Jumat, 23 Desember 2016

Perspektif Global dalam Pendidikan Sosial dan Budaya



Perspektif Global dalam Pendidikan Sosial dan Budaya

      Perspektif Global memiliki sifat terbuka dan menerima pembaharuan global dengan menyeleksi perubahan  yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Dalam bidang sosial dan budaya, dampak globalisasi sangatlah berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, diantaranya  :
  1. Meningkatnya individualisme, yaitu hilangnya rasa gotong royong dan rasa simpati pada sesama. Meningkatnya individualisme dikarenakan adanya paham Barat yang dirasa cocok pada kepribadiannya.
  2. Perubahan  pola kerja, yaitu banyak perusahaan-perusahaan yang menggunakan kerja kontrak pada pegawainya. Sehingga jika masa kontraknya berakhir maka akan sulit mencari pekerjaan kembali.
  3. Terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat, yaitu banyak nilai-nilai luhur dan budaya Indonesia yang hilang dikarenakan terpengaruh oleh kehidupan-kehidupan masyarakat ala Barat yaitu paham individualisme.
  4. Kalangan generasi muda banyak yang seperti kehilangan jati dirinya. Mereka berlomba-lomba meniru gaya hidup ala Barat yang tidak cocok jika diterapkan di Indonesia.
      Namun disisi lain globalisasi juga dapat mempercepat perubahan pola kehidupan bangsa. Misalnya melahirkan pranata-pranata atau lembaga-lembaga sosial baru seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profesi dan pasar modal  Perkembangan pakaian, seni dan ilmu pengetahuan turut meramaikan kehidupan bermasyarakat..
      Oleh sebab itu peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun harus diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah dengan pengelolaan pendidikan dengan wawasan global. Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan dunia, oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia.
      Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global dalam pendidikan sosial budaya adalah selain untuk menambah wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak-kotak oleh batas-batas subyektif, primordial (lokalitas seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit dan seterusnya.
      Dengan demikian pentingnya (urgensi) wawasan perspektif global dalam pengelolaan pendidikan ialah sebagai langkah upaya dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan seperti yang telah dituliskan sebelumnya, dengan wawasan perspektif global kita dapat berfikir rasional dan lebih berkembang.  Kita dapat melihat sistem pendidikan di negara lain yang telah maju dan berkembang. Serta dapat membandingkannya dengan pendidikan di negara kita, mana yang dapat diterapkan dan mana yang sekedar untuk diketahui saja. Kita bisa mencontoh sistem pendidikan yang baik di negara lain selama hal itu tidak bertentangan dengan jati diri bangsa Indonesia.  Tentu kita masih ingat, dulu ketika Malaysia mengimpor guru-guru dari Indonesia untuk mendidik anak-anak mereka. Namun kini justru Malaysia lah yang lebih maju pendidikannya dari negara kita. Apa yang salah? Kalau boleh dikatakan, bahwa mereka mau belajar dan mempelajari serta terus meningkatkan kualitas pendidikan mereka.
      Dengan demikian wawasan berspektif global sangatlah penting dalam pengelolaan pendidikan. Penerapan pengelolaan pendidikan dengan wawasan berperspektif global di Indonesia.
  
  Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
      Berikut  ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat (4) negara yaitu Indonesia, Malaysia, India dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
      Uraian singkat ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman bahwa karakteristik keempat negara itu berbeda, khususnya jika dilihat berdasarkan ideologinya karena perbedaan ideologi itu diantaranya berpengaruh terhadap sistem pendidikan nilai.
  1. Indonesia
      Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak, masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Menurut Sudarminta (dikutip S. Belen, 2004 : 9). Praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era Orde Baru (Orba) terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Agama, dua jenis mata pelajaran tata nilai yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanisme ke dalam pusat kesadaran siswa.
      Hasil penelitian Afiyah dkk (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi Pendidikan Agama Islam termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afekti) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.  
  1. India
      Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal (Mulyana, 2004 : 230). Bagi sekolah swasta baik dalam komunitas Kristen maupun Islam, nilai agama menjadi prioritas pengembangan nilai. Berbeda halnya sekolah negeri, agama ditempatkan pada area nilai-nilai yang mengandung kebenaran untuk semua pihak. Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengidentifikasian nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.
  1. Malaysia
      Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. Silabus pendidikan nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan badan dan pikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang, hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan meski cukup konsinten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan fomal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala diantaranya (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai (b) alat evaluasi yang sesuai  dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum  terjabarkan dengan jelas (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi (Mulyana, 2004:237).       
  1. Cina
      Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam peraturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan dan moralitas. Walaupun sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai. Di beberapa sekolah dijumpai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar-benar terjadi dalam proses pendidikan.

      Untuk mengatasi berbagai persoalan diatas, pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut. Pertama, pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu. Kedua, sejumlah peraturan telah disusun dan disebar luaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Wujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah. Ketiga, untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar.

Materi kuliah Pengantar Ilmu Sosial



 
GLOBALISASI
   
A.  Capaian Pembelajaran
       Memahami tentang pengertian globalisasi, ciri globalisasi, teori globalisasi, sejarah globalisasi dan dampak dari globalisasi

B.  Tujuan Pembelajaran
       Setelah mempelajari  materi globalisasi ini diharapkan siswa dapat memahami, menjelaskan, mengidentifikasi, mendeskripsikan, tentang era globalisasi dewasa ini.   
       Indikator keberhasilan dari proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1.      menjelaskan pengertian globalisasi
2.      mengidentifikasi ciri-ciri globalisasi
3.      menjelaskan teori globalisasi
4.      mendeskripsikan sejarah globalisasi
5.      menjelaskan dampak-dampak globalisasi   

C.  Materi Pembelajaran
      Globalisasi didorong oleh perkembangan bidang komunikasi dan transportasi. Sejak abad ke 20, kedua bidang tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan tersebut ditunjukkan dengan berbagai penemuan-penemuan baru dimana sekarang, penemuan abad ke 20 telah dikembangkan menjadi berbagai peralatan modern, seperti televisi, komputer, pesawat terbang, telepon, satelit dan lain-lain. Peralatan-peralatan tersebut menyebabkan suatu peristiwa dapat dengan cepat diinformasikan ke seluruh penjuru dunia. Semua orang di berbagai belahan dunia juga dapat berkomunikasi dengan mudah. Adanya peralatan tersebut juga memudahkan terjadinya pemindahan barang dan manusia. Lalu siapa saja orang-orang yang berjasa dalam penemuan bidang komunikasi dan transportasi? Ada beberapa nama ilmuwan yang berjasa dalam mengembangkan bidang komunikasi dan transportasi. Diantaranya adalah Alexander Graham Bell yang berjasa menemukan pesawat telepon, James Watt penemu mesin uap, Guglielmo Marconi penemu radio, selain itu masih banyak tokoh-tokoh lain yang berjasa di bidang komunikasi dan transportasi.
  1. Pengertian Globalisasi
       Globalisasi diambil dari kata global, yang artinya universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
      Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah globalisasi pada tahun 1985.
      Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi :
1.             Internasionalisasi, globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
2.             Liberalisasi, globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
3.             Universalisasi, globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
4.             Westernisasi, adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari Barat sehingga mengglobal.
5.             Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas, arti yang kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya, Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekedar gabungan negara-negara.
  1. Ciri Globalisasi
      Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan keterkaitan antar manusia di seluruh dunia.
1.              Perubahan dalam konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2.              Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
3.              Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa terutama televisi, film, musik dan transmisi berita dan olah raga internasional. Saat ini kita dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur dan makanan.
4.              meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
      Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
      Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri dari globalisasi adalah batas antar negara semakin menipis. Perkembangan teknologi dan komunikasi menjadi penyebab hilangnya batas-batas negara. Sekarang orang dengan  mudah dapat menghubungi kerabat atau teman yang berada di negara lain dengan menggunakan telepon, adanya internet. Informasi mudah menyebar, kegiatan perdagangan semakin luas dan terbuka hingga melintasi batas-batas wilayah sebuah negara.
  1. Teori Globalisasi
      Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat teoritis yang dapat dilihat, yaitu :
1.        Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen, meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
2.        para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggungjawab.
3.        para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan Barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar di permukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
4.        para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi dari produksi dan perdagangan kapital.
5.        para transformasionalis berada diantara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai “seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung”.mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau setidaknya dapat dikendalikan.
  1. Sejarah Globalisasi
      Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke 20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluruh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
      Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, Pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia dan Genoa. Disamping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
      Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. Berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
      Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaanmultinasional di dunia. Di Indonesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
      Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara-negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negarapun mulai kabur.
  1. Reaksi Masyarakat Terkait Globalisasi
  1. Gerakan pro-globalisasi
      Pendukung globalisasi disebut juga (pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efisien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain denga membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.
      Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat melindungi produksi dalam negeri, namun di sisi lain hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para pro-globalisasi tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka menginginkan dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan, akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan meningkat, kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya.
      Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia da IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara, dan sebagai akibatnya tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya, termasuk konsumsi barang impor, sehingga laju globalisasi akan terhambat dan (menurut mereka) mengurangi kesejahteraan penduduk dunia. 
  1. Gerakan anti globalisasi
      Anti globalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti organisasi perdagangan dunia (WTO : World Trade Organization).
       Anti globalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
      Gerakan anti globalisasi lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, gerakan dari semua gerakan atau sejumlah istilah lainnya.  
  1. Globalisasi Perekonomian
      Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
      Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
      Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut :
1.       Globalisasi Produksi. 
           Perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
2.       Globalisasi Pembiayaan.
           Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (Build Operate Transfer) bersama mitra usaha dari manca negara.
3.       Globalisasi Tenaga Kerja.
           Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.
4.       Globalisasi Jaringa Informasi
      Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena  kemajuan teknologi, antara melalui : TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh, KFC, Celana Jeans Levis atau hamburger melanda semua pasar. Akibatnya selera masyarakat dunia baik yang berdomisili di kota ataupun di desa menuju pada selera global.
5.       Globalisasi Perdagangan
      Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat dan fair.
      Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia.
  1. Kebaikan Globalisasi Ekonomi
    1. Produksi global dapat ditingkatkan.
      Pandangan ini sesuai dengan teori “Keuntungan Komparatif” dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efisien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
    1. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara.
      Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
    1. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri.
      Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang lebih luas dari pasar dalam negeri.
    1. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik.
      Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
    1. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
      Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
  1. Keburukan Globalisasi Ekonomi
    1. Menghambat pertumbuhan sektor industri.
      Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
    1. Memperburuk neraca pembayaran
      Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan/ pendapatan investatasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
    1. Sektor keuangan semakin tidak stabil.
      Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengaliir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidak stabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
    1. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Apabila hal-hal yang dinyatakan diatas berlaku dalam suatu negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
  1. Globalisasi Kebudayaan
      Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/ psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tiqngkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
      Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke seluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini
      Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke 20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
      Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan :
  1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
  2. penyebaran prinsip multi kebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
  3. berkembangnya turisme dan pariwisata.
  4. semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
  5. berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain-lain.
  6. bertambah banyaknya even-even berskala global, seperti Piala Dunia (FIFA).
Dampak positif dari globalisasi, diantaranya : 1) masyarakat semakin maju, 2) semangat kerja meningkat, 3) ruang sosial semakin trbuka, 4) pertukaran budaya, dan 5) pasar semakin meluas. Sedangkan dampak negatif dari globalisasi adalah, 1) membanjirnya produk luar negeri sehigga menjadi persaingan dengan produk dalam negeri contoh, mainan anak-anak, tekstil, pakaian, peralatan rumah tangga, 2)  ketergantungan terhadap negara maju, 3) lapangan kerja semakin sempit karena persaingan bagi tenaga-tenaga professional, 4) kerusakan lingkungan hidup, serta nilai-nilai social semakin hilang, contoh sekarang ini, orang Jawa sudah hilang Jawanya, anak-anak tidak bisa menggunakan bahasa Jawa.

 D.  Latihan/ Penilaian
  1. Jelaskan pengertian globalisasi menurut anda dan bandingkan teori-teori globalisasi diatas serta sesuaikan dengan pendapat anda!
  2. Mengapa dalam globalisasi kebudayaan banyak mendapat pertentangan?
  3. Jelaskan menurut pendapat dan pengalaman anda mengenai dampak globalisasi budaya dengan perekonomian global!
  4. Pasca Pemilu Pilpres 2014 perekonomian di Indonesia, menurut beberapa pengamat ekonomi akan mengalami trend menurun. Bandingkan dengan periode sebelumnya!
















Senin, 19 Desember 2016

Materi Kuliah Pengantar Ilmu Sosial (pertemuan ke 3-5)




KEHIDUPAN SOSIAL DAN PERMASALAHANNYA

A. Capaian Pembelajaran
            Memahami hakikat manusia sebagai individu dan sosial, lingkungan hidup, kepribadian, perubahan sosial, modernisasi dan permasalahan sosial dewasa ini.

B. Tujuan Pembelajaran
            Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan mahasiswa dapat, mendeskripsikan, mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis hakikat manusia, kepribadian, modernisasi, perubahan dan permasalahan sosial yang ada.
Indikator keberhasilan belajar yang diharapkan adalah mahasiswa dapat mengkaji, mengidentifikasi, menjelaskan menganalisis :
1.      Hakikat manusia
2.      Kepribadian manusia sebagai mahluk sosial
3.      Modernisasi
4.      Perubahan dan permasalahan sosial dewasa ini

C. Materi Pembelajaran
1.      Hakikat Manusia sebagai Individu dan Mahluk Sosial
      Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian mengapa hidupnya harus bermasyarakat? Seperti kita ketahui, manusia pertama adalah Adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan manusia lain yaitu istrinya yang bernama Hawa. Memang apabila dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, manusia tak akan  dapat hidup sendiri. Bayi misalnya harus diajar makan, berjalan, bermain-main dan lain-lain. Jadi sejak lahir manusia berhubungan dengan manusia lainnya. Oleh karena itu sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu, (1) keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat), (2) keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Jadi untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya manusia mempergunakan fikiran, perasaan dan kehendaknya. Misalnya dalam menghadapi cuaca dingin, manusia membuat rumah, memakai pakaian dan lain-lain.
      Di dalam diri manusia terdapat dua kepentingan, yaitu kepentingan individu dan bersama. Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai mahluk individu, karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan bersama didasarkan manusia sebagai makhluk sosial (kelompok) yang ingin memenuhi kebutuhan bersama.
      Dalam perjalanannya, kepentingan-kepentingan tersebut kadang saling berhadapan dan kadang pula saling berkait. Terkadang muncul suatu penolakan dan penerimaan yang pada akhirnya bermuara pada etika, yaitu suara ajaran tentang norma dan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan manusia. Artinya, titik kompromi antara kepentingan individu dan bersama ditimbang menurut kadar etis/ tidaknya kedua kepentingan tersebut.
      Menurut Jurgen Habermas (2001), masyarakat memiliki tiga jenis kepentingan yang memiliki pendekatan rasio berbeda. Pertama, kepentingan teknis (objective welt). Hal ini sangat kuat berhubungan dengan penyediaan sumber daya natural dan juga kerja (instrumentalis). Kedua, kepentingan interaksi (social welt). Ini merupakan kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ketiga, kepentingan kekuasaan. Di satu sisi, hal ini berhubungan erat dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Di sisi lain, adanya sebuah keputusan dasar manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk dominasi atau kebebasan (Freiheit). Freiheit menurut Sastre sebagai syarat utama yang mendorong eksistensi manusia menuju peradaban yang maju (Tumanggor, 2010: 40).
       Dalam perbedaan kepentingan ini masyarakat mengalami pertarungan yang sangat tajam dalam kehidupan sosial dan politik. Apalagi kalau kepentingan kekuasaan dan kepentingan teknis mengabaikan kepentingan sosial. Kalau kepentingan keku kepentingan kekuasaan mengarah pada tendensi untuk menciptakan distorsi terhadap komunikasi,maka yang terjadi hanya ada penindasan dan reduksi. Menurut Habermas,untuk bisa  mendamaikan  konflik kepentingan ini,kita membutuhkan adanya sebuah ruang publik (public spare} ini merupakan media untuk menjembatani setiap kepentingan karena setiap komponen dalam masyarakat memiliki akses yang sama untuk bebicara, berdiskusi, dan mencari alternatif yang tepat tentang segala persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.
       Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia seabagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam kitab suci Al Quran bahwa “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Dalam ajaran agama-agama dunia juga diterangkan sangat jelas kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia, karena itu tidak dibenarkan manusia melakukan perbuatan tercela, seperti berjudi, korupsi, berzina, membunuh, mabuk, dan seterusnya. Sebaliknya, pribadi manusia dituntut mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama, dan saling berlomba-lomba melakukan perubahan menuju yang lebih baik dengan individu lainnya.
       Manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan bantuan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Bahkan sejak lahirpun, manusia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
       Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada, yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Yakni memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari :
1.      Dorongan untuk makan,
2.      Dorongan untuk mempertahankan diri,
3.      Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.
       Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk social meniscayakan adanya dorongan untuk saling ketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan lainnya. Karena itu, komunikasi antar masyarakat menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial, dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk adaptasi mereka terhadap lingkungannya.
       Dalam perkembangannya, manusia mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru guna membentuk diri dalam kehidupan masyarakatnya, diantaranya meniru dalam hal penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan yaitu menerima bentuk-bentuk pembaruan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan. Meniru dalam hal penghematan tenaga sehingga tidak banyak menggunakan tenaga manusia dan kinerjanya akan lebih efektif dan efisien. Proses meniru ini dapat dicontohkan misalnya anak meniru perilaku orang tuanya, pribumi meniru pendatang, masyarakat tradisional meniru masyarakat modern. Dari gambaran tersebut jelas manusia itu membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sebagai pribadi (individu) dan sekaligus sebagai makhluk sosial.
       Menurut Tumanggor, secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari 3 hal, yaitu :
1.      Tekanan emosional, kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang bahagia, senang, atau sedih, berduka dan seterusnya.
2.      Harga diri yang rendah, ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain. Karena ketika seseorang merasa direndahkan dengan secara spontan ia membutuhkan kasih saying dari pihak lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologis kembali seperti semula.
3.      Isolasi sosial, orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
2.      Lingkungan Hidup
       Konsep lingkungan hidup atau lingkungan berasal dari konsep yang dikembangkan pada ekologi. Tetapi karena konsep ini besar sekali manfaatnya dalam mengungkapkan kehidupan sosial manusia, maka diadaptasikan pada ilmu-ilmu sosial. Sedangkan ekologi dapat diartikan sebagai suatu studi mengenai cara bagaimana makhluk hidup menghubungkan diri atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Ecology is the study of the way living things relate adjust themselves to their environment), (Sumaatmadja, 2000, 62).
       Penerapan ekologi pada ilmu-ilmu sosial baru pada tahun 1950 oleh ahli sosiologi Amarika Serikat bernama A.W. Hawley. Ekologi manusia adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Disini manusia berlaku baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Pada konsep ekologi ini terdapat dua komponen yang tidak dapat dipisahkan yaitu konsep makhluk hidup dan konsep lingkungan. Yang termasuk lingkungan adalah sangat luas yaitu segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter makhluk hidup, meskipun demikian, lingkungan dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok sesuai dengan tinjauannya.
       Berdasarkan tinjauan Biologi, terdapat lingkungan biotik (biotic or erganic environment) dan lingkungan abiotik (abiotic or inorganic environment). Ke dalam lingkungan biotik termasuk semua organisme di sekitar suatu makhluk  tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter suatu organism. Seluruh gejala alam yang bukan makhluk hidup termasuk lingkungan abiotik. Udara, air, tanah, batuan dan sebangsanya adalah lingkungan abiotik.
       Berdasarkan tinjauan ekologi manusia, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, lingkungan alam (natural environment), lingkungan sosial (social environment), dan lingkungan budaya (cultural environment). Yang termasuk lingkungan alam yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang, air, tanah, batuan, udara dan lain-lain yang belum kena pengaruh budaya atau pengaruh budaya yang belum berarti. Lingkungan sosial ini dapat berbentuk perorangan maupun dalam bentuk kelompok. Keluarga, teman sepermainan, tetangga, warga desa, warga kota, bangsa dan seterusnya termasuk lingkungan sosial bagi seseorang atau suatu kelompok. Sedangkan lingkungan budaya adalah segala hasil karya cipta manusia dan segala hasil perbuatan serta tingkah laku manusia yang ada di sekitar seseorang atau suatu kelompok. Lingkungan budaya ini tidak terbatas kepada hasil karya cipta manusia yang berupa benda konkret saja, melainkan juga yang berupa gagasan, teori, peraturan, pranata, bahasa, kepercayaan dan seterusnya.
       Diantara manusia dengan lingkungan (alam, sosial, budaya) terdapat interaksi sesamanya, yang kita kenal sebagai interaksi ekologi. Pada proses interaksi ekologi ini manusia dan lingkungan saling mempengaruhi. Kerangka dan jaringan interaksi ekologi ini berlangsung pada ruang atau tempat tertentu sehingga membentuk sistem ekologi atau ekosistem. Pada ekosistem inilah terjadinya interaksi ekologi. Akibat interaksi ekologi yang berbeda-beda, baik yang berkenaan dengan kerangka kerjasama dan persaingannya, maupun karena jumlah komponennya yang berbeda-beda, maka ekosistem itu sangat bervariasi. Ditinjau dari ekologi manusia, desa, kota, kawasan industri, daerah pertanian, perkebunan dan lain-lain merupakan bentuk-bentuk ekosistem. Jika manusia tidak memiliki daya adaptasi yang kuat, apabila terjadi perubahan ekosistem, maka akan terjadi kegoncangan mental psikologis pada dirinya. Sebagai contoh, pindah tempat tinggal, pindah lingkungan kerja dapat mempengaruhi kondisi mentalnya.
       Pada proses interaksi ekologi, manusia memiliki daya adaptasi dan seleksi terhadap lingkungan yang berbeda dengan makhluk lainnya. Daya adaptasi dan seleksi tadi sangat dipengaruhi oleh perkembangan akal budinya, pengetahuannya, pengalaman budayanya dan alat interaksi ekologi yang digunakannya. Dengan menggunakan akal budi, pengetahuan dan pengalamannya, manusia dapat memanfaatkan lingkungan bagi kepentingan dan kelangsungan hidupnya. Manusia dapat memperalat, menyeleksi dan menciptakan lingkungan yang serasi bagi kepentingan hidupnya. Manusia telah dapat mengubah bentang alam (natural landscape) menjadi bentang budaya (cultural landscape), telah dapat menjinakkan tumbuh-tumbuhan dan binatang liar menjadi pertanian dan peternakan. Jadi manusia telah dapat mendayagunakan lingkungan bagi kepentingan hidupnya.
       Pengaruh lingkungan, terutama lingkungan sosial dan budaya secara terbuka, tidak hanya berdampak positif tetapi juga berdampak negatif. Ketimpangan lingkungan dalam bentuk kenakalan remaja, kriminalitas, merosotnya kewibawaan, makin rendahnya rasa tanggungjawab dan lain-lain diakibatkan oleh adanya pengaruh dan perkembangan lingkungan yang tidak serasi dengan kondisi masyarakat yang menerimanya. Sedangkan masalah erosi, banjir, kekeringan, lebih dipengaruhi oleh tindakan dan tingkah laku manusia yang tidak rasional terhadap lingkungan alam disekitarnya. Pengusahaan lingkungan alam yang meningkat dengan menerapkan produk teknologi secara tidak rasional, dapat dikatakan memperkosa kemampuan lingkungan alam untuk menjamin kehidupan manusia. Setelah melampaui batas kritisnya, lingkungan alam tersebut akan menjadi timpang sehingga terjadi berbagai bencana. Dengan demikian penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya pada pengusahaan lingkungan alam melainkan harus diarahkan pada proses pengelolaannya, termasuk pula perlindungan bagi kepentingan hidup manusia.
3.      Kepribadian
       Manusia lahir ke permukaan bumi  sebagai satu kesatuan biologis atau sebagai individu yang belum mendapat pengaruh lingkungan disekitarnya. Kalau individu itu telah mendapat pengaruh lingkungannya maka ia disebut person atau pribadi. Pribadi artinya manusia yang telah menjadi anggota masyarakat atau sebagai anggota kelompok di masyarakat. Untuk menjadi suatu pribadi, individu mengalami suatu proses, atau disebut sosialisasi, misalnya proses pendidikan. Sedangkan proses selanjutnya yaitu proses pengintegrasian individu ke dalam kelompok yang disertai proses penamaan nilai dan norma sosial budaya, disebut inkulturasi. Setelah menjalani proses-proses tadi barulah individu menjadi person atau pribadi yang memiliki kepribadian (personality). Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamik system psiko fisik yang ada pada suatu individu, yang menentukan karakteristik tingkah laku dan berfikirnya (personality is the dynamic within the individual of those psychophysical systems that determine his characteristic behavior and thought).
      Dari pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamik dari proses-proses kejiwaan yang diwariskan secara biologis berkenaan dengan sikap, keinginan, pikiran, tingkah laku sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya. Dari ungkapan dinamikanya, ternyata kepribadian seseorang itu luwes dan cenderung mengalami perubahan. Tetapi meskipun demikian, kepribadian itu memiliki sifat dasar yang stabil, yang mencirikan kepribadian itu secara normal. Karakteristik sebagai ciri dari kepribadian, merupakan perpaduan faktor individu sebagai hasil kesatuan psiko fisik warisan biologis dengan faktor lingkungan (alam, sosial, budaya) yang diterima individu dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
       Pengaruh faktor biologis terhadap kepribadian, individu lahir ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmaninya, mulai dari anggota tubuh sampai proses-proses hayati seperti peredaran darah, pernapasan, kerja kelenjar-kelenjar, susunan dan kerja urat syaraf, dan kesempurnaan alat indra. Hal itu semua sangat mempengaruhi reaksi kejiwaan individu terhadap rangsangan dari luar. Kesempurnaan berfikir, kesempurnaan bereaksi secara emosional, rasa harga diri, kemauan dan lain-lain, erat sekali dengan kondisi faktor biologis tadi. Setelah individu ada di permukaan bumi, ia akan mengalami perubahan dan perkembangan kepribadian. Seseorang yang pada masa mudanya cepat marah, pada masa tuanya mulai berkurang. Perubahan reaksi emosional, perubahan sikap dan lain-lain tidak lepas dari perubahan dan perkembangan kerja kelenjar-kelenjar, peredaran darahnya. Individu yang cacat jasmani dan mental sejak lahir, rasa harga diri, reaksi emosional, sikap, pasti akan berbeda dengan individu yang keadaan jasmaninya sempurna. Dengan demikian kepribadiannya juga pasti berbeda, tetapi semuanya itu belum berarti bagi proses pembentukan kepribadian, sebelum individu mendapat pengaruh dari faktor lingkungan.
       Lingkungan sosial yang pertama dan terutama dikenal individu sejak lahir, yaitu keluarga, ada ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan dengan individu. Pengenalan nilai, norma dan kebiasaan untuk pertama kalinya diterima dari keluarga. Pengaruh sosialisasi dan inkultuasi yang berasal dari keluarga, sangat besar bagi pembentukan dan perkembangan individu. Lingkungan sosial berikutnya yang banyak mempengaruhi individu yaitu teman sepermainan. Pada lingkungan ini, individu akan memperluas pengetahuan dan pengalamannya. Ia akan menaruh perhatian terhadap peranan (role) yang menarik perhatiannya.
       Dalam proses kehidupan individu yang selalu berhubungan dengan lingkungan sosial, ia tidak dapat lepas dari lingkungan budayanya. Norma, nilai, peraturan, pranata, bangunan, peralatan sampai kepada pakaian yang melekat pada dirinya, merupakan lingkungan budaya yang mempengaruhi kepribadian individu yang bersangkutan. Selain itu lingkungan lain yang tidak bisa lepas dari pembentukan kepribadiannya adalah lingkungan alam. Udara yang segar, tanah yang subur, air yang melimpah, besar pengaruhnya terhadap kepribadian individu yang menikmatinya. Sebaliknya suhu udara yang tinggi, tanah gersang akan berpengaruh terhadap temperamen, reaksi emosional.  
4.      Perubahan Sosial
       Pada hakikatnya tidak ada yang tidak mengalami perubahan di dunia ini, yang abadi hanyalah Tuhan dan perubahan itu sendiri. Perubahan itu abadi adanya, sampai kapanpun perubahan itu akan tetap terjadi. Kelompok manusia yang berkembang dari waktu ke waktu, baik cepat maupun lambat akan mengalami perubahan. Pertumbuhan demografi, akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan aspek kehidupan manusia lainnya. Pertumbuhan dan pertambahan penduduk akan mendorong pertumbuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang tidak dapat ditinggalkan adalah kebutuhan ekonominya. Dalam memanfaatkan sumberdaya atau lingkungan telah mengalami perubahan, mulai dari cara meramu (simple food gathering) ke bercocok tanam (simple agriculture) sampai ke pertanian dan peternakan (advance agriculture and pastoralism), dan akhirnya sampai mencapai tingkat industry modern (manufacturing industry). Perubahan cara memenuhi kebutuhan tadi sudah pasti diikuti oleh perubahan-perubahan lainnya. Ke dalam perubahan-perubahan tadi termasuk perubahan organisasi, perubahan struktur, perubahan nilai dan norma.
       Kalau perubahan dalam kelompok telah meliputi berbagai aspek (organisasi, struktur, nilai dan norma, kelembagaan) dan telah didukung dan diakui oleh sebagian besar anggota kelompok, maka pada kelompok itu telah terjadi perubahan sosial. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan, perubahan sosial yang dialami masyarakat merupakan hal yang wajar. Kebalikannya, masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggotanya yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya. Interelasi dan interaksi sosial manusia di masyarakat, mendorong perkembangan berfikir dan reaksi emosional para anggotanya. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengadakan berbagai perubahan sesuai dengan suasana tadi. Perkembangan kuantitas dan kualitas anggota masyarakat juga menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial. Dengan demikian perubahan sosial itu terjadi karena adanya dorongan dari dalam dan dari luar kelompok.
1.      Faktor perubahan yang berasal dari dalam kelompok.
Pikiran dan aspirasi manusia sebagai anggota kelompok, selalu berkembang. Perkembangan akal budi dan daya kreasi pribadi yang mendukung suatu kelompok, dapat membawa perubahan dalam kelompok tersebut. Rekaan (invention) dan penemuan (discovery) yang terjadi dalam kelompok baik yang berupa benda dan alat, maupun gagasan, dapat membawa perubahan pandangan dan penilaian terhadap apa yang terdapat dalam kelompok tersebut. Perubahan pandangan penilaian terhadap kelompok sebelum dapat diterima oleh anggota kelompok harus melalui proses yang panjang dan lama. Rekaan dan penemuan sebagai faktor perubahan, baru dapat diakui dan diterapkan dalam kelompok atau masyarakat,kalau telah menjadi inovasi (innovation).
       Terjadinya inovasi sebagai faktor perubahan didukung oleh (a) adanya kesadaran pribadi pendukung kelompok, (b)  adanya kualitas pribadi dalam kelompok yang kreatif, (c) adanya suatu kebiasaan memberi penghargaan atau insentif dari kelompok ke pribadi yang mencapai prestasi atau mendapatkan inovasi untuk perubahan sosial dan kemajuan kelompok, (d) adanya suasana persaingan yang sehat diantara anggota-anggota kelompok untuk mencapai prestasi yang tinggi.  (Sumaatmadja, 2000: 82). Jika keempat gejala diatas hidup subur dalam kelompok, inovasi akan tumbuh subur pula, sehingga perubahan sosial yang merupakan tuntutan dinamika kehidupan manusia dan dorongan pertumbuhan demografi, dapat berjalan lancar dan pesat.
2.      Faktor perubahan yang berasal dari luar kelompok.
      Faktor dari luar kelompok yang besar pengaruhnya terhadap perubahan sosial yaitu akulturasi, asimilasi, dan difusi unsur-unsur kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengansuatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda, sehingga kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Berdasarkan pengertian diatas, akulturasi atau disebut juga kontak kebudayaan merupakan proses pengambilan dan pemberian unsur-unsur kebudayaan tertentu dari dua jenis kebudayaan, sebagai akibat adanya pertemuan kelompok-kelompok yang bersangkutan dalam jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan perubahan sosial.
       Contoh dari perubahan sosial sebagai hasil akulturasi dalam kehidupan ekonomi, misalnya proses produksi pertanian, kerajinan, pertenunan, bukanlah merupakan proses ekonomi Indonesia semata-mata, melainkan merupakan hasil akulturasi yang berasal dari kebudayaan Tiongkok, India. Perubahan proses produksi tadi, diikuti oleh perubahan aspek-aspek lainnya, yang akhirnya lebih meningkatkan kehidupan masyarakat.
       Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi atau pembaharuan unsur kebudayaan dapat terjadi, apabila : (a) kelompok-kelompok manusia yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda bercampur satu sama lain, (b) individu-individu dari berbagai kelompok tadi bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama, (c) akibat dari a dan b, kebudayaan atau setidak-tidaknya unsur-unsur kebudayaan tadi masing-masing berubah saling menyesuaikan diri menjadi satu.
       Proses asimilasi yang nyata dalam kehidupan dapat kita amati pada, gaya bentuk bangunan, corak pakaian, adat kebiasaan, bahasa dan lain-lain. Perpaduan gaya, corak dan bentuk unsur kebudayaan tadi, karena proses asimilasi yang baik, tidak canggung lagi dan dapat dihayati sebagai unsur kebudayaan sendiri. Baik disadari atau tidak disadari proses asimilasi ini akan tetap berlangsung di masyarakat.
5.      Modernisasi
      Menurut Koentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia dewasa ini, berarti bahwa untuk mencapai tingkat  modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang telah mengalami kemajuan. Dalam modernisasi harus ada usaha memasukkan unsur-unsur yang baik berasal dari dunia sekitar tadi. Kemudian unsur baru itu disesuaikan dengan kondisi kita, sehingga menimbulkan pembaruan yang serasi. Suatu kelompok manusia yang hanya mempertahankan apa yang ada pada dirinya, tidak melakukan usaha memasukkan unsur-unsur yang baik dari dunia sekitarnya, tidak akan dapat menyerasikan diri dengan dunia terbuka yang sedang menjalani kemajuan yang pesat. Sebaliknya, kelompok yang hanya menggantungkan diri kepada kemajuan dunia luar dengan tidak memperhatikan kondisi diri sendiri, tidak akan menemukan kepribadiannya, sehingga mudah terombang ambingkan oleh kegoncangan dunia luar. Kelompok yang terakhir ini tidak akan dapat mencapai tingkat modern. Tingkat modernisasi yang baik, yaitu yang dilakukan dengan usaha mengadakan sintesa antara kondisi diri sendiri dengan arus perubahan dan pembaruan yang sedang terjadi di dunia sekitar. Dengan demikian pembaruan itu serasi dengan kepribadian diri sendiri.
       Tingkat modern yang sedang dialami dunia dewasa ini, berkat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Barat. Modernisasi yang dilandasi oleh  kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak hanya bersifat fisik material belaka, melainkan lebih dari itu yaitu dilandasi oleh sikap mental yang mendalam. Manusia yang telah menjalani modernisasi, tercermin dalam mentalnya yang maju, berfikir rasional, berjiwa wiraswasta, berorientasi ke masa depan dan seterusnya.
       Modernisasi bukanlah merupakan proses yang sederhana, melainkan merupakan hal yang pelik, karena merupakan hubungan dan perpaduan berbagai aspek kehidupan. Modernisasi merupakan proses interelasi dan interaksi aspek-aspek kehidupan fisik material dengan kehidupan mental spiritual. Bahkan aspek mental spiritual inilah yang pengaruhnya sangat besar. Selanjutnya dalam proses modernisasi yang mengusahakan perpaduan antara individu yang berlaku sekarang di masyarakat dengan konstelasi kehidupan dunia yang sedang mengalami kemajuan, sudah pasti harus melalui penyesuaian dan penyerasian. Pada proses penyesuaian dan penyerasian ini akan terjadi proses perubahan pranata (institusionalisasi) yang meliputi proses peninjauan kembali pranata yang telah ada (reinstitusionalisasi) dan proses penggantian pranata yang tidak cocok lagi dengan keadaan oleh pranata baru (deinstitusionalisasi).


       Ciri-ciri masyarakat yang telah mengalami modernisasi, diantaranya :
a.       Cara berpikir yang irasional berubah ke arah berpikir rasional, kritis dan praktis.
b.      Perbuatan yang asalnya dianggap suci dan khidmat/ sacral berubah ke arah perbuatan yang lumrah dan biasa.
c.       Proses ekonomi yang asalnya bersifat tertutup dan terbatas, berubah ke arah proses produksi missal melalui perkebunan dan industrialisasi.
d.      Proses pendidikan yang diselenggarakan dalam kelompok (keluarga) berubah ke arah pendidikan missal melalui lembaga-lembaga pendidikan yang menampung murid atau siswa secara missal/ klasikal.
e.       Proses pertukaran kebutuhan in natural, berubah ke arah perdagangan melalui pasar (ekonomi pasar) yang menggunakan alat tukar yang praktis (mata uang, devisa).
f.       Hubungan antar manusia dari bersifat pribadi dan kekeluargaan berubah menjadi individualis dan egois.
g.      Akibat majunya teknologi komunikasi merubah pola dan gaya hidup masa kini.
       Dampak dari modernisasi ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Dampak positif dari modernisasi diantaranya, (1) perubahan tata nilai dan sikap, yaitu adanya modernisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional. (2) berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berfikir lebih maju. (3) tingkat kehidupan yang lebih baik, yaitu dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (4) meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja manusia sebagai akibat bertambahnya  pengetahuan sehingga jarak semakin dekat. (5) meningkatkan produktivitas manusia (6) meningkatnya volume ekspor (7) meluasnya lapangan pekerjaan (8) tersedianya berbagai macam barang konsumsi (9) munculnya profesionalisme dan spesialisasi ketenagakerjaan (10) lancarnya komunikasi dan proses transaksi ekonomi antar Negara maupun antar benua.
       Dampak negatif dari modernisasi diantaranya (1) pola hidup konsumtif, yaitu perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah, sehingga masyarakat mudah tertarik untuk membeli dan menikmati semua barang yang ada. (2) sikap individualistis, yaitu masyarakat telah dan merasa dimudahkan dengan teknologi sehingga mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. (3) gaya hidup kebarat-baratan, (4) kesenjangan sosial, (5) adanya perusakan alam dan pencemaran lingkungan. (6) adanya penurunan kualitas moral manusia (demoralisme) (7) keresahan sosial (8) menurunnya kemandirian dalam menyelesaikan masalah. (9) meningkatnya sikap egois dan materialistis, (10) kenakalan remaja dengan segala bentuknya.    
6.       Masalah Sosial dewasa ini
       Tiga masalah sosial yang kita hadapi sekarang ini meliputi, pertambahan penduduk yang cepat, kerawanan perdamaian dan ketimpangan ekologi.
a.       Pertambahan penduduk yang cepat telah mendorong kegiatan dan kecepatan manusia berusaha menggali sumberdaya alam dan sumberdaya manusia sendiri lebih intensif dari waktu-waktu sebelumnya. Ketidakseimbangan kuantitas dan kualitas pertumbuhan penduduk dengan kuantitas dan kualitas pemenuhan kebutuhan inilah yang menimbulkan masalah besar di dunia dewasa ini. Usaha mengatasinya, tidak lagi merupakan usaha local atau regional melainkan telah menjadi usaha internasional.
b.      Kerawanan perdamaian dapat kita hayati tiap waktu melalui berbagai pemberitaan berkenaan dengan pertikaian atau peperangan antara suatu bangsa dengan bangsa lain yang bertetangga, atau pertikaian antar kelompok bangsa (perang saudara). Pertikaian terbuka maupun terselubung tetap menjadi ancaman bagi perdamaian dunia. Adapun fakt5or penyebab dan akibatnya menyangkut dan melibatkan aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik dan psikologi. Masalah demikian untuk jalan penyelesaiannya memerlukan kesepakatan seluruh kelompok bangsa-bangsa. Jadi diselesaikan dalam forum internasional.
c.       Masalah ketiga yaitu ketimpangan ekologi atau masalah lingkungan. Perusakan lingkungan berupa erosi, pencemaran air, udara, tanah, ketidaksehatan sanitasi dan lain-lain sedang dialami oleh negara-negara berkembang maupun negara maju. Ditinjau secara mikro, masalah ini terjadi pula di daerah pedesaan dan perkotaan. Ketimpangan ekologi telah menjadi masalah serius yang perlu ditangani oleh tenaga dan kekuatan internasional melalui badan-badan internasional. Tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai “Hari Lingkungan Hidup” (World Environment Day).  
David L.Sill dalam bukunya yang berjudul “Some Future for the Social Science” mengemukakan lima (5) masalah besar yang disebut 5P yaitu :
1.      Prasangka (prejudice)
2.      Perdamaian (peace)
3.      Penduduk (population)
4.      Papa miskin (poverty)
5.      Pencemaran (pollution). (Sumaatmadja, 2000: 105).   
Lima masalah besar diatas, merupakan masalah yang meliputi sebagian besar dunia. Prasangka dan perdamaian yang sangat erat satu sama lain, merupakan masalah yang sukar terselesaikan, terutama masalah yang terjadi diantara  2 blok besar dunia, perang dingin, singgungan antara negara-negara Islam di Timur Tengah. Perang dingin ini telah berubah menjadi perang panas. Pergolakan yang mulai meruncing, prasangka politik, pasti akan mengganggu perdamaian dunia.
Dari kelima masalah besar yang dikemukakan Sill diatas, yang paling erat  hubungannya dengan masalah penduduk yaitu masalah papa miskin dan pencemaran. Masalah penduduk merupakan masalah yang paling kompleks. Pertumbuhan penduduk yang cepat, terutama di wilayah-wilayah yang tingkat ekonominya sukar berkembang telah memperluas kemiskinan. Masalah kemiskinan menjadi sangat terbuka. Penduduk yang miskin ini sukar untuk meningkatkan perbuatannya ke arah perbuatan yang lebih ekonomis dan rasional. Bahkan sebaliknya akan memperburuk keadaan, terutama yang menyangkut perlindungan dan pengawetan lingkungan. Ketimpangan ekonomi di wilayah yang miskin dengan pendapatan yang sangat rendah, sukar akan dapat diatasi oleh penduduk setempat. Pencemaran lingkungan di wilayah semacam ini lebih banyak disebabkan oleh pengotoran domistik daripada pengotoran yang berasal dari perindustrian. Sebaliknya di negara maju lebih banyak pengotoran dari sektor industri yang berupa limbah industri.
Kelima masalah besar diatas mendapat perhatian dari kelompok ahli Massachusets Institute Of Technology yang dikenal dengan sebutan MIT Team, yang merupakan keompok Donella H.Meadows dan kawan-kawan, telah menyusun tulisan tentang permasalahan kehidupan di dunia dewasa ini. Dalam bukunya yang berjudul “The Limits To Growth”. Berisi Lima (5) faktor dasar masalah Eksponensial, yaitu : 
1.      Penduduk (population)
2.      Produksi bahan pangan (food production)
3.      Industrialisasi (industrialization)
4.      Pencemaran (pollution)
5.      Konsumsi sumberdaya alam yag tidak dapat diperbaharui (consumption of nonrenewable natural resources). (Sumaatmadja, 2000: 107).
Kelima faktor dasar diatas, dewasa ini sedang tumbuh secara eksponensial (exponential growth). Adapun pengertian pertumbuhan eksponensial adalah pertumbuhan kuantitas atau pertumbuhan kualitas suatu benda atau suatu gejala dari satu tingkat ke tingkat berikutnya dengan kelipatan dua. Contoh : 1 - 2 - 4 - 8 - 16 – 32 - 64 dan seterusnya.
Menurut analisis kelompok MIT Team ini berkesimpulan bahwa dalam jangka waktu 100 tahun mendatang, dunia akan sampai kepada batas-batas pertumbuhannya, sebagai berikut :
1.      Kalau kecenderungan pertumbuhan penduduk dunia, industry, pencemaran, produksi bahan pangan dan konsumsi sumberdayaalam, tidak berubah seperti yang berlangsung sekarang, batas pertumbuhan di planet bumi ini akan tercapai dalam jangka 100 tahun mendatang. Akibatnya yang sangat mungkin terjadi yaitu keadaan buruk yang tiba-tiba dan tidak terkontrol akan dialami oleh penduduk dan kemampuan industri.
2.      Suatu kemungkinan, yaitu mengubah kecenderungan pertumbuhan, menentukan kondisi ekologi, stabilisasi ekonomi yang menunjang ke masa depan, sehingga keseimbangan global dapat dipolakan agar kebutuhan materi dasar tiap orang dapat mencukupi, dan tiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk merealisasikan potensi kemanusiaannya masing-masing.
3.      Kalau warga dunia memutuskan untuk berusaha keras melaksanakan pada poin 2, maka akan didapat keberhasilan besar.
Kembali kepada sistem masalah yang terjadi dewasa ini, secara terperinci sistem masalah sosial yang berhubungan dengan kependudukan, berinterelasi dengan masalah-masalah kemiskinan, kebodohan, pengangguran, kelaparan, tingkat gizi yang rendah, tingkat kesehatan yang buruk dan lain-lain. Tiap masalah yang tadi jika ditinjau sebagai suatu sistem, terdiri dari komponen-konponn berbagai aspek kehidupan. Sebagai contoh, masalah kemiskinan akan menyangkut masalah sosiologi (hubungan antar manusia), aspek geografi (ruang, kesuburan tanah, sumberdaya), aspek politik (pemerintahan, kenegaraan), aspek hukum (norma sosial, peraturan, perundang-undangan), aspek budaya (adat istiadat, tradisi, tingkat teknologi), aspek ekonomi (lapangan kerja, sumberdaya, modal), aspek psikologi (sikap mental, tingkah laku, kepribadian), aspek pendidikan (kebodohan, pengetahuan) dan seterusnya. Demikian seterusnya, jadi setiap masalah memiliki kaitan yang erat satu sama lain.      
D. Latihan/ Penilaian
  1. Jelaskan hakikat manusia sebagai individu dan mahluk sosial!
  2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, serta kaitannya dengan keseimbangan ekologi!
  3. Bagaimana sikap anda jika melihat tetangga atau teman yang membuang sampah sembarangan? Apa yang anda lakukan?
  4. Jelaskan modernisasi menurut pendapat Koentjaraningrat!
  5. Sebagai mahasiswa dan kaum muda yang memiliki kepribadian nasional, budaya yang multikultur. Sikap mental pembangunan seperti apa yang harus anda miliki dan dikembangkan?