Beberapa Model Pembelajaran IPS SD dalam KBK
1. Student
Teams Achievement Divisions (STAD)
Penyajian materi baru
dalam model STAD disampaikan dengan ceramah atau tertulis. Siswa dalam suatu
kelas tertentu dibagi menjadi kelompok-kelompok, masing-masing kelompok dengan
anggota 4-5 orang. Setiap kelompok diupayakan heterogen dari segi jenis
kelamin, suku/ etnik dan kemampuan akademiknya.
Setiap kelompok bekerja
dengan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain. Untuk
memahami materi pelajaran anggota kelompok saling membantu satu sama lain
melalui tuturial dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua
minggu siswa diberi kuis. Kuis tersebut kemudian di
skor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan itu tidak
berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor
tersebut melampaui rata-rata skor yang lalu. Penyekoran itu dilakukan setiap
minggu pada suatu lembar penilaian singkat. Pada saat itu diumumkan yang
memperoleh nilai skor tertinggi. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai
kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu juga.
Secara prosedural,
pembelajaran kooperatif STAD dapat diuraikan dalam beberapa tahap, sebagai
berikut :
Tahap I : Pendahuluan, menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
- Menjelaskan kepada siswa proses kooperatif yang akan digunakan, tujuan pembelajaran, dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal siswa.
- Menetapkan tingkah laku dan interaksi antar siswa yang diharapkan.
Tahap II : Penyajian informasi (Garis besar materi pelajaran).
- Menyajikan informasi/ konsep kunci secara verbal atau dalam bentuk hand out atau menggunakan bentuk bahan ajar yang lainnya. Bila digunakan informasi yang banyak dari buku teks, maka bisa digunakan LKS untuk membantu memilih dan mencatat informasi yang terdapat dalam buku teks tersebut.
Tahap III : Mengatur siswa ke dalam kelompok belajar.
- Mengatur kelompok-kelompok yang terdiri atas 3-4 orang siswa dan menyeimbangkan perbedaan-perbedaan diantara siswa. Dalam hal ini, harus disusun variasinya, yang berkaitan dengan tingkat intelektualnya, jenis kelamin dan etnis. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang memiliki intelektual tinggi, sedang dan rendah.
- Mengatur peran serta anggota kelompok dalam kelompoknya.
Tahap IV : Membantu siswa bekerja dan belajar dalam kelompok.
- Mengamati peran dan partisipasi masing-masing individu dalam kerja kelompok.
- Membantu siswa yang mengalami kesulitan bekerja secara kelompok.
Tahap V : Memberikan tes/ kuis tentang materi pelajaran.
- Tes/ kuis diberikan secara individu dan tidak diperkenankan untuk saling bekerjasama. Penilaian dilakukan oleh fasilitator dan skor peningkatan kelompok didasarkan atas skor individu.
Tahap VI : Memberikan penghargaan pada kelompok.
- Penghargaan untuk kelompok dapat berupa tanda mata, status (misalnya, kelompok terbaik), sanjungan dan sebagainya. Keseluruhan proses pembelajaran dengan teknik STAD terdiri atas 3 sampai 5 kali pertemuan.
- J i g s a w
Menurut Nur Asma (2006),
model Jigsaw ini dapat digunakan bilamana materi yang harus dikaji berbentuk
narasi tertulis. Model ini paling cocok digunakan dalam pelajaran-pelajaran
semacam kajian-kajian sosial, sastra, beberapa bagian ilmu pengetahuan (sains),
dan berbagai bidang terkait yang tujuan pembelajarannya adalah pemerolehan
konsep bukan keterampilan. “Bahan mentah” pengajaran untuk Jigsaw biasanya
berupa materi yang berisi cerita, biografi atau narasi yang serupa atau materi
deskriptif.
Secara sederhana,
langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw dibagi dalam tahap-tahap berikut
:
Tahap I : Membagi siswa
menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah anggota masing-masing 5 atau 6 orang.
Misalnya, dalam satu kelas dapat dibagi dalam kelompok A,B,C,D,E,F dan
seterusnya. Keanggotaan kelompok diatur agar beragam dari segi etnis, agama,
budaya, ekonomi, akademik dan seterusnya.
Tahap II : Memberi nomer
urut anggota kelompok sebanyak anggota. Misalnya si A nomer urut 1, si B nomer urut 2, dan seterusnya. Siswa yang
telah memiliki nomer urut tersebut diposisikan ahli (expert) yang harus
mempelajari bagian tertentu suatu pokok bahasan. Bahan pelajaran sebagai satuan
informasi yang besar harus dapat dipecah/ dibagi menjadi satuan-satuan kecil
sesuai dengan jumlah anggota ahli untuk dipelajari oleh kelompok ahli tersebut.
Misalnya/ contoh jika materi yang diajarkan itu adalah keragaman budaya,
kelompok siswa mempelajari bahasa, sekelompok siswa yang lain belajar tradisi,
sekelompok siswa yang lain lagi belajar belajar karya-karya, dan sekelompok
siswa yang lain lagi belajar kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Anggota kelompok
yang mendapat tugas topik berkumpul dan berdiskusi tentang topik yang telah
dibagikan tersebut. Kelompok itu disebut kelompok ahli. Dengan demikian,
terdapat kelompok ahli bahasa, tradisi, norma, kebiasaan, dan sekelompok karya.
Tahap
III : Siswa mengelompok sesuai dengan nomer urutan yang yang telah ditentukan
siswa dengan nomer urut 1 berkumpul dengan nomer urut 1 yang lain. Demikian
juga dengan nomer urut 2,3,4 dan seterusnya. Kelompok ini disebut kelompok ahli
yang akan mempelajari secara bersama topik-topik kecil yang diberikan guru.
Tahap IV : Siswa kembali
lagi ke kelompok asal masing-masing. Siswa asal kelompok A, kembali ke kelompok
A, demikian juga yang lain. Sebagai “ahli” dalam sub topiknya, mereka bertugas
untuk menjelaskan informasi penting dalam sub topik tersebut kepada temannya
secara bergantian sesuai dengan urutan materi. Dengan demikian seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru.
Tahap V : Setelah
kegiatan penjelasan dan diskusi pada kelompok asal selesai, siswa diberi kuis
secara individu tentang materi yang akan dipelajari.
Tahap VI : Memberi
penghargaan kepada tim atau individu yang mendapat skor tertinggi. Penghargaan
itu dapat diberikan dalam bentuk lembar mingguan atau yang lain.
- Investigasi Kelompok (Group Investigation=GI)
Investigasi kelompok,
merupakan model pembelajaran kooeratif yang paling kompleks dan paling sulit
diterapkan. Dalam penerapan GI itu, guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa
kasus, bagaimanapun juga, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya,
siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresestasikan laporannya
kepada seluruh kelas.
Tahap-tahap dalam
pembelajaran GI sebagai berikut :
Tahap I : Pemilihan topik
Siswa memilih subtopik khusus tentang masalah umum yang biasanya
ditetapkan oleh guru. Selanjutnya, siswa diorganisasikan menjadi dua sampai
enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas.
Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.
Tahap II : Perencanaan
kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur embelajaran, tugas dan tujuan
khusus yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih pada tahap pertama.
Tahap III : Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan pada tahap
kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan
keterampilan yang luas. Hendaknya juga mengarahkan siswa kepada jenis-jenis
sumber belajar yang berbeda, baik di dalam atau diluar sekolah. Guru secara
ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberi bantuan bila diperlukan.
Tahap IV : Analisis dan
Sintesis
Siswa menganalisis dan
mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana
informasi tersbut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai
bahan untuk dipresentasikam kepada seluruh kelas.
Tahap V : Presentasi
Hasil Final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan
cara yang menarik didepan kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling
terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas
pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.
Tahap
VI : E v a l u a s i
Dalam hal kelompok menangani aspek yang berbeda
dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi setiap kontribusi kelompok
terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat
berupa penilaian individual atau kelompok.
- Pembelajaran Struktural
Model
pembelajaran struktural dalam pembelajaran kooperatiftelah ikembangkan oleh
Spencer Kagen dkk. Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang
dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional, seperti resitasi. Pada tataran ini guru mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas, dan siwa memberikan jawaban setelah mengangkat
tangan dan ditunjuk. Struktur itu menghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual.
Ada
struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada
struktur yang drancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan
kelompok.
Struktur pertama adalah think-pair-share
(berpikir-berpasangan-berbagi), memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak kepada siswa berpikir, menjawab dan
saling membantu. Struktur kedua adalah numbered-heads-together
untuk melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam sustu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Contoh : Rencana Pembelajaran Kooperatif
Mata Pelajaran
: I P S
Satuan Pendidikan : SDI Al-Hikmah Gadang Malang
K e l a s : V (lima)
W a k t u
: 2 x 35 menit
Kompetensi Dasar :
Kemampuan menghargai Keragaman Suku Bangsa dan
Budaya
Indonesia
Indikator :
- Menjelaskan hakekat wawasan nusantara yang mempersatukan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
- Menceritakan pentingnya wawasan nusantara dalam mempersatukan wilayah kesatuan Republik Indonesia.
- Menutunjukkan pada peta beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia.
M e d i a :Gambar-gambar keragaman suku, agama, dan karya-karyanya,
atlas dan
Peta Indinesia.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) :
- Membuka Pelajaran
Guru berserita tentang
keragaman suku bangsa di Indonesia. Pasang surut kehidupan dengan keragaman
budaya dan masalah yang timbul dalam kehidupan itu.
- Inti Pelajaran
- Guru membagi siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Diusahakan anggota kelompok mencerminkan keragaman budaya, suku, agama, kemampuan akdemik dan sejenisnya. Setelah dibagi dalam kelompok-kelompok itu, siswa diberi identitas yang berupa nomer urut. Misalnya kelompok yang beranggota lima orang, diberi nomer urut 1,2,3,4, hingga 5.
- Guru membentuk kelompok berdasarkan nomer urut yang dimilikinya. Nomer urut 1 bergabung dengan nomer urut 1 dari kelompok yang berbeda, demikian juga nomer urut 2, nomer urut 3 dan seterusnya. Kelompok yang baru dibentuk ini dinamakan kelompok ahli. Jumlah anggota kelompok ahli tergantung pada jumlah nomer urut siswa.
- Guru membagi topik-topik bahasan sejumlah kelompok ahli untuk dibahasnya. Misalnya kelompok 1 membahas budaya Aceh, kelompok 2 membahas budaya Minang, kelompok 3 membahas budaya Jawa, dan seterusnya hingga keragaman suku di Indonesia dapat dibahas oleh kelompok-kelompok ahli tersebut. Dalam diskusi diupayakan untuk selalu menggunakan peta, agar lokasi masing-masing budaya dapat diketahui dengan tepat. Supaya pembahasan tersebut berjalan baik, sebaiknya seminggu sebelumnya, guru memberi tugas untuk membaca materi keragaman budaya Indonesia.
- Setelah diskusi kelompok ahli selesai, siswa diminta untuk kembali pada kelompok yang pertama yang beranggotakan 5 orang. Tugas siswa menjelaskan kepada temannya topik yang dibahas dalam kelompok ahli secara bergiliran sesuai dengan urutan nomernya. Waktu yang diberikan misalnya 3 menit untuk setiap siswa.
- Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. Untuk itu masing-masing siswa diminta membuat kesimpulan secara tertulis. Misalnya membuat kesimpulan tertulis sebanyak dua paragraf, masing-masing paragraf terdiri dari tiga kalimat.
- Menutup Pelajaran
Guru memberi penghargaan kepada siswa atas kegiatan yang
telah dilakukan, dan memberi motivasi untuk bersikap konsisten dengan hasil
diskusi yang telah dilakukan.
- Pembelajaran Berbasis Projek
Model pembelajaran ini
dalam hal tertentu mungkin ada yang sama dengan pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran berbasis inkuiri dan pembelajaran kooperatif. Letak perbedaannya,
pada pembelajaran berbasis projek ini terdapat tindakan yang dilakukan untuk
memecahkan suatu permasalahan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Tindakan yang dilakukan sebagai pemecahan masalah dalam kurun waktu tertentu
itulah yang dinamakan proyek. Pembelajaran berbasis projek dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu :
- mengidentifikasi permasalahan.
- menginventarisasi alternatif jawaban sebagai pemecahan
- memilih alternatif pemecahan
- menyusun rencana tindakan
- melaksanakan tindakan
- mengamati hasil tindakan
- menarik kesimpulan
- menyusun laporan
- mengkomunikasikan hasil
Dalam program
pembelajaran ini, tahapannya dapat disederhanakan dan diintegrasikan dalam
langkah pembelajaran yang lazim digunakan, seperti berikut ini :
Mata Pelajaran : I P S
Satuan Pendidikan : S D N Bago-Besuk- Probolinggo
Kelas :
IV
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan hubungan sumberdaya alam dengan
Kegiatan ekonomi masyarakat setempat.
Indikator :
Menjelaskan perlunya menjaga kelestarian SDA setempat.
Media :
Menggunakan gambar atau foto kelestarian sumberdaya alam
Langkah-langkah pembelajaran :
- Membuka Pelajaran
- menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran
- menggali kemampuan siswa (ekplorasi) yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, yaitu pelestarian sumberdaya alam. Guru melakukan eksplorasi tentang permasalahan itu, bercerita SDA di lingkungan sekitar siswa dan kerusakan yang terjadi. Misalnya menceritakan kerusakan SDA yang ditandai dengan semakin merosotnya keragaman hayati dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Dalam cerita singkat itu diengkapi dengan contoh-contoh nyata.
- Inti Pelajaran
- Guru menyajikan secara garis besar SDA setempat
- Guru mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajr yang terdiri atas 4-5 siswa yang memiliki kemampuan beragam
- Siswa mengidebtifikasi masalah kelestarian SDA di lingkungannya. Untuk itu siswa dapat melakukan observasi terhadap lingkungan sekitar sekolah. Jika hal itu tidak mungkin dapat dibantu dengan pengamatan pada foto atau gambar.
- Siswa menginventarisasi alternatif jawaban sebagai pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut diusahakan sebanyak mungkin.
- Siswa memilih satu alternatif pemecahan masalah yang dianggap paling cocok untuk pemecahan masalah.
- Siswa menyusun rencana tindakan atau semacam proposal sederhana. Dalam proposal sederhana setidaknya dapat dikemukakan nama kegiatan, waktu, pelaksanaannya, cara melaksanakan, cara memelihara, jadwal pemeliharaan, biaya yang diperlukan.
- Siswa menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Misalnya penanaman pohon dilaksanakan pada hari Sabtu jam 16.00
- Siswa membagi tugas untuk memelihara tanaman. Perubahan demi perubahan dicatat sebagai data laporan.
- Siswa menyusun laporan secara keseluruhan dari proyek dilakukan hingga perkembangan yang terakhir. Misalnya menjelang akhir semester.
- Siswa menyampaikan laporan hasil proyek yang telah dikerjakan dalam diskusi kelas.
- Menutup Pelajaran
- Guru memberi penghargaan (apresiasi) pada siswa atas proses dan hasil yang dicapainya.
- Guru meminta pada masing-masing siswa untuk membuat kesimpulan secara tertulis minimal 3 paragraf.
6. Pelaksanaan Pengajaran IPS SD
Dalam
pelaksanaan pengajaran IPS terdapat banyak hal yang dapat menunjang anak
belajar aktif adalah menciptakan suasana yang menggairahkan belajar yaitu
dengan menyajikan bahan pelajaran yang menantang, mengesankan dan merangsang
daya kreativitas sehingga anak tenggelam dalam keasyikan belajar, tidak ribut,
tidak mengganggu dan menghindarkan kenakalan anak. Oleh karena itu, guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip penerapan-penerapan belajar aktif sebagai
berikut :
- Prinsip Motivasi
Dorongan belajar dapat timbul dari dalam diri anak (intrinsik) dan dari
luar diri anak. Guru perlu menumbuhkan kedua dorongan ini, agar anak belajar
lebih baik. Sebenarnya anak sudah mempunyai dorongan dari dalam dirinya yaitu
rasa ingin tahu, ingin membaca dan sikap ingin maju. Sedangkan dorongan dari
luar dirinya dapat timbul dengan memberikan ganjaran, penghargaan dan hukuman. Bentuk
pengajaran dan penghargaan tidak diartikan dengan selalu memberikan benda, akan
tetapi dengan kata-kata dan memberi kesempatan untuk berbuat merupakan ganjaran
dan penghargaan yang mempunyai arti penting dalam proses belajar anak. Hukuman tidak diartikan hukuman fisik, malahan perbuatan ini
dilarang dalam proses pendidikan. Hukuman harus mempunyai arti mendidik agar ia
sadar akan kesalahan dan kelalaiannya dalam belajar. Hukuman antara lain dapat
berupa teguran, memberikan pekerjaan dan ikrar. Dengan demikian guru seyogyanya
berusaha membangkitkan motif-motif tersebut dalam proses belajar mengajar.
Dalam kesempatan ini guru harus berperan sebagai motivator dalam proses belajar
mengajar. Motivasi belajar sangat penting bagi anak untuk membangkitkan
prakarsa, aktivitas dan kreativitas. Hal ini tercermin dari makna semboyab
pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro yang berbunyi Ing ngarso sung tulodo,
ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Artinya, di sepan memberi teladan, di tengah
memberi motivasi dan dibelakang mengawasi serta mengarahkan.
- Prinsip Latar belakang
Dalam
proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang telah dimiliki anak, agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan
anak. Guru hendaknya menyelidiki dulu pengulangan yang membosankan anak. Guru
hendaknya menyelidiki dulu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah
dimiliki anak.
- Prinsip Pemusatan Perhatian.
Guru seyogyanya dapat
memilih dan menentukan bahan pengajaran sebagai pusat perhatian atau minat.
Bagian-bagian yang terpisah dikaitkan menjadi satu topik. Usaha untuk
memusatkan perhatian anak dapat dengan jalan mengajukan masalah yang hendak
dipecahkan, pertanyaan yang perlu dijawab dan diselidiki. Pemusatan perhatian
ini akan membatasi lingkup keluasan dan kedalaman materi untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai.
- Prinsip Keterpaduan
Dalam proses belajar
mengajar, guru hendaknya mengkaitkan sesuatu pokok bahasan dengan pokok bahasan
lain, atau suatu sub pokok bahasan dengan sub pokok bahasan lain dalam bidang
studi itu. Lebih jauh lagi satu bidang studi dengan beberapa bidang studi
lainnya. Dengan demikian, anak akan mendapat gambaran keterpaduan dalam
memproses perolehan hasil belajar.
- Prinsip Pemecahan Masalah
Anak perlu dilatih memecahkan
masalah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu diciptakan
situasi belajar yang dihadapkan kepada masalah. Kepekaan terhadap masalah
mendorong anak untuk mencari, memilih dan menentukan pemecahan masalah sesuai
dengan kemampuannya.
- Prinsip Menemukan
Pada dasarnya anak
memiliki potensi untuk mencari, menemukan dan mengembangkan hasil perolehannya
dalam bentuk fakta dan informasi. Proses belajar mengajar yang mengembangkan
potensi anak tidak akan menyebabkn kebosanan.
- Prinsip Belajar sambil Bekerja
Pada hakekatnya bekerja
adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan
memperoleh pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja
tidak mudah lupa. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang memberi
kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan
diri, gembira, dan puas karena kemampuannya tersalurkan dan melihat hasil
kerja.
- Belajar sambil Bermain
Bermain merupakan
kebutuhan bagi setiap anak sehat. Dengan bermain pengetahuan, keterampilan
sikap, dan daya fantasi anak berkembang. Bermain merupakan keaktifan anak yang
menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan. Suasana gembira, senang dalam
proses belajar mengajar dapat diciptakan
oleh kegiatan bermain kreatif.
- Prinsip perbedaan Individu
Manusia pada hakekatnya
mempunyai perbedaan masing-maing. Tentu anakpun memiliki perbedaan individu
atau perseorangan misalnya, tingkat kecerdasan, minat, sifat dan kebiasaan,
kesehatan dan latar belakang keluarga. Perbedaan-perbedaan ini dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, sebaiknya guru
menyajikan materi yang tepat, dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan itu.
Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-olah semua sama.
- Prinsip Hubungan Sosial
Pada masa anak,
sosialisasi sedang tumbuh oleh karena itu anak selalu ingin melakukan hubungan
dengan orang lain. Perkembangan kepribadian anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungan sosial. Kegiatan belajar anak secara kelompok melatih anak
menciptakan suasana kerja sama. Kesadaran akan timbul terhadap kelebihan dan
kekurangan masing-masing, kemudian saling tolong menolong.
Dalam kurikulum sekolah
dasar telah dibuat ketentuan bahwa usaha meningkatkan kemampuan guru melalui
sistem pembinaan profesional. Profesional guru mencakup didalamnya sejumlah
kemampuan (pengetahuan,keterampilan) dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang
guru, khususnya guru IPS.
Terdapat beberapa tujuan sistem pembinaan profesional, yaitu :
- Meningkatkan sistem supervisi
- Meningkatkan sistem penataran
- Meningkatkan kemampuan profesional para pembina dan pelaksana
- Meningkatkan peran guru, kepala sekolah dan penilik.
D. Rangkuman
Perencanaan
pengajaran IPS SD ini menggunakan dua dasar yaitu dasar filosofis dan dasar
psikologis. Juga menggunakan pendekatan konstruktivistik yaitu guru dan siswa
mempunyai peran yang saling mendukung. Menurut pandangan ini belajar merupakan
suatu proses pembentukan pengetahuan. Ia harus aktif, melakukan kegiatan, aktif
berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Sedangkan guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Sarana belajar
menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa
dalam mengkonstruki pengetahuannya sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya.
Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan
masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
Model-model pembelajaran
IPS SD,
kami mengemukakan 4 macam yaitu,
1. Pembelajaran berbasis inquiry
2. Problem Basic Learning/ PBL
3. Pembelajaran Kooperatif (STAD, Jigsaw, GI, Struktural)
4. Pembelajaran berbasis Projek
E. L a t i h a n
1. Jelaskan perbandingan pembelajaran tradisional (behavioristik)
dengan
pembelajaran
konstruktivistik!
2. Teori belajar konstruktivistik yang diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran
akan memberikan sumbangan
besar dalam membentuk manusia yang kreatif,
produktif dan mandiri. Cobalah deskripsikan
sumbangan yang dimaksud.
Bagaimana karakteristik
komponen-komponen pembelajarannya, tujuan
pembelajaran,strategi,evaluasinya.
3. Buatlah RPP untuk mata pelajaran IPS Kelas III, dengan topik
“Denah
Lingkungan Rumah dan Sekolah” atau topik “Pengelolaan Uang” atau
“Pekerjaan”.
Lingkungan Rumah dan Sekolah” atau topik “Pengelolaan Uang” atau
“Pekerjaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar