Lie, 2007 : 63) adalah sebagai berikut.
a. Guru
menyiapkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing atau bisa juga dengan
benda-benda kecil lainnya, seperti biji-bijian, potongan sedotan dan lain-lain.
b. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam
masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing
bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
c. Setiap
kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, maka dia harus
menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah meja
kelompok.
d. Jika
kancing yang dimiliki oleh seorang siswa telah habis, maka siswa tersebut tidak
boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mreka.
e. Jika
semua kancing sudah habis sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh
mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi
prosedurnya kembali.
5.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
Kelebihan metode
pembelajaran kooperatif model kancing gemerincing yaitu dapat digunakan pada
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa, masing-masing
anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka, dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
Sedangkan kelemahan metode pembelajaran
kooperatif model kancing gemerincing adalah tidak semua kelompok dapat dipantau
oleh guru ketika proses diskusi kelompok berlangsung dan waktu yang dibutuhkan
juga banyak. Model ini sewaktu kegiatan diskusi kelompok guru harus lebih
intensif untuk membimbing dan mengamati kerja siswa dalam masing-masing
kelompok. Selain itu, guru juga harus teliti dan mampu mengatur proses
pembelajaran agar tidak menyita jam mata pelajaran lain, serta pembicaraan yang
terjadi pada siswa tidak akan melebar kemana-mana.
6.
Hasil
Belajar
Menurut Abdurrahman
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (dalam Asep Jihad, 2009 : 14). belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap.
7.
Pembelajaran
IPS SD
a. Hakikat
dan Karakteristik Pelajaran IPS.
b. Pengertian
IPS.
c. Tujuan
Pelajaran IPS.
d. Ruang
Lingkup IPS SD.
e. Tinjauan
Materi IPS SD
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan
kajian pustaka di atas maka peneliti dapat menuliskan tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan
media gambar yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya.
2. Mendeskripsikan
model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku
bangsa dan budaya
3. Mendeskripsikan
media gambar dan model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman
keragaman suku bangsa dan budaya
E.
Metode
Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PTK model siklus. Dalam model ini tindakan
pembelajarannya dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan (siklus
spiral). Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara siklus
tersebut diharapkan semakin lama akan semakin dapat meningkatkan perolehan
hasil belajar siswa. Adapun model spiral menurut Kemmis dan Mc. Taggart (1998)
terlihat pada gambar sebagai berikut :
Penelitian ini
dilaksanakan di SD Kebonsari 4 Malang. Subyek penelitian adalah siswa SD
di kelas IV sebanyak 42 anak.
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik observasi, tes,
wawancara dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk menggali data mengenai
proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan wawancara dilakukan
terhadap guru dan siswa. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data hasil
belajar anak dalam memahami dan mempelajari konsep keragaman suku bangsa dan
budaya.
Secara garis besar langkah-langkah yang
ditempuh dalam pelaksanaan setiap siklus PTK ini ada 4 tahap : identifikasi
masalah, menyusun rencana tindakan, observasi, dan refleksi (Aqip, 2008 :23).
Data yang diperoleh didalam setiap
siklus penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan
analisis statistik deskriptif. Kegiatan analisis ini dimaksudkan untuk mengolah
data pada masing-masing siklus. Apakah terdapat peningkatan pemahaman anak
terhadap materi keragaman suku bangsa dan budaya setelah dilakukan pembelajaran
dengan memanfaatkan media gambar dan model kancing gemerincing. Cara yang
ditempuh untuk menganalisis hasil kerja murid adalah dengan melihat dan
membandingkan hasil praktek pada masing-masing siklus. Apabila skor hasil
tersebut mengalami peningkatan dapatlah diartikan bahwa pemahaman siswa
terhadap keragaman suku bangsa dan budaya telah mengalami peningkatan.
- Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini direncanakan
dalam waktu 6 bulan, yang terjadwal sebagai berikut:
Kegiatan
|
Bulan ke
|
|||||
Mrt
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
|
1.
Studi pendahuluan:
Identifikasi masalah
Menganalisis permasalahan
|
|
|
|
|
|
|
2.
Penyelesaian perijinan
|
|
|
|
|
|
|
3.
Pelaksanaan kegiatan
Seminar
Penelusuran pustaka
Pengumpulan data
|
|
|
|
|
|
|
4.
Analisis data (pengolahan data)
|
|
|
|
|
|
|
5.
Seminar hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
6.
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
G. Personalia
Penelitian
a. Ketua
Nama Lengkap : Dra. Siti
Halimatus Sakdiyah S.Pd. M.Pd.
Jenis
Kelamin : Perempuan
N
I D N : 07
040866 01
Disiplin
Ilmu : Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Pangkat/
Golongan : III/ b-Penata Muda
Tk I
Jabatan
Fungsional : Asisten Ahli
Fakultas/
Jurusan : FKIP/ PGSD
Waktu
Penelitian : 6 bulan
b.
Anggota
Nama
Lengkap : Dra. Kurnia Tri Yuli, M.Pd
H.
Perkiraan
Biaya Penelitian
No.
|
Uraian
|
Jumlah
|
1
|
Bahan
habis pakai:
a. Kertas
HVS A4 putih 3 rem
b. Kertas
gambar
c. Gambar
dan alat peraga
|
Rp. 150.000
Rp. 50.000
Rp. 100.000
|
2
|
Seminar
|
Rp. 200.000
|
3
|
Penelusuran
Pustaka
|
Rp. 100.000
|
4
|
Foto
copy penggandaan laporan
|
Rp. 200.000
|
5
|
Penjilidan
|
Rp. 100.000
|
6
|
Dokumentasi
|
Rp. 100.000
|
7
|
Transport
|
Rp. 550.000
|
8
|
Cindera
mata
|
Rp. 100.000
|
9
|
Lain-lain
|
Rp. 350.000
|
Jumlah
|
Rp2.000.000
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar