KEHIDUPAN
SOSIAL DAN PERMASALAHANNYA
A. Capaian
Pembelajaran
Memahami hakikat manusia sebagai individu dan sosial,
lingkungan hidup, kepribadian, perubahan sosial, modernisasi dan permasalahan
sosial dewasa ini.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan
mahasiswa dapat, mendeskripsikan, mengidentifikasi, menjelaskan dan
menganalisis hakikat manusia, kepribadian, modernisasi, perubahan dan
permasalahan sosial yang ada.
Indikator keberhasilan belajar yang diharapkan adalah
mahasiswa dapat mengkaji, mengidentifikasi, menjelaskan menganalisis :
1.
Hakikat
manusia
2.
Kepribadian manusia sebagai mahluk sosial
3.
Modernisasi
4.
Perubahan
dan permasalahan sosial dewasa ini
C. Materi Pembelajaran
1. Hakikat
Manusia sebagai Individu dan Mahluk Sosial
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang
diri, namun demikian mengapa hidupnya harus bermasyarakat? Seperti kita
ketahui, manusia pertama adalah Adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama
dengan manusia lain yaitu istrinya yang bernama Hawa. Memang apabila
dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, manusia tak akan dapat hidup sendiri. Bayi misalnya harus
diajar makan, berjalan, bermain-main dan lain-lain. Jadi sejak lahir manusia
berhubungan dengan manusia lainnya. Oleh karena itu sejak dilahirkan, manusia
sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu, (1) keinginan untuk
menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat), (2) keinginan
untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Jadi untuk dapat
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya manusia mempergunakan
fikiran, perasaan dan kehendaknya. Misalnya dalam menghadapi cuaca dingin,
manusia membuat rumah, memakai pakaian dan lain-lain.
Di dalam diri manusia terdapat dua
kepentingan, yaitu kepentingan individu dan bersama. Kepentingan individu
didasarkan manusia sebagai mahluk individu, karena pribadi manusia yang ingin
memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan bersama didasarkan manusia sebagai
makhluk sosial (kelompok) yang ingin memenuhi kebutuhan bersama.
Dalam perjalanannya,
kepentingan-kepentingan tersebut kadang saling berhadapan dan kadang pula
saling berkait. Terkadang muncul suatu penolakan dan penerimaan yang pada
akhirnya bermuara pada etika, yaitu suara ajaran tentang norma dan tingkah laku
yang berlaku dalam suatu kehidupan manusia. Artinya, titik kompromi antara
kepentingan individu dan bersama ditimbang menurut kadar etis/ tidaknya kedua
kepentingan tersebut.
Menurut Jurgen Habermas (2001),
masyarakat memiliki tiga jenis kepentingan yang memiliki pendekatan rasio
berbeda. Pertama, kepentingan teknis (objective
welt). Hal ini sangat kuat
berhubungan dengan penyediaan sumber daya natural dan juga kerja (instrumentalis). Kedua, kepentingan
interaksi (social welt). Ini
merupakan kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai
makhluk sosial. Ketiga, kepentingan kekuasaan. Di satu sisi, hal ini
berhubungan erat dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Di sisi lain,
adanya sebuah keputusan dasar manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk
dominasi atau kebebasan (Freiheit). Freiheit menurut Sastre sebagai syarat
utama yang mendorong eksistensi manusia menuju peradaban yang maju (Tumanggor,
2010: 40).
Dalam perbedaan kepentingan ini
masyarakat mengalami pertarungan yang sangat tajam dalam kehidupan sosial dan
politik. Apalagi kalau kepentingan kekuasaan dan kepentingan teknis mengabaikan
kepentingan sosial. Kalau kepentingan keku kepentingan kekuasaan mengarah pada
tendensi untuk menciptakan distorsi terhadap komunikasi,maka yang terjadi hanya
ada penindasan dan reduksi. Menurut Habermas,untuk bisa mendamaikan konflik kepentingan ini,kita membutuhkan
adanya sebuah ruang publik (public spare}
ini merupakan media untuk menjembatani setiap kepentingan karena setiap
komponen dalam masyarakat memiliki akses yang sama untuk bebicara, berdiskusi, dan
mencari alternatif yang tepat tentang segala persoalan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Manusia sebagai makhluk
individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi.
Manusia seabagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam kitab suci Al Quran bahwa
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Dalam ajaran agama-agama dunia juga diterangkan sangat jelas kedudukan manusia
sebagai makhluk yang mulia, karena itu tidak dibenarkan manusia melakukan
perbuatan tercela, seperti berjudi, korupsi, berzina, membunuh, mabuk, dan
seterusnya. Sebaliknya, pribadi manusia dituntut mampu berinteraksi,
berkomunikasi, bekerjasama, dan saling berlomba-lomba melakukan perubahan
menuju yang lebih baik dengan individu lainnya.
Manusia sebagai makhluk
sosial, artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.
Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan bantuan
manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi
dengan manusia lainnya. Bahkan sejak lahirpun, manusia sudah disebut sebagai
makhluk sosial.
Telah berabad-abad konsep
manusia sebagai makhluk sosial itu ada, yang menitik beratkan pada pengaruh
masyarakat yang berkuasa kepada individu. Yakni memiliki unsur-unsur keharusan
biologis, yang terdiri dari :
1.
Dorongan untuk makan,
2.
Dorongan untuk mempertahankan diri,
3.
Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.
Dengan keharusan biologis
tersebut menggambarkan betapa individu dalam perkembangannya sebagai seorang
makhluk social meniscayakan adanya dorongan untuk saling ketergantungan dan
membutuhkan antara satu dengan lainnya. Karena itu, komunikasi antar masyarakat
menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial. Kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial, dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk
adaptasi mereka terhadap lingkungannya.
Dalam perkembangannya, manusia
mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru guna membentuk
diri dalam kehidupan masyarakatnya, diantaranya meniru dalam hal penerimaan
bentuk-bentuk kebudayaan yaitu menerima bentuk-bentuk pembaruan yang berasal
dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan. Meniru
dalam hal penghematan tenaga sehingga tidak banyak menggunakan tenaga manusia
dan kinerjanya akan lebih efektif dan efisien. Proses meniru ini dapat
dicontohkan misalnya anak meniru perilaku orang tuanya, pribumi meniru
pendatang, masyarakat tradisional meniru masyarakat modern. Dari gambaran
tersebut jelas manusia itu membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk
membentuk dirinya sebagai pribadi (individu) dan sekaligus sebagai makhluk
sosial.
Menurut Tumanggor, secara garis besar faktor-faktor
personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari 3 hal, yaitu :
1.
Tekanan emosional, kondisi psikologis seseorang
sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah
sedang bahagia, senang, atau sedih, berduka dan seterusnya.
2.
Harga diri
yang rendah,
ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang direndahkan, maka ia akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain. Karena ketika
seseorang merasa direndahkan dengan secara spontan ia membutuhkan kasih saying
dari pihak lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologis kembali
seperti semula.
3.
Isolasi sosial, orang yang merasa atau dengan
sengaja terisolasi oleh komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan
berupaya melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar
terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
2. Lingkungan
Hidup
Konsep lingkungan hidup atau lingkungan
berasal dari konsep yang dikembangkan pada ekologi. Tetapi karena konsep ini
besar sekali manfaatnya dalam mengungkapkan kehidupan sosial manusia, maka
diadaptasikan pada ilmu-ilmu sosial. Sedangkan ekologi dapat diartikan sebagai
suatu studi mengenai cara bagaimana makhluk hidup menghubungkan diri atau
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Ecology
is the study of the way living things
relate adjust themselves to their environment), (Sumaatmadja, 2000, 62).
Penerapan ekologi pada ilmu-ilmu sosial
baru pada tahun 1950 oleh ahli sosiologi Amarika Serikat bernama A.W. Hawley.
Ekologi manusia adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Disini manusia berlaku baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok. Pada konsep ekologi ini terdapat dua
komponen yang tidak dapat dipisahkan yaitu konsep makhluk hidup dan konsep
lingkungan. Yang termasuk lingkungan adalah sangat luas yaitu segala sesuatu
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter makhluk hidup, meskipun
demikian, lingkungan dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok sesuai dengan
tinjauannya.
Berdasarkan tinjauan Biologi, terdapat
lingkungan biotik (biotic or erganic
environment) dan lingkungan abiotik (abiotic
or inorganic environment). Ke dalam lingkungan biotik termasuk semua
organisme di sekitar suatu makhluk tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan karakter suatu organism. Seluruh gejala alam yang bukan makhluk hidup
termasuk lingkungan abiotik. Udara, air, tanah, batuan dan sebangsanya adalah
lingkungan abiotik.
Berdasarkan tinjauan ekologi manusia,
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, lingkungan alam (natural environment), lingkungan sosial (social environment), dan lingkungan budaya (cultural environment). Yang termasuk lingkungan alam yaitu
tumbuh-tumbuhan, binatang, air, tanah, batuan, udara dan lain-lain yang belum
kena pengaruh budaya atau pengaruh budaya yang belum berarti. Lingkungan sosial
ini dapat berbentuk perorangan maupun dalam bentuk kelompok. Keluarga, teman
sepermainan, tetangga, warga desa, warga kota, bangsa dan seterusnya termasuk
lingkungan sosial bagi seseorang atau suatu kelompok. Sedangkan lingkungan
budaya adalah segala hasil karya cipta manusia dan segala hasil perbuatan serta
tingkah laku manusia yang ada di sekitar seseorang atau suatu kelompok.
Lingkungan budaya ini tidak terbatas kepada hasil karya cipta manusia yang
berupa benda konkret saja, melainkan juga yang berupa gagasan, teori,
peraturan, pranata, bahasa, kepercayaan dan seterusnya.
Diantara manusia dengan lingkungan
(alam, sosial, budaya) terdapat interaksi sesamanya, yang kita kenal sebagai
interaksi ekologi. Pada proses interaksi ekologi ini manusia dan lingkungan
saling mempengaruhi. Kerangka dan jaringan interaksi ekologi ini berlangsung
pada ruang atau tempat tertentu sehingga membentuk sistem ekologi atau
ekosistem. Pada ekosistem inilah terjadinya interaksi ekologi. Akibat interaksi
ekologi yang berbeda-beda, baik yang berkenaan dengan kerangka kerjasama dan
persaingannya, maupun karena jumlah komponennya yang berbeda-beda, maka
ekosistem itu sangat bervariasi. Ditinjau dari ekologi manusia, desa, kota,
kawasan industri, daerah pertanian, perkebunan dan lain-lain merupakan
bentuk-bentuk ekosistem. Jika manusia tidak memiliki daya adaptasi yang kuat,
apabila terjadi perubahan ekosistem, maka akan terjadi kegoncangan mental
psikologis pada dirinya. Sebagai contoh, pindah tempat tinggal, pindah
lingkungan kerja dapat mempengaruhi kondisi mentalnya.
Pada proses interaksi ekologi, manusia
memiliki daya adaptasi dan seleksi terhadap lingkungan yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Daya adaptasi dan seleksi tadi sangat dipengaruhi oleh
perkembangan akal budinya, pengetahuannya, pengalaman budayanya dan alat
interaksi ekologi yang digunakannya. Dengan menggunakan akal budi, pengetahuan
dan pengalamannya, manusia dapat memanfaatkan lingkungan bagi kepentingan dan
kelangsungan hidupnya. Manusia dapat memperalat, menyeleksi dan menciptakan
lingkungan yang serasi bagi kepentingan hidupnya. Manusia telah dapat mengubah
bentang alam (natural landscape) menjadi bentang budaya (cultural landscape), telah dapat
menjinakkan tumbuh-tumbuhan dan binatang liar menjadi pertanian dan peternakan.
Jadi manusia telah dapat mendayagunakan lingkungan bagi kepentingan hidupnya.
Pengaruh lingkungan, terutama lingkungan
sosial dan budaya secara terbuka, tidak hanya berdampak positif tetapi juga
berdampak negatif. Ketimpangan lingkungan dalam bentuk kenakalan remaja,
kriminalitas, merosotnya kewibawaan, makin rendahnya rasa tanggungjawab dan
lain-lain diakibatkan oleh adanya pengaruh dan perkembangan lingkungan yang
tidak serasi dengan kondisi masyarakat yang menerimanya. Sedangkan masalah
erosi, banjir, kekeringan, lebih dipengaruhi oleh tindakan dan tingkah laku
manusia yang tidak rasional terhadap lingkungan alam disekitarnya. Pengusahaan
lingkungan alam yang meningkat dengan menerapkan produk teknologi secara tidak
rasional, dapat dikatakan memperkosa kemampuan lingkungan alam untuk menjamin
kehidupan manusia. Setelah melampaui batas kritisnya, lingkungan alam tersebut
akan menjadi timpang sehingga terjadi berbagai bencana. Dengan demikian
penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya pada
pengusahaan lingkungan alam melainkan harus diarahkan pada proses
pengelolaannya, termasuk pula perlindungan bagi kepentingan hidup manusia.
3. Kepribadian
Manusia lahir ke permukaan bumi sebagai satu kesatuan biologis atau sebagai
individu yang belum mendapat pengaruh lingkungan disekitarnya. Kalau individu
itu telah mendapat pengaruh lingkungannya maka ia disebut person atau pribadi. Pribadi artinya manusia yang telah menjadi
anggota masyarakat atau sebagai anggota kelompok di masyarakat. Untuk menjadi
suatu pribadi, individu mengalami suatu proses, atau disebut sosialisasi, misalnya proses pendidikan.
Sedangkan proses selanjutnya yaitu proses pengintegrasian individu ke dalam
kelompok yang disertai proses penamaan nilai dan norma sosial budaya, disebut inkulturasi. Setelah menjalani
proses-proses tadi barulah individu menjadi person atau pribadi yang memiliki
kepribadian (personality). Menurut
Allport, kepribadian adalah organisasi dinamik system psiko fisik yang ada pada
suatu individu, yang menentukan karakteristik tingkah laku dan berfikirnya (personality is the dynamic within the
individual of those psychophysical systems that determine his characteristic
behavior and thought).
Dari pengertian diatas dapat dinyatakan
bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamik dari proses-proses kejiwaan yang
diwariskan secara biologis berkenaan dengan sikap, keinginan, pikiran, tingkah
laku sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya. Dari ungkapan
dinamikanya, ternyata kepribadian seseorang itu luwes dan cenderung mengalami
perubahan. Tetapi meskipun demikian, kepribadian itu memiliki sifat dasar yang
stabil, yang mencirikan kepribadian itu secara normal. Karakteristik sebagai
ciri dari kepribadian, merupakan perpaduan faktor individu sebagai hasil
kesatuan psiko fisik warisan biologis dengan faktor lingkungan (alam, sosial,
budaya) yang diterima individu dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Pengaruh faktor biologis terhadap
kepribadian, individu lahir ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmaninya,
mulai dari anggota tubuh sampai proses-proses hayati seperti peredaran darah,
pernapasan, kerja kelenjar-kelenjar, susunan dan kerja urat syaraf, dan
kesempurnaan alat indra. Hal itu semua sangat mempengaruhi reaksi kejiwaan
individu terhadap rangsangan dari luar. Kesempurnaan berfikir, kesempurnaan
bereaksi secara emosional, rasa harga diri, kemauan dan lain-lain, erat sekali
dengan kondisi faktor biologis tadi. Setelah individu ada di permukaan bumi, ia
akan mengalami perubahan dan perkembangan kepribadian. Seseorang yang pada masa
mudanya cepat marah, pada masa tuanya mulai berkurang. Perubahan reaksi
emosional, perubahan sikap dan lain-lain tidak lepas dari perubahan dan
perkembangan kerja kelenjar-kelenjar, peredaran darahnya. Individu yang cacat
jasmani dan mental sejak lahir, rasa harga diri, reaksi emosional, sikap, pasti
akan berbeda dengan individu yang keadaan jasmaninya sempurna. Dengan demikian
kepribadiannya juga pasti berbeda, tetapi semuanya itu belum berarti bagi
proses pembentukan kepribadian, sebelum individu mendapat pengaruh dari faktor
lingkungan.
Lingkungan sosial yang pertama dan
terutama dikenal individu sejak lahir, yaitu keluarga, ada ayah, ibu dan
anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung
berhubungan dengan individu. Pengenalan nilai, norma dan kebiasaan untuk
pertama kalinya diterima dari keluarga. Pengaruh sosialisasi dan inkultuasi
yang berasal dari keluarga, sangat besar bagi pembentukan dan perkembangan
individu. Lingkungan sosial berikutnya yang banyak mempengaruhi individu yaitu
teman sepermainan. Pada lingkungan ini, individu akan memperluas pengetahuan
dan pengalamannya. Ia akan menaruh perhatian terhadap peranan (role) yang menarik perhatiannya.
Dalam proses kehidupan individu yang
selalu berhubungan dengan lingkungan sosial, ia tidak dapat lepas dari lingkungan budayanya.
Norma, nilai, peraturan, pranata, bangunan, peralatan sampai kepada pakaian
yang melekat pada dirinya, merupakan lingkungan budaya yang mempengaruhi
kepribadian individu yang bersangkutan. Selain itu lingkungan lain yang tidak
bisa lepas dari pembentukan kepribadiannya adalah lingkungan alam. Udara yang
segar, tanah yang subur, air yang melimpah, besar pengaruhnya terhadap
kepribadian individu yang menikmatinya. Sebaliknya suhu udara yang tinggi,
tanah gersang akan berpengaruh terhadap temperamen, reaksi emosional.
4. Perubahan
Sosial
Pada hakikatnya tidak ada yang tidak mengalami
perubahan di dunia ini, yang abadi hanyalah Tuhan dan perubahan itu
sendiri. Perubahan itu abadi adanya, sampai kapanpun perubahan itu akan tetap
terjadi. Kelompok manusia yang berkembang dari waktu ke waktu, baik cepat
maupun lambat akan mengalami perubahan. Pertumbuhan demografi, akan mendorong
pertumbuhan dan perkembangan aspek kehidupan manusia lainnya. Pertumbuhan dan
pertambahan penduduk akan mendorong pertumbuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia
yang tidak dapat ditinggalkan adalah kebutuhan ekonominya. Dalam memanfaatkan
sumberdaya atau lingkungan telah mengalami perubahan, mulai dari cara meramu (simple food gathering) ke
bercocok tanam (simple agriculture)
sampai ke pertanian dan peternakan (advance
agriculture and pastoralism), dan akhirnya sampai mencapai tingkat industry
modern (manufacturing industry).
Perubahan cara memenuhi kebutuhan tadi sudah pasti diikuti oleh
perubahan-perubahan lainnya. Ke dalam perubahan-perubahan tadi termasuk
perubahan organisasi, perubahan struktur, perubahan nilai dan norma.
Kalau perubahan dalam kelompok telah
meliputi berbagai aspek (organisasi, struktur, nilai dan norma, kelembagaan)
dan telah didukung dan diakui oleh sebagian besar anggota kelompok, maka pada
kelompok itu telah terjadi perubahan sosial. Ditinjau dari tuntutan stabilitas
kehidupan, perubahan sosial yang dialami masyarakat merupakan hal yang wajar.
Kebalikannya, masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan, tidak
akan dapat melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggotanya yang selalu
berkembang kemauan dan aspirasinya. Interelasi dan interaksi sosial manusia di
masyarakat, mendorong perkembangan berfikir dan reaksi emosional para
anggotanya. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengadakan berbagai perubahan
sesuai dengan suasana tadi. Perkembangan kuantitas dan kualitas anggota
masyarakat juga menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial. Dengan demikian
perubahan sosial itu terjadi karena adanya dorongan dari dalam dan dari luar
kelompok.
1.
Faktor
perubahan yang berasal dari dalam kelompok.
Pikiran dan aspirasi manusia sebagai anggota kelompok, selalu
berkembang. Perkembangan akal budi dan daya kreasi pribadi yang mendukung suatu
kelompok, dapat membawa perubahan dalam kelompok tersebut. Rekaan (invention) dan penemuan (discovery) yang terjadi dalam kelompok
baik yang berupa benda dan alat, maupun gagasan, dapat membawa perubahan
pandangan dan penilaian terhadap apa yang terdapat dalam kelompok tersebut.
Perubahan pandangan penilaian terhadap kelompok sebelum dapat diterima oleh
anggota kelompok harus melalui proses yang panjang dan lama. Rekaan dan
penemuan sebagai faktor perubahan, baru dapat diakui dan diterapkan dalam
kelompok atau masyarakat,kalau telah menjadi inovasi (innovation).
Terjadinya inovasi sebagai faktor
perubahan didukung oleh (a) adanya kesadaran pribadi pendukung kelompok,
(b) adanya kualitas pribadi dalam
kelompok yang kreatif, (c) adanya suatu kebiasaan memberi penghargaan atau
insentif dari kelompok ke pribadi yang mencapai prestasi atau mendapatkan
inovasi untuk perubahan sosial dan kemajuan kelompok, (d) adanya suasana
persaingan yang sehat diantara anggota-anggota kelompok untuk mencapai prestasi
yang tinggi. (Sumaatmadja, 2000: 82).
Jika keempat gejala diatas hidup subur dalam kelompok, inovasi akan tumbuh subur
pula, sehingga perubahan sosial yang merupakan tuntutan dinamika kehidupan
manusia dan dorongan pertumbuhan demografi, dapat berjalan lancar dan pesat.
2.
Faktor
perubahan yang berasal dari luar kelompok.
Faktor dari luar kelompok
yang besar pengaruhnya terhadap perubahan sosial yaitu akulturasi, asimilasi,
dan difusi unsur-unsur kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat,
akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengansuatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing yang berbeda, sehingga kebudayaan asing itu dengan lambat laun
diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan sendiri. Berdasarkan pengertian diatas, akulturasi atau
disebut juga kontak kebudayaan merupakan proses pengambilan dan pemberian unsur-unsur
kebudayaan tertentu dari dua jenis kebudayaan, sebagai akibat adanya pertemuan
kelompok-kelompok yang bersangkutan dalam jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan
perubahan sosial.
Contoh dari perubahan
sosial sebagai hasil akulturasi dalam kehidupan ekonomi, misalnya proses
produksi pertanian, kerajinan, pertenunan, bukanlah merupakan proses ekonomi
Indonesia semata-mata, melainkan merupakan hasil akulturasi yang berasal dari
kebudayaan Tiongkok, India. Perubahan proses produksi tadi, diikuti oleh
perubahan aspek-aspek lainnya, yang akhirnya lebih meningkatkan kehidupan
masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi atau
pembaharuan unsur kebudayaan dapat terjadi, apabila : (a) kelompok-kelompok
manusia yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda bercampur
satu sama lain, (b) individu-individu dari berbagai kelompok tadi bergaul
secara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama, (c) akibat dari a dan
b, kebudayaan atau setidak-tidaknya unsur-unsur kebudayaan tadi masing-masing
berubah saling menyesuaikan diri menjadi satu.
Proses asimilasi yang nyata
dalam kehidupan dapat kita amati pada, gaya bentuk bangunan, corak pakaian,
adat kebiasaan, bahasa dan lain-lain. Perpaduan gaya, corak dan bentuk unsur
kebudayaan tadi, karena proses asimilasi yang baik, tidak canggung lagi dan
dapat dihayati sebagai unsur kebudayaan sendiri. Baik disadari atau tidak
disadari proses asimilasi ini akan tetap berlangsung di masyarakat.
5. Modernisasi
Menurut Koentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup
dengan konstelasi dunia dewasa ini, berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern harus berpedoman kepada dunia sekitar
yang telah mengalami kemajuan. Dalam modernisasi harus ada usaha memasukkan
unsur-unsur yang baik berasal dari dunia sekitar tadi. Kemudian unsur baru itu
disesuaikan dengan kondisi kita, sehingga menimbulkan pembaruan yang serasi.
Suatu kelompok manusia yang hanya mempertahankan apa yang ada pada dirinya,
tidak melakukan usaha memasukkan unsur-unsur yang baik dari dunia sekitarnya,
tidak akan dapat menyerasikan diri dengan dunia terbuka yang sedang menjalani
kemajuan yang pesat. Sebaliknya, kelompok yang hanya menggantungkan diri kepada
kemajuan dunia luar dengan tidak memperhatikan kondisi diri sendiri, tidak akan
menemukan kepribadiannya, sehingga mudah terombang ambingkan oleh kegoncangan
dunia luar. Kelompok yang terakhir ini tidak akan dapat mencapai tingkat
modern. Tingkat modernisasi yang baik, yaitu yang dilakukan dengan usaha
mengadakan sintesa antara kondisi diri sendiri dengan arus perubahan dan
pembaruan yang sedang terjadi di dunia sekitar. Dengan demikian pembaruan itu
serasi dengan kepribadian diri sendiri.
Tingkat modern yang sedang
dialami dunia dewasa ini, berkat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi di dunia Barat. Modernisasi yang dilandasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak
hanya bersifat fisik material belaka, melainkan lebih dari itu yaitu dilandasi
oleh sikap mental yang mendalam. Manusia yang telah menjalani modernisasi,
tercermin dalam mentalnya yang maju, berfikir rasional, berjiwa wiraswasta,
berorientasi ke masa depan dan seterusnya.
Modernisasi bukanlah
merupakan proses yang sederhana, melainkan merupakan hal yang pelik, karena
merupakan hubungan dan perpaduan berbagai aspek kehidupan. Modernisasi
merupakan proses interelasi dan interaksi aspek-aspek kehidupan fisik material
dengan kehidupan mental spiritual. Bahkan aspek mental spiritual inilah yang
pengaruhnya sangat besar. Selanjutnya dalam proses modernisasi yang
mengusahakan perpaduan antara individu yang berlaku sekarang di masyarakat
dengan konstelasi kehidupan dunia yang sedang mengalami kemajuan, sudah pasti
harus melalui penyesuaian dan penyerasian. Pada proses penyesuaian dan
penyerasian ini akan terjadi proses perubahan pranata (institusionalisasi) yang meliputi proses peninjauan kembali pranata
yang telah ada (reinstitusionalisasi)
dan proses penggantian pranata yang tidak cocok lagi dengan keadaan oleh
pranata baru (deinstitusionalisasi).
Ciri-ciri masyarakat yang telah
mengalami modernisasi, diantaranya :
a.
Cara
berpikir yang irasional berubah ke arah berpikir rasional, kritis dan praktis.
b.
Perbuatan
yang asalnya dianggap suci dan khidmat/ sacral berubah ke arah perbuatan yang
lumrah dan biasa.
c.
Proses
ekonomi yang asalnya bersifat tertutup dan terbatas, berubah ke arah proses
produksi missal melalui perkebunan dan industrialisasi.
d.
Proses
pendidikan yang diselenggarakan dalam kelompok (keluarga) berubah ke arah
pendidikan missal melalui lembaga-lembaga pendidikan yang menampung murid atau
siswa secara missal/ klasikal.
e.
Proses
pertukaran kebutuhan in natural, berubah ke arah perdagangan melalui pasar
(ekonomi pasar) yang menggunakan alat tukar yang praktis (mata uang, devisa).
f.
Hubungan
antar manusia dari bersifat pribadi dan kekeluargaan berubah menjadi individualis
dan egois.
g.
Akibat
majunya teknologi komunikasi merubah pola dan gaya hidup masa kini.
Dampak dari modernisasi ada yang bersifat positif dan
ada yang bersifat negatif. Dampak positif dari modernisasi diantaranya, (1)
perubahan tata nilai dan sikap, yaitu adanya modernisasi dalam budaya menyebabkan
pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
(2) berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam
beraktivitas dan mendorong untuk berfikir lebih maju. (3) tingkat kehidupan
yang lebih baik, yaitu dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi
dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (4) meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kerja manusia sebagai akibat bertambahnya pengetahuan sehingga jarak semakin dekat. (5)
meningkatkan produktivitas manusia (6) meningkatnya volume ekspor (7) meluasnya
lapangan pekerjaan (8) tersedianya berbagai macam barang konsumsi (9) munculnya
profesionalisme dan spesialisasi ketenagakerjaan (10) lancarnya komunikasi dan
proses transaksi ekonomi antar Negara maupun antar benua.
Dampak negatif dari
modernisasi diantaranya (1) pola hidup konsumtif, yaitu perkembangan industri
yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah, sehingga
masyarakat mudah tertarik untuk membeli dan menikmati semua barang yang ada.
(2) sikap individualistis, yaitu masyarakat telah dan merasa dimudahkan dengan
teknologi sehingga mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas.
Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. (3) gaya hidup
kebarat-baratan, (4) kesenjangan sosial, (5) adanya perusakan alam dan
pencemaran lingkungan. (6) adanya penurunan kualitas moral manusia (demoralisme) (7) keresahan sosial (8)
menurunnya kemandirian dalam menyelesaikan masalah. (9) meningkatnya sikap
egois dan materialistis, (10) kenakalan remaja dengan segala bentuknya.
6. Masalah Sosial dewasa ini
Tiga masalah sosial yang
kita hadapi sekarang ini meliputi, pertambahan penduduk yang cepat, kerawanan perdamaian
dan ketimpangan ekologi.
a.
Pertambahan
penduduk yang cepat telah mendorong kegiatan dan kecepatan manusia berusaha
menggali sumberdaya alam dan sumberdaya manusia sendiri lebih intensif dari
waktu-waktu sebelumnya. Ketidakseimbangan kuantitas dan kualitas pertumbuhan
penduduk dengan kuantitas dan kualitas pemenuhan kebutuhan inilah yang
menimbulkan masalah besar di dunia dewasa ini. Usaha mengatasinya, tidak lagi
merupakan usaha local atau regional melainkan telah menjadi usaha
internasional.
b.
Kerawanan
perdamaian dapat kita hayati tiap waktu melalui berbagai pemberitaan berkenaan
dengan pertikaian atau peperangan antara suatu bangsa dengan bangsa lain yang
bertetangga, atau pertikaian antar kelompok bangsa (perang saudara). Pertikaian
terbuka maupun terselubung tetap menjadi ancaman bagi perdamaian dunia. Adapun
fakt5or penyebab dan akibatnya menyangkut dan melibatkan aspek-aspek kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, politik dan psikologi. Masalah demikian untuk jalan
penyelesaiannya memerlukan kesepakatan seluruh kelompok bangsa-bangsa. Jadi
diselesaikan dalam forum internasional.
c.
Masalah
ketiga yaitu ketimpangan ekologi atau masalah lingkungan. Perusakan lingkungan
berupa erosi, pencemaran air, udara, tanah, ketidaksehatan sanitasi dan
lain-lain sedang dialami oleh negara-negara berkembang maupun negara maju. Ditinjau secara mikro, masalah ini terjadi
pula di daerah pedesaan dan perkotaan. Ketimpangan ekologi telah menjadi
masalah serius yang perlu ditangani oleh tenaga dan kekuatan internasional
melalui badan-badan internasional. Tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai “Hari
Lingkungan Hidup” (World Environment Day).
David L.Sill dalam bukunya yang berjudul “Some Future for the Social Science” mengemukakan
lima (5) masalah besar yang disebut 5P yaitu :
1.
Prasangka
(prejudice)
2.
Perdamaian
(peace)
3.
Penduduk
(population)
4.
Papa
miskin (poverty)
5.
Pencemaran
(pollution). (Sumaatmadja, 2000: 105).
Lima masalah
besar diatas, merupakan masalah yang meliputi sebagian besar dunia. Prasangka dan perdamaian yang sangat erat satu
sama lain, merupakan masalah yang sukar terselesaikan, terutama masalah yang
terjadi diantara 2 blok besar dunia,
perang dingin, singgungan antara negara-negara Islam di Timur Tengah. Perang
dingin ini telah berubah menjadi perang panas. Pergolakan yang mulai meruncing,
prasangka politik, pasti akan mengganggu perdamaian dunia.
Dari kelima
masalah besar yang dikemukakan Sill diatas, yang paling erat hubungannya dengan masalah penduduk yaitu
masalah papa miskin dan pencemaran. Masalah penduduk merupakan masalah yang
paling kompleks. Pertumbuhan penduduk yang cepat, terutama di wilayah-wilayah
yang tingkat ekonominya sukar berkembang telah memperluas kemiskinan. Masalah
kemiskinan menjadi sangat terbuka. Penduduk yang miskin ini sukar untuk
meningkatkan perbuatannya ke arah perbuatan yang lebih ekonomis dan rasional.
Bahkan sebaliknya akan memperburuk keadaan, terutama yang menyangkut
perlindungan dan pengawetan lingkungan. Ketimpangan ekonomi di wilayah yang
miskin dengan pendapatan yang sangat rendah, sukar akan dapat diatasi oleh
penduduk setempat. Pencemaran lingkungan di wilayah semacam ini lebih banyak
disebabkan oleh pengotoran domistik daripada pengotoran yang berasal dari
perindustrian. Sebaliknya di negara maju lebih banyak pengotoran dari sektor
industri yang berupa limbah industri.
Kelima
masalah besar diatas mendapat perhatian dari kelompok ahli Massachusets Institute Of Technology
yang dikenal dengan sebutan MIT Team, yang merupakan keompok Donella H.Meadows
dan kawan-kawan, telah menyusun tulisan tentang permasalahan kehidupan di dunia
dewasa ini. Dalam bukunya yang berjudul “The
Limits To Growth”. Berisi Lima
(5) faktor dasar masalah Eksponensial, yaitu :
1.
Penduduk (population)
2.
Produksi bahan pangan (food production)
3.
Industrialisasi (industrialization)
4.
Pencemaran (pollution)
5.
Konsumsi sumberdaya alam yag tidak
dapat diperbaharui (consumption of
nonrenewable natural resources). (Sumaatmadja, 2000: 107).
Kelima
faktor dasar diatas, dewasa ini sedang tumbuh secara eksponensial (exponential growth). Adapun pengertian
pertumbuhan eksponensial adalah pertumbuhan kuantitas atau pertumbuhan kualitas
suatu benda atau suatu gejala dari satu tingkat ke tingkat berikutnya dengan
kelipatan dua. Contoh : 1 - 2 - 4 - 8 - 16 – 32 - 64 dan seterusnya.
Menurut
analisis kelompok MIT Team ini berkesimpulan bahwa dalam jangka waktu 100 tahun
mendatang, dunia akan sampai kepada batas-batas pertumbuhannya, sebagai berikut
:
1.
Kalau kecenderungan pertumbuhan
penduduk dunia, industry, pencemaran, produksi bahan pangan dan konsumsi
sumberdayaalam, tidak berubah seperti yang berlangsung sekarang, batas
pertumbuhan di planet bumi ini akan tercapai dalam jangka 100 tahun mendatang.
Akibatnya yang sangat mungkin terjadi yaitu keadaan buruk yang tiba-tiba dan
tidak terkontrol akan dialami oleh penduduk dan kemampuan industri.
2.
Suatu kemungkinan, yaitu mengubah
kecenderungan pertumbuhan, menentukan kondisi ekologi, stabilisasi ekonomi yang
menunjang ke masa depan, sehingga keseimbangan global dapat dipolakan agar
kebutuhan materi dasar tiap orang dapat mencukupi, dan tiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk merealisasikan potensi kemanusiaannya masing-masing.
3.
Kalau warga dunia memutuskan untuk
berusaha keras melaksanakan pada poin 2, maka akan didapat keberhasilan besar.
Kembali
kepada sistem masalah yang terjadi dewasa ini, secara terperinci sistem masalah
sosial yang berhubungan dengan kependudukan, berinterelasi dengan masalah-masalah
kemiskinan, kebodohan, pengangguran, kelaparan, tingkat gizi yang rendah,
tingkat kesehatan yang buruk dan lain-lain. Tiap masalah yang tadi jika
ditinjau sebagai suatu sistem, terdiri dari komponen-konponn berbagai aspek
kehidupan. Sebagai contoh, masalah kemiskinan akan menyangkut masalah sosiologi
(hubungan antar manusia), aspek geografi (ruang, kesuburan tanah, sumberdaya),
aspek politik (pemerintahan, kenegaraan), aspek hukum (norma sosial, peraturan,
perundang-undangan), aspek budaya (adat istiadat, tradisi, tingkat teknologi),
aspek ekonomi (lapangan kerja, sumberdaya, modal), aspek psikologi (sikap
mental, tingkah laku, kepribadian), aspek pendidikan (kebodohan, pengetahuan)
dan seterusnya. Demikian seterusnya, jadi setiap masalah memiliki kaitan yang
erat satu sama lain.
D. Latihan/ Penilaian
- Jelaskan hakikat manusia sebagai individu dan
mahluk sosial!
- Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, serta
kaitannya dengan keseimbangan ekologi!
- Bagaimana sikap anda jika melihat tetangga atau teman yang
membuang sampah sembarangan? Apa yang anda lakukan?
- Jelaskan modernisasi menurut pendapat Koentjaraningrat!
- Sebagai mahasiswa dan kaum muda yang memiliki kepribadian
nasional, budaya yang multikultur. Sikap mental pembangunan seperti apa
yang harus anda miliki dan dikembangkan?