PERKEMBANGAN KURIKULUM IPS
A. Kerangka Isi
Dalam bab ini akan
dibahas hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pemahaman akan kurikulum
oleh seorang guru atau calon guru sangat penting. Kurikulum merupakan arahan
bagi guru. Dalam kurikulum dapat dibaca tujuan pengajaran yang perlu dijabarkan
oleh guru agar dapat dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam pencapaian tujuan
ini guru perlu dan seyogyanya menghubungkannya dengan tujuan pendidikan pada
umumnya. Bahkan hendaknya guru mampu menarik benang merah ke arah tujuan
nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut guru hendaknya dapat memilih dan
mengatur bagaimana para siswa memperoleh pengalaman belajar dengan tepat.
Selanjutnya bahan belajar mana yang harus dikuasai oleh para siswa harus pula
ditentukan. Kemajuan belajar siswa perlu pula dipantau terus menerus. Hal itu
merupakan pekerjaan atau tugas guru yang penting. Tugas-tugas tersebut dapat
ditelaah dalam kurikulum. Tugas tersebut akan terlaksana dengan baik apabila
guru mampu menafsirkan dengan tepat isi kurikulum.
Penafsiran isi kurikulum
untuk menata bahan belajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum adalah tugas
yang tidak ringan bagi guru. Betapa pun baik dan lengkapnya desain dan isi
kurikulum baru akan bermakna apabila hal itu berdampak kepada siswa. Artinya
apa yang diharapkan guru akan tampak hasilnya apabila telah terlaksana di
kelas. Dan baru-baru benar berhasil apabila telah menjadi bagian dari perilaku
sebagai hasil belajarnya.
Kurikulum IPS
menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan pengajaran IPS, sehingga dalam
kurikulum IPS dapat dilihat tentang : tujuan pengajaran IPS, pengalaman belajar
yang sesuai dalam pengorganisasian pengalaman belajar IPS, bahan belajar
pengajaran IPS serta penilaian pengajaran IPS.
Supaya pemilihan,
penataan dan penyusunan bahan pengajaran IPS dapat dilakukan dengan efektif dan
efisien, kita perlu memahami apa isi pengajaran IPS. Ditinjau dari segi isi maka pengajaran IPS tidak
banyak berbeda dari pengajaran lainnya. Hilda Taba menyarankan bahwa yang harus diperhatikan
ialah tingkatan dan fungsi isi pengajaran. Berikut ini terlihat isi IPS dalam
empat (4) tingkatan, yaitu : i). Fakta, ii). Konsep, iii). Generalisasi dan
iv). Hubungan ketiganya.
Penyusunan
kurikulum adalah kegiatan memadukan berbagai unsur, seperti tujuan umum dan
khusus pengajaran, pengorganisasian pengalaman belajar, pemilihan, penataan dan
penyusunan bahan belajar, serta bentuk-bentuk evaluasinya. Semua unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain, bisa dilihat bagan dibawah ini :
|
Dari bagan diatas dapat
disimpulkan bahwa kurikulum memadukan tujuan pembelajaran yang sekaligus
menggambarkan pula apa yang harus dipelajari di lembaga pendidikan, bagaimana
pembelajarannya, dan pemantauan kemajuan hasil belajar siswa. Guru bukanlah
sekedar “tukang” mengajar, melainkan
ia adalah seorang ahli mengajar. Guru tidak hanya memahami dan terampil
mengajar, melainkan juga ia memahami betul rasional dan tumpuan dari segala
tindakan mengajarnya.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab
I ini diharapkan anda memiliki kemampuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan
perkembangan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD).
C. Materi Pembelajaran
1. Perkembangan Kurikulum IPS di SD
Dalam perkembangan
pengajaran di Sekolah Dasar, telah terjadi perubahan kurikulum berkali-kali.
Dengan menyadari bahwa kurikulum selalu mengikuti tuntutan kemajuan masyarakat
kita tidak perlu kaget apabila sewaktu-waktu terjadi perubahan kurikulum. Dengan
kata lain kita perlu selalu siap menghadapi perubahan kurikulum dengan pikiran
jernih dan terbuka.
Pada kurikulum 1964 dan
kurikulum 1968 (dengan nama yang berlainan) diajarkan sejak kelas I SD. Dalam
kurikulum 1975 unsur pendidikan kewargaan negara dalam IPS dipisahkan dari IPS
dan dijadikan bidang studi tersendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila
(PMP). Bidang Studi PMP ini diajarkan sejak kelas I SD. Sedangkan bidang studi
IPS diajarkan mulai dari kelas III SD. Hal ini dilaksanakan agar materi
kurikulum tidak terlalu memberatkan anak di kelas I dan II dan agar jumlah
bidang studi tidak terlalu banyak. Hal ini berbeda dengan kecenderungan umum dimana di negara-negara lain,
bidang studi IPS diajarkan sejak kelas I SD.
Selain
itu, pada kurikulum IPS 1986, terjadi perkembangan lain yaitu sejarah setempat
atau sejarah lokal tetap berada dalam IPS, namun sejarah nasional dijadikan sub
bidang studi tersendiri yang diajarkan secara tersendiri mulai dari kelas IV SD
meskipun tetap berada dalam kelompok bidang studi IPS.
Pada
Kurikulum IPS 1994 bidang studi ini masih diajarkan di mulai kelas III, dengan
mengacu kepada materi Kurikulum Yang Disempurnakan (KYD) sama dengan Kurikulum
1986. Disini materinya ditata secara terpadu (terintegrasi) antara pokok-pokok
atau subpokok bahasan yang ditunjang oleh berbagai ilmu atau disiplin ilmu.
Disiplin itu diantaranya adalah : Geografi, Kependudukan dan Lingkungan Hidup,
Ekonomi dan Koperasi, Sosiologi, Antropologi, Sejarah lokal, Hukum serta
Politik (Tatanegara). Khusus sejarah nasional diajarkan mulai kelas IV SD.
Pada
Kurikulum IPS 2002 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Dalam Kurikulum IPS 2002 (KBK), dalam pengembangannya harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip, diantaranya kemampuan berfikir dan belajar
dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang
cepat berubah dan penuh ketidak pastian merupakan kompetensi penting dalam
menghadapi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Unsur keterampilan hidup,
dimaksudkan agar siswa memiliki keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif,
kooperatif dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan
sehari-hari secara efektif. Diharapkan siswa dapat mengembangkan, menambah
kesadaran, dan selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah dalam berbagai
bidang.
Kurikulum IPS 2006 adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yanng mempunyai prinsip
pengembangan, seperti berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Terpadu , tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan relevan dengan kebutuhan
kehidupan. Didalam kurikulum ini juga disesuaikan dengan kondisi budaya
masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian budaya.
Dalam petunjuk
melaksanakan kurikulum dalam proses belajar mengajar, prinsip cara belajar
siswa aktif (CBSA) yang disarankan, sebenarnya telah dikemukakan dan ditekankan
sejak kurikulum 1964, seperti :
- Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak, baik di rumah, di sekolah maupun di sekitar sekolah.
- Observasi ke lingkungan masyarakat sekitar, termasuk pula peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung seperti peristiwa-peristiwa kenegaraan. Dalam kegiatan observasi anak diminta mengamati (melihat, mendengarkan, dan merasakan hal-hal yang diamati secara teliti).
- Dalam menentukan bahan pelajaranuntuk anak, guru hendaknya memperhatikan kesesuaian dengan taraf perkembangan anak serta daya tarik bahan itu agar motivasi anak untuk bekerja didorong.
- Upaya mengaitkan bahan pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain, misalnya bahan pendidikan lalu lintas dalam IPS dihubungkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia (bercakap-cakap mengenai lalu lintas ) dan pelajaran Pendidikan Jasmani (mempergunakan jalan umum menurut peraturan lalu lintas).
- Guru mengusahakan sendiri sarana belajar yang diperlukan untuk memperkaya bahan pelajaran dan yang diperlukan anak dalam melakukan kegiatan belajar. Termasuk sarana belajar yang disarankan adalah pembuatan kliping dari koran dan majalah serta pembuatan alat peraga sederhana yang dibutuhkan.
- Guru memberikan tugas atau kegiatan pada anak, mengusahakan agar anak bekerja dalam kelompok, dan lebih sering melakukan tanya jawab. Kegiatan yang dilakukan anak dipilih yang berguna untuk kehidupan anak sehari-hari. Khusus untuk kelas-kelas rendah SD ditekankan kegiatan bercakap-cakap dan bermain.
2. Sistem Pengembangan
Kurikulum.
Di negara-negara yang
menganut pengembangan kurikulum yang tidak terpusat (tidak desentralistis),
umumnya kurikulum hanya merupakan pedoman yang bersifat umum, para guru dapat
mengembangkan secara kreatif untuk dipakai di sekolah atau di kelasnya.
Sebaliknya di negara-negara yang menganut kurikulum terpusat atau bersifat
sentralistis, kurikulum disusun seragam dan para guru dapat langsung
menggunakannya, sehingga ruang gerak guru terbatas untuk mengembangkan
kreatifitasnya.
Kurikulum di Indonesia dikembangkan di Pusat lalu
disebarkan kepada para guru untuk dilaksanakan. Struktur kurikulum dalam
Kurikulum Yang Disempurnakan (KYD) yang berlaku disusun secara horizontal dalam
bentuk matriks yang terdiri dari 11 kolom. Di satu pihak kurikulum yang terinci
akan memudahkan guru untuk melaksanakannya, namun di lain pihak dapat
menghambat kreatifitas guru untuk mengembangkan kurikulum tersebut lebih
lanjut. Dalam studi perbandingan dengan kurikulum-kurikulum berbagai negara
lain ternyata tidak ada struktur kurikulum yang baku. Tiap negara dapat
menentukan sendiri struktur kurikulum yang dikehendaki, sesuai dengan taraf
kemampuan para gurunya.
Melihat
struktur kurikulum seperti ini, maka dapatlah disimpulkan bahwa kurikulum IPS
di Indonesia disusun berdasarkan pendekatan ganda, yaitu berorientasi (mengacu)
kepada tujuan sekaligus juga berorientasi kepada proses.Orientasi kepada tujuan
itu antara lain dapat dilihat pada penempatan tujuan. Orientasi pada proses
dapat dilihat pada tujuan yang mengandung unsur keterampilan proses, unsur
kegiatan belajar (seperti metode, sarana/ sumber).
3. Teknik Mengembangkan Kurikulum
Pengembang
kurikulum tidak hanya orang yang mengembangkan kurikulum di Pusat. Guru pun
adalah pengembang kurikulum, bahkan guru berda dalam kedudukan yang menentukan,
yang strategis. Kurikulum hanyalah rambu-rambu, penjabaran dan pengembangan
selanjutnya terletak di tangan para guru di lapangan. Mengapa? Karena gurulah
yang lebih mengetahui tingkat perkembangan para murid, perbedaan perseorangan
(individual) murid , daya serap murid, suasana dalam proses belajar mengajar,
serta sarana dan sumber yang tersedia. Peluang bagi guru untuk mengembangkan
kurikulum terbuka lebar.
Kompetensi
dasar dan indikator merupakan hal mutlak yang tak bisa ditawar, tetapi materi
atau pokok bahasan/ sub pokok bahasan tidak mesti mejadi urutan pelajaran. Guru
dapat membuat urutan kembali agar lebih cocok menjadi urutan pelajaran dengan
memperhatikan urutan yang mudah ke sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks,
dari lingkungan terdekat ke yang jauh, dengan memperhatikan bahwa konsep/
pengetahuan prasarat harus diajarkan lebih dahulu. Keadaan perkembangan minat
para murid, tersedianya bahan yang diperlukan, peristiwa-peristiwa yang akan
terjadi dalam masyarakat dan lainnya. Guru dapat
membuat urutan kembali asalkan masih dalam satu semester yang sama.
Unsur materi hanya
merupakan materi minimal yang harus diajarkan, guru tetap diberi peluang untuk
mengembangkan materi minimal itu dengan materi tambahan atau pengayaan.
Alokasi waktu hanyalah
merupakan perkiraan, guru dapat menambah atau mengurangi jam pelajaran pada
pokok bahasan tertentu, asalkan sesuai dengan seluruh waktu yang dijatahkan
dalam satu semester.
Selanjutnya untuk KBM,
metode, sarana/ sumber, dan penilaian/ evaluasi bersifat tidak wajib, dalam
arti hanya merupakan saran yang dapat dipertimbangkan guru.
Setelah melihat
peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan para guru, marilah kita membahas
mengenai berbagai teknik dalam mengembangkan kurikulum yang dapat digunakan
guru sebagai pengembang kurikulum. Terdapat lima (5) teknik pengembangan kurikulum, yaitu
:
- Pengembangan berdasarkan Isi (Konten).
Pengembangan kurikulum ini bertitik tolak pada suatu
susunan pengetahuan (a body of knowledge), suatu bidang/ lingkup pengalaman,
atau sekelompok gejala (fenomena).
Peran guru dalam menggunakan
teknik ini adalah :
1. Menetapkan kemungkinan-kemungkinan
mengembangkan isi (konten) lebih lanjut, misalnya dengan menjabarkan
aspek-aspek tertentu dari isi atau menentukan aspek mana dari isi tersebut yang
perlu ditekankan. Pengembangan ini dapat dilakukan
dengan membuat pemetaan isi atau dengan mengembangkan jaringan topik. Contoh : Sub pokok bahasan “Negara-negara
Anggota ASEAN”, kelas VI SD.
Cakupan Isi : Negara-negara
Anggota ASEAN.
Gagasan Pokok : Kerja
sama.
Contoh : Kerja sama
di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Aspek yang
dikembangkan : a). Kapan ASEAN lahir?, b). Apa
tujuan ASEAN?, c). Apa arti dan arti lambang ASEAN?, d). Dalam bidang apa saja
kerja sama ASEAN dikembangkan?, e). Apa data penting tentang suatu negara?,
misalnya: ibu kotanya, bentuk negara dan pemerintahan, keadaan penduduknya,
kapan merdeka, apa bahasanya, mata uangnya, obyek wisata yang terkenal, keadaan
fisiografinya.
2.
Menentukan konsep-konsep yang
dapat dipelajari anak waktu membahas tentang isi tersebut.
3.
Menentukan keterampilan proses
yang dapat dilatih.
4.
Menentukan masalah-masalah yang
perlu dipecahkan anak.
5.
Mengembangkan aspek isi dan
kegiatan belajar yang menarik minat anak.
6.
Mengembangkan kegiatan belajar
agar anak memahami isi/ konsep yang sedang dipelajari.
7.
Menitik beratkan kegiatan
belajar yang dapat melibatkan anak secara aktif.
8.
Mengupayakan kegiatan awal
sebagai titik tolak proses belajar mengajar.
9.
Menentukan urutan
kegiatan-kegiatan belajar yang telah dikembangkan.
10.
Memikirkan alat, bahan, dan
sarana belajar yang perlu dipersiapkan.
- Pengembangan Berdasarkan Konsep.
Pengembangan kurikulum ini berdasarkan atau bertitik
tolak pada suatu konsep atau prinsip ataupun serangkaian konsep.
Peran guru dalam menggunakan
teknik ini adalah :
1. Memikirkan apakah ada gagasan-gagasan atau
ide yang perlu diperkenalkan atau diingatkan terlebih dahulu sebelum anak
mempelajari suatu konsep.
2. Mengusahakan penamaan konsep dalam bahasa
anak kalau konsep yang hendak dipelajari sulit dipahami anak.
3. Memikirkan apakah ada isi (konten)
tertentu yang perlu dikaitkan dalam mempelajari konsep itu.
4.
Menentukan keterampilan proses
yang dapat dilatih.
5.
Mempertimbangkan apakah ada
masalah tertentu yang perlu dipecahkan anak.
6.
Memikirkan jenis-jenis kegiatan untuk
mempelajari konsep itu yang sesuai dengan minat anak.
7.
Mengembangkan kegiatan/
pengalaman belajar yang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan perkembangan
anak.
8.
Menentukan urutan
kegiatan-kegiatan belajar yang telah dikembangkan.
9.
Memikirkan alat, bahan, dan
sarana belajar yang perlu dipersiapkan.
- Pengembangan berdasarkan Keterampilan Proses (Keterampilan Dasar).
Pengembangan kurikulum ini berdasarkan atau bertitik
tolak pada suatu atau serangkaian keterampilan proses. Dalam pengembangan ini keterampilan proses lebih
ditekankan dari pada isi atau konsep. Melalui
keterampilan proses dimaksudkan agar anak menemukan pengetahuan atau konsep
tertentu. Dengan kata lain, yang lebih dititikberatkan adalah mengetahui
bagaimana mempelajari apa yang dipelajari.
Peran guru dalam menggunakan
teknik ini adalah :
1. Memikirkan apakah ada keterampilan proses
tertentu yang mesti dikuasai sebelum keterampilan proses yang dimaksud dilatih
kepada anak.
2. Mempertimbangkan apakah keterampilan
proses yang dipilih sesuai dengan kemampuan anak, dengan kata lain tidak
terlalu sukar untuk anak.
3.
Memikirkan isi (konten) apa
yang perlu dikaitkan dalam latihan keterampilan proses tersebut.
4.
Memikirkan apakah ada konsep
yang perlu dikaitkan dalam latihan keterampilan proses tersebut.
5.
Memikirkan apakah ada masalah
tertentu yang berhubungan dengan keterampilan proses yang mau dilatih.
6.
Mempertimbangkan apakah
kegiatan melatih keterampilan proses itu dapat dihubungkan dengan minat anak.
7.
Mengembangkan kegiatan belajar
yang ditujukan untuk melatih keterampilan proses itu.
8.
Membuat urutan
kegiatan-kegiatan belajar yang telah dikembangkan.
9.
Memikirkan alat, bahan dan
sarana belajar yang perlu dipersiapkan.
- Pengembangan berdasarkan Masalah.
Pengembangan kurikulum ini berdasarkan atau bertitik
tolak pada masalah-masalah yang perlu dipecahkan anak sebagai wahana untuk :
# menerapkan keterampilan proses dalam situasi yang
lebih kompleks dan realistis, atau
# menemukan konsep secara tak langsung.
Peran guru dalam menggunakan
teknik ini adalah :
1.
Memilih suatu masalah yang akan
dibahas. Patokan-patokan (kriteria) yang perlu diperhatikan guru dalam memilih
atau menyusun suatu masalah meliputi :
·
adanya konsep-konsep yang
berhubungan yang diperlukan dalam mendiskusikan dan memecahkan masalah itu.
·
Adanya keterampilan proses yang
dapat dipraktekkan ketika menganalisis masalah itu dan merencanakan
pemecahannya.
·
Adanya keterampilan proses yang
dapat dipraktekkan ketika menerapkan suatu cara pemecahan yang memungkinkan.
·
Tingkat kemampuan murid-murid.
·
Minat dan perhatian murid-murid.
·
Alat, bahan, dan sarana yang
tersedia serta hambatan praktis lain, misalnya penyesuaian jadwal (roster)
pelajaran.
2.
Merumuskan masalah secara tepat
dan seksama agar murid memahami secara jelas masalah yang akan dipecahkan.
3.
Memikirkan apakah ada konsep
yang berkaitan dengan pemecahan masalah itu, apakah ada keterampilan proses
yang diperlukan untuk memecahkan masalah itu, dan apakah masalah itu cukup
menarik minat para murid.
4.
Mengembangkan kegiatan-kegiatan
belajar yang sesuai untuk memecahkan masalah itu, lalu membuat urutan kegiatan
belajar. Yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah apakah anda perlu memulai
dengan diskusi awal, apakah murid bekerja secara perseorangan atau dalam
kelompok, dan apakah pada tahap terakhir perlu dilakukan laporan dan diskusi
kelas. Anda pun perlu memikirkan peran anda waktu kegiatan sedang berlangsung,
misalnya pertanyaan-pertanyaan apa yang mungkin diajukan kepada anak, bagaimana
berperan serta dalam diskusi, dan bagaimana memantau kemajuan anak dalam
memecahkan masalah.
5.
Memikirkan alat, bahan dan
sarana belajar yang perlu dipersiapkan.
- Pengembangan berdasarkan Minat.
Pengembangan kurikulum ini berdasarkan atau bertitik
tolak pada minat anak. Dengan demikian, anak diberi kesempatan memilih hal atau
isyu yang dirasakan penting baginya, sedangkan guru berperan menawarkan gagasan
tentang kegiatan awal (starting point) dan sejumlah pilihan dan cara
melakukannya (metode) kepada anak.
Peran guru dalam menggunakan
teknik ini adalah :
1. Memikirkan dan memilih suatu kegiatan awal.
pemilihan kegiatan awal ini, misalnya melakukan kunjungan (observasi) ke suatu
tempat atau melakukan suatu kegiatan (bentuk penyajian) yang lain. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dan ditetapkan guru dalam memilih kegiatan awal :
·
bidang atau lingkup pengalaman
yang dapat membangkitkan minat para murid.
·
Hal-hal yang menarik minat
murid dari pengalaman yang ditawarkan (misalnya dalam mengunjungi suatu tempat,
guru sudah memperkirakan hal-hal menarik yang akan ditemukan para murid).
·
Serangkaian kegiatan yang
bermanfaat sebagai tindak lanjut pengalaman awal itu.
2.
Mempersiapkan kegiatan awal
secara baik dan seksama karena kegiatan ini akan menentukan sukses tidaknya
seluruh kegiatan. Persiapan dapat dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan
atau lembar kerja dengan melibatkan anak untuk turut dalam proses
penyusunannya.
3.
Mengembangkan sejumlah kegiatan
belajar berdasarkan topik-topik yang menarik minat murid. Pengembangan ini
dapat dilakukan pula dalam diskusi bersama dengan anak-anak.
4.
Dalam melakukan kegiatan, guru
hendaknya memperhatikan anak yang memerlukan bantuan, terutama dalam melakukan
kegiatan yang menuntut penguasaan keterampilan proses tertentu.
5.
Memikirkan kemungkinan
mengaitkan kegiatan dengan isi (konten), konsep atau masalah tertentu.
6.
Memikirkan alat, bahan dan
sarana belajar yang perlu dipersiapkan.
D. Rangkuman
Kurikulum memadukan
tujuan pembelajaran yang sekaligus menggambarkan apa yang harus dipelajari di
lembaga pendidikan, bagaimana pembelajarannya dan pemantauan kemajuan hasil
belajar siswa.
Dalam perkembangan
kurikulum IPS di SD, dimulai dari kurikulum IPS tahun 1964, 1968, 1975, 1986,
1994, tahun 2002 dengan KBK nya dan di tahun 2006 dengan KTSP nya. Sedangkan
sistem pengembangan kurikulum juga berubah-ubah.
Adapun teknik dalam
mengembangkan kurikulum diantaranya, pengembangan berdasarkan isi (konten),
pengembangan berdasarkan konsep, pengembangan berdasarkan keterampilan proses
(keterampilan dasar), pengembangan berdasarkan masalah, dan pengembangan
berdasarkan minat.
E. L a t i h a n
1. Jelaskan perkembangan kurikulum IPS di SD, yang dimulai dari
kurikulum
1964 sampai sekarang yaitu
diberlakukannya KTSP!
2. Mengapa sistem
pengembangan kurikulum selalu berubah-ubah?
3. Jelaskan pengembangan kurikulum berdasarkan keterampilan proses
atau keterampilan dasar!
4. Apa yang saudara ketahui tentang teknik-teknik mengembangkan
kurikulum?
nice sharing kak
BalasHapusKawasan Industri Jawa Barat