Senin, 12 Desember 2016

Materi IPS SD (Pertemuan 10-12)



Beberapa Model Pembelajaran IPS SD dalam KBK

1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
     Penyajian materi baru dalam model STAD disampaikan dengan ceramah atau tertulis. Siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok-kelompok, masing-masing kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok diupayakan heterogen dari segi jenis kelamin, suku/ etnik dan kemampuan akademiknya.
     Setiap kelompok bekerja dengan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain. Untuk memahami materi pelajaran anggota kelompok saling membantu satu sama lain melalui tuturial dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis tersebut kemudian di skor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan itu tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor tersebut melampaui rata-rata skor yang lalu. Penyekoran itu dilakukan setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat. Pada saat itu diumumkan yang memperoleh nilai skor tertinggi. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu juga.
     Secara prosedural, pembelajaran kooperatif STAD dapat diuraikan dalam beberapa tahap, sebagai berikut :
Tahap I : Pendahuluan, menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
  • Menjelaskan kepada siswa proses kooperatif yang akan digunakan, tujuan pembelajaran, dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal siswa.
  • Menetapkan tingkah laku dan interaksi antar siswa yang diharapkan.
Tahap II : Penyajian informasi (Garis besar materi pelajaran).
  • Menyajikan informasi/ konsep kunci secara verbal atau dalam bentuk hand out atau menggunakan bentuk bahan ajar yang lainnya. Bila digunakan informasi yang banyak dari buku teks, maka bisa digunakan LKS untuk membantu memilih dan mencatat informasi yang terdapat dalam buku teks tersebut.
Tahap III : Mengatur siswa ke dalam kelompok belajar.
  • Mengatur kelompok-kelompok yang terdiri atas 3-4 orang siswa dan menyeimbangkan perbedaan-perbedaan diantara siswa. Dalam hal ini, harus disusun variasinya, yang berkaitan dengan tingkat intelektualnya, jenis kelamin dan etnis. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang memiliki intelektual tinggi, sedang dan rendah.
  • Mengatur peran serta anggota kelompok dalam kelompoknya.
Tahap IV : Membantu siswa bekerja dan belajar dalam kelompok.
  • Mengamati peran dan partisipasi masing-masing individu dalam kerja kelompok.
  • Membantu siswa yang mengalami kesulitan bekerja secara kelompok.
Tahap V : Memberikan tes/ kuis tentang materi pelajaran.
  • Tes/ kuis diberikan secara individu dan tidak diperkenankan untuk saling bekerjasama. Penilaian dilakukan oleh fasilitator dan skor peningkatan kelompok didasarkan atas skor individu.
Tahap VI : Memberikan penghargaan pada kelompok.
  • Penghargaan untuk kelompok dapat berupa tanda mata, status (misalnya, kelompok terbaik), sanjungan dan sebagainya. Keseluruhan proses pembelajaran dengan teknik STAD terdiri atas 3 sampai 5 kali pertemuan.

  1. J i g s a w
     Menurut Nur Asma (2006), model Jigsaw ini dapat digunakan bilamana materi yang harus dikaji berbentuk narasi tertulis. Model ini paling cocok digunakan dalam pelajaran-pelajaran semacam kajian-kajian sosial, sastra, beberapa bagian ilmu pengetahuan (sains), dan berbagai bidang terkait yang tujuan pembelajarannya adalah pemerolehan konsep bukan keterampilan. “Bahan mentah” pengajaran untuk Jigsaw biasanya berupa materi yang berisi cerita, biografi atau narasi yang serupa atau materi deskriptif.
     Secara sederhana, langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw dibagi dalam tahap-tahap berikut :
     Tahap I : Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah anggota masing-masing 5 atau 6 orang. Misalnya, dalam satu kelas dapat dibagi dalam kelompok A,B,C,D,E,F dan seterusnya. Keanggotaan kelompok diatur agar beragam dari segi etnis, agama, budaya, ekonomi, akademik dan seterusnya.
     Tahap II : Memberi nomer urut anggota kelompok sebanyak anggota. Misalnya si A nomer urut 1, si B nomer urut 2, dan seterusnya. Siswa yang telah memiliki nomer urut tersebut diposisikan ahli (expert) yang harus mempelajari bagian tertentu suatu pokok bahasan. Bahan pelajaran sebagai satuan informasi yang besar harus dapat dipecah/ dibagi menjadi satuan-satuan kecil sesuai dengan jumlah anggota ahli untuk dipelajari oleh kelompok ahli tersebut. Misalnya/ contoh jika materi yang diajarkan itu adalah keragaman budaya, kelompok siswa mempelajari bahasa, sekelompok siswa yang lain belajar tradisi, sekelompok siswa yang lain lagi belajar belajar karya-karya, dan sekelompok siswa yang lain lagi belajar kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Anggota kelompok yang mendapat tugas topik berkumpul dan berdiskusi tentang topik yang telah dibagikan tersebut. Kelompok itu disebut kelompok ahli. Dengan demikian, terdapat kelompok ahli bahasa, tradisi, norma, kebiasaan, dan sekelompok karya.
     Tahap III : Siswa mengelompok sesuai dengan nomer urutan yang yang telah ditentukan siswa dengan nomer urut 1 berkumpul dengan nomer urut 1 yang lain. Demikian juga dengan nomer urut 2,3,4 dan seterusnya. Kelompok ini disebut kelompok ahli yang akan mempelajari secara bersama topik-topik kecil yang diberikan guru.
     Tahap IV : Siswa kembali lagi ke kelompok asal masing-masing. Siswa asal kelompok A, kembali ke kelompok A, demikian juga yang lain. Sebagai “ahli” dalam sub topiknya, mereka bertugas untuk menjelaskan informasi penting dalam sub topik tersebut kepada temannya secara bergantian sesuai dengan urutan materi. Dengan demikian seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.
     Tahap V : Setelah kegiatan penjelasan dan diskusi pada kelompok asal selesai, siswa diberi kuis secara individu tentang materi yang akan dipelajari.
     Tahap VI : Memberi penghargaan kepada tim atau individu yang mendapat skor tertinggi. Penghargaan itu dapat diberikan dalam bentuk lembar mingguan atau yang lain.

  1. Investigasi Kelompok (Group Investigation=GI)
      Investigasi kelompok, merupakan model pembelajaran kooeratif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Dalam penerapan GI itu, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun juga, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresestasikan laporannya kepada seluruh kelas.
     Tahap-tahap dalam pembelajaran GI  sebagai berikut :
     Tahap I : Pemilihan topik
Siswa memilih subtopik khusus tentang masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya, siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.
     Tahap II : Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur embelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih pada tahap pertama.
     Tahap III : Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan pada tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas. Hendaknya juga mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda, baik di dalam atau diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberi bantuan bila diperlukan.
     Tahap IV : Analisis dan Sintesis
     Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersbut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikam kepada seluruh kelas.
     Tahap V : Presentasi Hasil Final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik didepan kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.
     Tahap VI : E v a l u a s i
Dalam hal kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi setiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

  1. Pembelajaran Struktural
     Model pembelajaran struktural dalam pembelajaran kooperatiftelah ikembangkan oleh Spencer Kagen dkk. Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi. Pada tataran ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, dan siwa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur itu menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.
     Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang drancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok.  
     Struktur pertama adalah think-pair-share (berpikir-berpasangan-berbagi), memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak kepada siswa berpikir, menjawab dan saling membantu. Struktur kedua adalah numbered-heads-together untuk melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam sustu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Contoh : Rencana Pembelajaran Kooperatif
Mata Pelajaran       : I P S
Satuan Pendidikan : SDI Al-Hikmah Gadang Malang
K e l a s                  : V (lima)
W a k t u                :  2 x 35 menit
Kompetensi Dasar :  Kemampuan menghargai Keragaman Suku Bangsa  dan
                                 Budaya Indonesia
Indikator   :
  • Menjelaskan hakekat wawasan nusantara yang mempersatukan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
  • Menceritakan pentingnya wawasan nusantara dalam mempersatukan wilayah kesatuan Republik Indonesia.
  • Menutunjukkan pada peta beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia.
M e d i a :Gambar-gambar keragaman suku, agama, dan karya-karyanya, atlas dan
                 Peta Indinesia.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) :
  1. Membuka Pelajaran
Guru berserita tentang keragaman suku bangsa di Indonesia. Pasang surut kehidupan dengan keragaman budaya dan masalah yang timbul dalam kehidupan itu.
  1. Inti Pelajaran
  • Guru membagi siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Diusahakan anggota kelompok mencerminkan keragaman budaya, suku, agama, kemampuan akdemik dan sejenisnya. Setelah dibagi dalam kelompok-kelompok itu, siswa diberi identitas yang berupa nomer urut. Misalnya kelompok yang beranggota lima orang, diberi nomer urut 1,2,3,4, hingga 5.
  •  Guru membentuk kelompok berdasarkan nomer urut yang dimilikinya. Nomer urut 1 bergabung dengan nomer urut 1 dari kelompok yang berbeda, demikian juga nomer urut 2, nomer urut 3 dan seterusnya. Kelompok yang baru dibentuk ini dinamakan kelompok ahli. Jumlah anggota kelompok ahli tergantung pada jumlah nomer urut siswa.
  • Guru membagi topik-topik  bahasan sejumlah kelompok ahli untuk dibahasnya. Misalnya kelompok 1 membahas budaya Aceh, kelompok 2 membahas budaya Minang, kelompok 3 membahas budaya Jawa, dan seterusnya hingga keragaman suku di Indonesia dapat dibahas oleh kelompok-kelompok ahli tersebut. Dalam diskusi diupayakan untuk selalu menggunakan peta, agar lokasi masing-masing budaya dapat diketahui dengan tepat. Supaya pembahasan tersebut berjalan baik, sebaiknya seminggu sebelumnya, guru memberi tugas untuk membaca materi keragaman budaya Indonesia.
  • Setelah diskusi kelompok ahli selesai, siswa diminta untuk kembali pada kelompok yang pertama yang beranggotakan 5 orang. Tugas siswa menjelaskan kepada temannya topik yang dibahas dalam kelompok ahli secara bergiliran sesuai dengan urutan nomernya. Waktu yang diberikan misalnya 3 menit untuk setiap siswa.
  • Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. Untuk itu masing-masing siswa diminta membuat kesimpulan secara tertulis. Misalnya membuat kesimpulan tertulis sebanyak dua paragraf, masing-masing paragraf terdiri dari tiga kalimat.
  1. Menutup Pelajaran
Guru memberi penghargaan kepada siswa atas kegiatan yang telah dilakukan, dan memberi motivasi untuk bersikap konsisten dengan hasil diskusi yang telah dilakukan.

  1.  Pembelajaran Berbasis Projek
     Model pembelajaran ini dalam hal tertentu mungkin ada yang sama dengan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis inkuiri dan pembelajaran kooperatif. Letak perbedaannya, pada pembelajaran berbasis projek ini terdapat tindakan yang dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Tindakan yang dilakukan sebagai pemecahan masalah dalam kurun waktu tertentu itulah yang dinamakan proyek. Pembelajaran berbasis projek dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
  1. mengidentifikasi permasalahan.
  2. menginventarisasi alternatif jawaban sebagai pemecahan
  3. memilih alternatif pemecahan
  4. menyusun rencana tindakan
  5. melaksanakan tindakan
  6. mengamati hasil tindakan
  7. menarik kesimpulan
  8. menyusun laporan
  9. mengkomunikasikan hasil
     Dalam program pembelajaran ini, tahapannya dapat disederhanakan dan diintegrasikan dalam langkah pembelajaran yang lazim digunakan, seperti berikut ini :
Mata Pelajaran       : I P S
Satuan Pendidikan :  S D N Bago-Besuk- Probolinggo
Kelas                      : IV
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan hubungan sumberdaya alam dengan
                                 Kegiatan ekonomi masyarakat setempat.
Indikator                : Menjelaskan perlunya menjaga kelestarian SDA setempat.
Media                     : Menggunakan gambar atau foto kelestarian sumberdaya alam
Langkah-langkah pembelajaran :
  1. Membuka Pelajaran
  • menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran
  • menggali kemampuan siswa (ekplorasi) yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, yaitu pelestarian sumberdaya alam. Guru melakukan eksplorasi tentang permasalahan itu, bercerita SDA di lingkungan sekitar siswa dan kerusakan yang terjadi. Misalnya menceritakan kerusakan SDA yang ditandai dengan semakin merosotnya keragaman hayati dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Dalam cerita singkat itu diengkapi dengan contoh-contoh nyata.
  1. Inti Pelajaran
  • Guru menyajikan secara garis besar SDA setempat
  • Guru mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajr yang terdiri atas 4-5 siswa yang memiliki kemampuan beragam
  • Siswa mengidebtifikasi masalah kelestarian SDA di lingkungannya. Untuk itu siswa dapat melakukan observasi terhadap lingkungan sekitar sekolah. Jika hal itu tidak mungkin dapat dibantu dengan pengamatan pada foto atau gambar.
  • Siswa menginventarisasi alternatif jawaban sebagai pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut diusahakan sebanyak mungkin.
  • Siswa memilih satu alternatif pemecahan masalah yang dianggap paling cocok untuk pemecahan masalah.
  • Siswa menyusun rencana tindakan atau semacam proposal sederhana. Dalam proposal sederhana setidaknya dapat dikemukakan nama kegiatan, waktu, pelaksanaannya, cara melaksanakan, cara memelihara, jadwal pemeliharaan, biaya yang diperlukan.
  • Siswa menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Misalnya penanaman pohon dilaksanakan pada hari Sabtu jam 16.00
  • Siswa membagi tugas untuk memelihara tanaman. Perubahan demi perubahan dicatat sebagai data laporan.
  • Siswa menyusun laporan secara keseluruhan dari proyek dilakukan hingga perkembangan yang terakhir. Misalnya menjelang akhir semester.
  • Siswa menyampaikan laporan hasil proyek yang telah dikerjakan dalam diskusi kelas.
  1. Menutup Pelajaran
  • Guru memberi penghargaan (apresiasi) pada siswa atas proses dan hasil yang dicapainya.
  • Guru meminta pada masing-masing siswa untuk membuat kesimpulan secara tertulis minimal 3 paragraf.

6. Pelaksanaan Pengajaran IPS SD
     Dalam pelaksanaan pengajaran IPS terdapat banyak hal yang dapat menunjang anak belajar aktif adalah menciptakan suasana yang menggairahkan belajar yaitu dengan menyajikan bahan pelajaran yang menantang, mengesankan dan merangsang daya kreativitas sehingga anak tenggelam dalam keasyikan belajar, tidak ribut, tidak mengganggu dan menghindarkan kenakalan anak. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip penerapan-penerapan belajar aktif sebagai berikut :
  1. Prinsip Motivasi
     Dorongan belajar dapat timbul dari dalam diri anak (intrinsik) dan dari luar diri anak. Guru perlu menumbuhkan kedua dorongan ini, agar anak belajar lebih baik. Sebenarnya anak sudah mempunyai dorongan dari dalam dirinya yaitu rasa ingin tahu, ingin membaca dan sikap ingin maju. Sedangkan dorongan dari luar dirinya dapat timbul dengan memberikan ganjaran, penghargaan dan hukuman. Bentuk pengajaran dan penghargaan tidak diartikan dengan selalu memberikan benda, akan tetapi dengan kata-kata dan memberi kesempatan untuk berbuat merupakan ganjaran dan penghargaan yang mempunyai arti penting dalam proses belajar anak. Hukuman tidak diartikan hukuman fisik, malahan perbuatan ini dilarang dalam proses pendidikan. Hukuman harus mempunyai arti mendidik agar ia sadar akan kesalahan dan kelalaiannya dalam belajar. Hukuman antara lain dapat berupa teguran, memberikan pekerjaan dan ikrar. Dengan demikian guru seyogyanya berusaha membangkitkan motif-motif tersebut dalam proses belajar mengajar. Dalam kesempatan ini guru harus berperan sebagai motivator dalam proses belajar mengajar. Motivasi belajar sangat penting bagi anak untuk membangkitkan prakarsa, aktivitas dan kreativitas. Hal ini tercermin dari makna semboyab pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro yang berbunyi Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Artinya, di sepan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan dibelakang mengawasi serta mengarahkan.
  1. Prinsip Latar belakang
     Dalam proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak, agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan anak. Guru hendaknya menyelidiki dulu pengulangan yang membosankan anak. Guru hendaknya menyelidiki dulu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak.
  1. Prinsip Pemusatan Perhatian.
     Guru seyogyanya dapat memilih dan menentukan bahan pengajaran sebagai pusat perhatian atau minat. Bagian-bagian yang terpisah dikaitkan menjadi satu topik. Usaha untuk memusatkan perhatian anak dapat dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan, pertanyaan yang perlu dijawab dan diselidiki. Pemusatan perhatian ini akan membatasi lingkup keluasan dan kedalaman materi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
  1. Prinsip Keterpaduan
     Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya mengkaitkan sesuatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, atau suatu sub pokok bahasan dengan sub pokok bahasan lain dalam bidang studi itu. Lebih jauh lagi satu bidang studi dengan beberapa bidang studi lainnya. Dengan demikian, anak akan mendapat gambaran keterpaduan dalam memproses perolehan hasil belajar.
  1. Prinsip Pemecahan Masalah
     Anak perlu dilatih memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu diciptakan situasi belajar yang dihadapkan kepada masalah. Kepekaan terhadap masalah mendorong anak untuk mencari, memilih dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.
  1. Prinsip Menemukan
     Pada dasarnya anak memiliki potensi untuk mencari, menemukan dan mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak akan menyebabkn kebosanan.
  1. Prinsip Belajar sambil Bekerja
     Pada hakekatnya bekerja adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja tidak mudah lupa. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira, dan puas karena kemampuannya tersalurkan dan melihat hasil kerja.
  1. Belajar sambil Bermain
     Bermain merupakan kebutuhan bagi setiap anak sehat. Dengan bermain pengetahuan, keterampilan sikap, dan daya fantasi anak berkembang. Bermain merupakan keaktifan anak yang menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan. Suasana gembira, senang dalam proses belajar mengajar dapat  diciptakan oleh kegiatan bermain kreatif.
  1. Prinsip perbedaan Individu
     Manusia pada hakekatnya mempunyai perbedaan masing-maing. Tentu anakpun memiliki perbedaan individu atau perseorangan misalnya, tingkat kecerdasan, minat, sifat dan kebiasaan, kesehatan dan latar belakang keluarga. Perbedaan-perbedaan ini dapat mempengaruhi proses belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, sebaiknya guru menyajikan materi yang tepat, dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan itu. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-olah semua sama.
  1. Prinsip Hubungan Sosial
     Pada masa anak, sosialisasi sedang tumbuh oleh karena itu anak selalu ingin melakukan hubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar anak secara kelompok melatih anak menciptakan suasana kerja sama. Kesadaran akan timbul terhadap kelebihan dan kekurangan masing-masing, kemudian saling tolong menolong.

     Dalam kurikulum sekolah dasar telah dibuat ketentuan bahwa usaha meningkatkan kemampuan guru melalui sistem pembinaan profesional. Profesional guru mencakup didalamnya sejumlah kemampuan (pengetahuan,keterampilan) dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru, khususnya guru IPS.
Terdapat beberapa tujuan sistem pembinaan profesional, yaitu :
  1. Meningkatkan sistem supervisi
  2. Meningkatkan sistem penataran
  3. Meningkatkan kemampuan profesional para pembina dan pelaksana
  4. Meningkatkan peran guru, kepala sekolah dan penilik.   

D. Rangkuman
      Perencanaan pengajaran IPS SD ini menggunakan dua dasar yaitu dasar filosofis dan dasar psikologis. Juga menggunakan pendekatan konstruktivistik yaitu guru dan siswa mempunyai peran yang saling mendukung. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Ia harus aktif, melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Sedangkan guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Sarana belajar menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruki pengetahuannya sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
      Model-model pembelajaran IPS SD, kami mengemukakan 4 macam yaitu,
1. Pembelajaran berbasis inquiry
2. Problem Basic Learning/ PBL
3. Pembelajaran Kooperatif (STAD, Jigsaw, GI, Struktural)
4. Pembelajaran berbasis Projek

E. L a t i h a n
1. Jelaskan perbandingan pembelajaran tradisional (behavioristik) dengan
    pembelajaran konstruktivistik!
2. Teori belajar konstruktivistik yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
    akan memberikan sumbangan besar dalam membentuk manusia yang kreatif,  
    produktif dan mandiri. Cobalah deskripsikan sumbangan yang dimaksud.
    Bagaimana karakteristik komponen-komponen pembelajarannya, tujuan
    pembelajaran,strategi,evaluasinya.
3. Buatlah RPP untuk mata pelajaran IPS Kelas III, dengan topik “Denah 
    Lingkungan Rumah dan Sekolah” atau topik “Pengelolaan Uang” atau
    “Pekerjaan”.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar