Kamis, 15 Desember 2016

Contoh proposal penelitian



Judul : Peningkatan Pemahaman Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya Melalui Media Gambar Dan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing Siswa Kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang

A.  Pendahuluan
       Pendidikam merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran atau latihan-latihan agar ia mampu mengembangkan potensi dirinya, memiliki keterampilan, kecerdasan, berakhlak mulia dan menjadi manusia yang cakap dalam menjalankan tugas hidupnya secara mandiri, serta mampu menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat (Depdiknas, 2006). Sejak usia dini, manusia sudah mendapat pendidikan yang diawali dengan pendidikan informal dalam keluarga dan lingkungannya, pendidikan formal di sekolah dasar dan pendidikan nonformal di lembaga-lembaga kursus, pelatihan dan lain-lain.
       Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional di negara kita. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu global. Pembelajaran IPS bukan hanya sebatas pada upaya untuk mentransfer konsep dari guru kepada siswa yang bersifat hafalan belaka, tetapi lebih menekankan pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah mereka pelajari sebagai bekal dalam memahami dan menjalani kehidupan bermasyarakat di lingkungan yang dinamis, sehingga mereka mampu menjadi warga indonesia yang demokratis, bertanggungjawab dan menjadi warga dunia yang cinta damai. Hal ini menunjukkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Oleh karena itu peningkatan mutu pembelajaran IPS harus benar-benar diperhatikan.
       Namun faktanya, saat ini motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran ips masih rendah. Dengan demikian mutu pembelajaran IPS pun belum bisa mencapai hasil yang optimal, karena masih banyak siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap mata pelajaran IPS. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa IPS merupakan pelajaran yang membosankan, materinya luas sehingga sulit untuk dipahami dan hanya bersifat hafalan saja, yang akibatnya mereka pun tidak tertarik dan merasa enggan untuk mempelajari IPS.
       Persepsi negatif tersebut juga dimiliki oleh siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang. Terbukti dari hasil observasi peneliti saat proses pembelajaran IPS berlangsung yaitu pada hari Selasa 19 Maret 2013 dan  26 Maret 2013, antusiasme siswa ketika mengikuti pelajaran IPS masih sangat rendah. Sebagian besar dari mereka banyak yang bermain sendiri, merebahkan kepala di bangku, mengobrol dengan teman sebangku, asyik melamun bahkan sempat ada dua orang siswa yang bertengkar ketika guru menyampaikan pelajaran. dengan demikian tentunya berimbas pada kurang maksimalnya hasil belajar yang dicapai.
       Dari hasil ulangan harian mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang yang berjumlah 42 siswa, menunjukkan bahwa ketuntasan siswa hanya 18 siswa atau  40% yang mencapai ketuntasan minimal (KKM) yaitu nilai 70. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 24 siswa atau 60%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang masih rendah atau di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
       Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang pada hari Selasa 26 Maret 2013, diperoleh informasi bahwa ketika proses pembelajaran IPS guru hanya menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, sehingga kegiatan pembelajaran hanya didominasi oleh penjelasan guru saja dan membuat siswa menjadi pasif. Siswa belajar hanya dengan membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, kemudian mengerjakan soal-soal pada LKS (Lembar Kerja Siswa) sesuai materi yang sudah diajarkan. Dengan kondisi yang demikian maka tingkat pemahaman siswa kurang maksimal dan mengakibatkan hasil belajar siswa tidak memuaskan. Selanjutnya akan membuat siswa tidak tertarik untuk belajar IPS dan merasa bosan ketika guru menjelaskan materi dengan cara yang sama atau monoton.
       Dari hasil observasi dan wawancara dengan siswa kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang ditemukan bahwa (1) ketika proses pembelajaran berlangsung siswa pasif dan kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran, (2) siswa lebih senang mengobrol dan ramai dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru, (3) siswa tidak aktif bertanya kepada guru ketika diberi kesempatan untuk bertanya dan ketika diberi pertanyaan oleh guru tidak ada yang mau menjawab, (4) siswa merasa jenuh dan bosan di dalam kelas, sehingga membuat siswa asyik mondar mandir di dalam kelas dan bermain sendiri daripada mengikuti pembelajaran dengan aktif, (5) ketika diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi siswa cenderung menyontek jawaban temannya karena belum mengerti materi yang telah dijelaskan guru. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak menyenangkan dan monoton. Dengan metode ceramah akan membentuk siswa yang kurang aktif menjadi semakin pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan lebih yang dimiliki, seperti keberanian dalam menyampaikan hal yang belum dipahami maupun yang sudah dipahami. Akibatnya siswa merasa bosan ketika proses pembelajaran berlangsung.
       Melalui kondisi pembelajaran yang demikian, maka perlu diadakan upaya untuk memperbaikinya agar proses pembelajaran lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat ditingkatkan yang nantinya juga akan meningkatkan mutu pembelajaran IPS. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan penerapan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Misalnya dengan cara penerapan model pemebelajaran yang tepat dimana dalam proses pembelajaran IPS, guru hendaknya lebih memberikan ruang berpikir dan mengutamakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan ruang berpikir yang cukup, maka siswa akan lebih leluasa untuk menggali dan mengembangkan gagasan yang turut mendukung pengembangan potensi dirinya. Melalui keaktifan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi, karena mereka mengalami, menghayati dan mengambil pelajaran dari pengalamannya, serta rasa percaya diri siswa akan terbangun. Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa adalah model pembelajaran kancing gemerincing.
           Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul  Peningkatan Pemahaman Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya Melalui Media Gambar Dan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing Siswa Kelas IV SDN Kebonsari 4 Malang”.

B.  Perumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah media gambar yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya?
2.      bagaimanakah model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya?
3.      Bagaimanakah media gambar dan model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya?


C.  Kajian Pustaka
1.      Media Gambar
       Media gambar adalah benda visual dua dimensi yang merupakan gambaran dari macam-macam obyek dan peristiwa. yang termasuk dalam kelompok ini antara lain.
a). Peta
       Peta merupakan gambaran rata tentang permukaan bumi yang terdiri dari permukaan tanah dan air dengan menggunakan garis, simbol dan warna. dalam peta terdapat beberapa jenis. Pertama, peta keadaan alam yang menggambarkan permukaan bumi, kedaan tanah dan air, kedalaman laut disertai gambaran mengenai semua keadaan alam seperti gunung, lembah, dataran rendah dan lain-lain. Kedua, politik yang menunjukkan daerah pemerintahan atau luas wilayah politik negara tertentu. Ketiga, politik peta khusus untuk maksud tertentu misalnya peta sejarah dan lain-lain.
b). Gambar Diam
       Gambar diam adalah benda visual dua dimensi yang merupakan gambaran dari orang atau tempat suatu kejadian. Misalnya gambar pakaian adat beberapa propinsi di Indonesia, gambar rumah adat maupun tarian adat di seluruh propinsi di Indonesia.
c). Foto
      Foto merupakan hasil pemotretan suatu obyek atau peristiwa yang bisa dibawa ke dalam ruang. Media gambar harus dipilih dan dipergunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran, artinya tidak bisa gambar-gambar itu hanya dipertunjukkan secara tersendiri melainkan harus dipadukan pada materi pelajaran tertentu. Namun demikian terlalu banyak mempergunakan gambar pada saat yang sama akan merugikan proses pembelajaran. oleh sebab itu dalam penggunaan media, gambar harus dipilih intinya saja yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

2.      Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar
      Kelebihan Media Gambar dalam. proses pembelajaran antara lain
a.       Mudah dimanfaatkan karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan lain.
b.      Harganya relatif murah dan cara memperolehnya mudah.
c.       Dapat digunakan dalam banyak hal untuk berbagai jenjang dan berbagai disiplin ilmu.
d.      Gambar dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistis.
e.       Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu karena tidak semua obyek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas dan tidak selalu bisa siswa untuk dibawa ke tempat peristiwa tersebut.
Kelemahan media gambar dalam proses pembelajaran antara lain.
a.       Tidak cukup besar ukurannya bila dipergunakan untuk pembelajaran kelompok besar.
b.      Gambar merupakan benda dua dimensi sehingga sulit untuk melukiskan bentuk sebenarnya.
c.       Gambar bersifat statis.
       Melihat kelebihan dan kelemahan dari media gambar di atas maka diharapkan setiap guru hendaknya mengetahui media pembelajaran mana yang dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam situasi pembelajaran yang diharapkan. untuk itu penggunaan media harus tepat atau sesuai dengan tujuan pembelajaran. melalui penggunaan media gambar diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. jadi media yang digunakan oleh guru haruslah sesuai dengan materi dan tingkat kemampuan siswa serta lingkungan belajarnya.

3.      Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
       Di dalam metode pembelajaran kooperatif terdapat berbagai model/ tipe, salah satunya  adalah kancing gemerincing. model kancing gemerincing adalah model yang digunakan untuk melatih kerjasama, komunikasi dan memberi kesempatan untuk berpendapat dalam kerja kelompok. model ini dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dengan motivasi belajar siswa yang tinggi.
       Metode pembelajaran kooperatif model kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran serta untuk semua tingkatan usia siswa (Lie, 2008 :63). Ciri utama dari model kancing gemerincing adalah memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sehingga mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
       Model kancing gemerincing ini dapat menggunakan kancing-kancing, bisa juga dengan benda-benda kecil seperti biji-bijian, kacang merah, kelereng dan lain-lain. Model ini digunakan untuk membantu proses belajar siswa dalam berdiskusi, menjawab soal dan mengeluarkan pendapatnya. Model ini juga dapat menumbuhkan semangat kerjasama dan toleransi antar kelompok, karena masing-masing siswa memiliki tanggung jawab untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran.

4.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
       Langkah-langkah pembelajaran model kancing gemerincing (Anita Lie, 2007 : 63) adalah sebagai berikut.
a.       Guru menyiapkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing atau bisa juga dengan benda-benda kecil lainnya, seperti biji-bijian, potongan sedotan dan lain-lain.
b.      Sebelum  kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
c.       Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, maka dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah meja kelompok.
d.      Jika kancing yang dimiliki oleh seorang siswa telah habis, maka siswa tersebut tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mreka.
e.       Jika semua kancing sudah habis sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.

5.      Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
       Kelebihan metode pembelajaran kooperatif model kancing gemerincing yaitu dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka, dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
       Sedangkan kelemahan metode pembelajaran kooperatif model kancing gemerincing adalah tidak semua kelompok dapat dipantau oleh guru ketika proses diskusi kelompok berlangsung dan waktu yang dibutuhkan juga banyak. Model ini sewaktu kegiatan diskusi kelompok guru harus lebih intensif untuk membimbing dan mengamati kerja siswa dalam masing-masing kelompok. Selain itu, guru juga harus teliti dan mampu mengatur proses pembelajaran agar tidak menyita jam mata pelajaran lain, serta pembicaraan yang terjadi pada siswa tidak akan melebar kemana-mana.

6.      Hasil Belajar
       Menurut Abdurrahman hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (dalam Asep Jihad, 2009 : 14). belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

7.      Pembelajaran IPS SD
a.       Hakikat dan Karakteristik Pelajaran IPS.
b.      Pengertian IPS.
c.       Tujuan Pelajaran IPS.
d.      Ruang Lingkup IPS SD.
e.       Tinjauan Materi IPS SD

D.  Tujuan Penelitian
       Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka di atas maka peneliti dapat menuliskan tujuan sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan media gambar yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya.
2.      Mendeskripsikan model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya
3.      Mendeskripsikan media gambar dan model kancing gemerincing yang dapat meningkatkan pemahaman keragaman suku bangsa dan budaya






E.     Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK model siklus. Dalam model ini tindakan pembelajarannya dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan (siklus spiral). Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara siklus tersebut diharapkan semakin lama akan semakin dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa. Adapun model spiral menurut Kemmis dan Mc. Taggart (1998) terlihat pada gambar sebagai berikut :





 












 






Penelitian ini dilaksanakan di SD Kebonsari 4 Malang. Subyek penelitian adalah siswa SD di kelas IV  sebanyak 42 anak. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk menggali data mengenai proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar anak dalam memahami dan mempelajari konsep keragaman suku bangsa dan budaya.
Secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan setiap siklus PTK ini ada 4 tahap : identifikasi masalah, menyusun rencana tindakan, observasi, dan refleksi (Aqip, 2008 :23).
Data yang diperoleh didalam setiap siklus penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Kegiatan analisis ini dimaksudkan untuk mengolah data pada masing-masing siklus. Apakah terdapat peningkatan pemahaman anak terhadap materi keragaman suku bangsa dan budaya setelah dilakukan pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar dan model kancing gemerincing. Cara yang ditempuh untuk menganalisis hasil kerja murid adalah dengan melihat dan membandingkan hasil praktek pada masing-masing siklus. Apabila skor hasil tersebut mengalami peningkatan dapatlah diartikan bahwa pemahaman siswa terhadap keragaman suku bangsa dan budaya telah mengalami peningkatan.

  1. Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini direncanakan dalam waktu 6 bulan, yang terjadwal sebagai berikut:
Kegiatan
Bulan ke
Mrt
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
1.      Studi pendahuluan:
Identifikasi masalah
Menganalisis permasalahan






2.      Penyelesaian perijinan






3.      Pelaksanaan kegiatan
Seminar
Penelusuran pustaka
Pengumpulan data






4.      Analisis data (pengolahan data)






5.      Seminar hasil penelitian






6.      Penyusunan laporan






















G.    Personalia Penelitian
a.      Ketua
Nama Lengkap                   : Dra. Siti Halimatus Sakdiyah S.Pd. M.Pd.
Jenis Kelamin                     : Perempuan
N I D N                              : 07 040866 01
Disiplin Ilmu                       : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pangkat/ Golongan            : III/ b-Penata Muda Tk I
Jabatan Fungsional            : Asisten Ahli
Fakultas/ Jurusan               : FKIP/ PGSD
Waktu Penelitian               : 6 bulan
b.      Anggota
Nama Lengkap                  : Dra. Kurnia Tri Yuli, M.Pd
H.    Perkiraan Biaya Penelitian
No.
Uraian
Jumlah
1
Bahan habis pakai:
a.      Kertas HVS A4 putih 3 rem
b.      Kertas gambar
c.      Gambar dan alat peraga

Rp.   150.000
Rp.     50.000
Rp.   100.000
2
Seminar
Rp.   200.000
3
Penelusuran Pustaka
Rp.   100.000
4
Foto copy penggandaan laporan
Rp.   200.000
5
Penjilidan
Rp.   100.000
6
Dokumentasi
Rp.   100.000
7
Transport
Rp.   550.000
8
Cindera mata
Rp.   100.000
9
Lain-lain
Rp.   350.000
Jumlah
Rp2.000.000




Tidak ada komentar:

Posting Komentar