Senin, 19 Desember 2016

Materi Kuliah Pengantar Ilmu Sosial (pertemuan ke 3-5)




KEHIDUPAN SOSIAL DAN PERMASALAHANNYA

A. Capaian Pembelajaran
            Memahami hakikat manusia sebagai individu dan sosial, lingkungan hidup, kepribadian, perubahan sosial, modernisasi dan permasalahan sosial dewasa ini.

B. Tujuan Pembelajaran
            Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan mahasiswa dapat, mendeskripsikan, mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis hakikat manusia, kepribadian, modernisasi, perubahan dan permasalahan sosial yang ada.
Indikator keberhasilan belajar yang diharapkan adalah mahasiswa dapat mengkaji, mengidentifikasi, menjelaskan menganalisis :
1.      Hakikat manusia
2.      Kepribadian manusia sebagai mahluk sosial
3.      Modernisasi
4.      Perubahan dan permasalahan sosial dewasa ini

C. Materi Pembelajaran
1.      Hakikat Manusia sebagai Individu dan Mahluk Sosial
      Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian mengapa hidupnya harus bermasyarakat? Seperti kita ketahui, manusia pertama adalah Adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan manusia lain yaitu istrinya yang bernama Hawa. Memang apabila dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, manusia tak akan  dapat hidup sendiri. Bayi misalnya harus diajar makan, berjalan, bermain-main dan lain-lain. Jadi sejak lahir manusia berhubungan dengan manusia lainnya. Oleh karena itu sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu, (1) keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat), (2) keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Jadi untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya manusia mempergunakan fikiran, perasaan dan kehendaknya. Misalnya dalam menghadapi cuaca dingin, manusia membuat rumah, memakai pakaian dan lain-lain.
      Di dalam diri manusia terdapat dua kepentingan, yaitu kepentingan individu dan bersama. Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai mahluk individu, karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan bersama didasarkan manusia sebagai makhluk sosial (kelompok) yang ingin memenuhi kebutuhan bersama.
      Dalam perjalanannya, kepentingan-kepentingan tersebut kadang saling berhadapan dan kadang pula saling berkait. Terkadang muncul suatu penolakan dan penerimaan yang pada akhirnya bermuara pada etika, yaitu suara ajaran tentang norma dan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan manusia. Artinya, titik kompromi antara kepentingan individu dan bersama ditimbang menurut kadar etis/ tidaknya kedua kepentingan tersebut.
      Menurut Jurgen Habermas (2001), masyarakat memiliki tiga jenis kepentingan yang memiliki pendekatan rasio berbeda. Pertama, kepentingan teknis (objective welt). Hal ini sangat kuat berhubungan dengan penyediaan sumber daya natural dan juga kerja (instrumentalis). Kedua, kepentingan interaksi (social welt). Ini merupakan kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ketiga, kepentingan kekuasaan. Di satu sisi, hal ini berhubungan erat dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Di sisi lain, adanya sebuah keputusan dasar manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk dominasi atau kebebasan (Freiheit). Freiheit menurut Sastre sebagai syarat utama yang mendorong eksistensi manusia menuju peradaban yang maju (Tumanggor, 2010: 40).
       Dalam perbedaan kepentingan ini masyarakat mengalami pertarungan yang sangat tajam dalam kehidupan sosial dan politik. Apalagi kalau kepentingan kekuasaan dan kepentingan teknis mengabaikan kepentingan sosial. Kalau kepentingan keku kepentingan kekuasaan mengarah pada tendensi untuk menciptakan distorsi terhadap komunikasi,maka yang terjadi hanya ada penindasan dan reduksi. Menurut Habermas,untuk bisa  mendamaikan  konflik kepentingan ini,kita membutuhkan adanya sebuah ruang publik (public spare} ini merupakan media untuk menjembatani setiap kepentingan karena setiap komponen dalam masyarakat memiliki akses yang sama untuk bebicara, berdiskusi, dan mencari alternatif yang tepat tentang segala persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.
       Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia seabagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam kitab suci Al Quran bahwa “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Dalam ajaran agama-agama dunia juga diterangkan sangat jelas kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia, karena itu tidak dibenarkan manusia melakukan perbuatan tercela, seperti berjudi, korupsi, berzina, membunuh, mabuk, dan seterusnya. Sebaliknya, pribadi manusia dituntut mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama, dan saling berlomba-lomba melakukan perubahan menuju yang lebih baik dengan individu lainnya.
       Manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan bantuan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Bahkan sejak lahirpun, manusia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
       Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada, yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Yakni memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari :
1.      Dorongan untuk makan,
2.      Dorongan untuk mempertahankan diri,
3.      Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.
       Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk social meniscayakan adanya dorongan untuk saling ketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan lainnya. Karena itu, komunikasi antar masyarakat menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial, dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk adaptasi mereka terhadap lingkungannya.
       Dalam perkembangannya, manusia mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru guna membentuk diri dalam kehidupan masyarakatnya, diantaranya meniru dalam hal penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan yaitu menerima bentuk-bentuk pembaruan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan. Meniru dalam hal penghematan tenaga sehingga tidak banyak menggunakan tenaga manusia dan kinerjanya akan lebih efektif dan efisien. Proses meniru ini dapat dicontohkan misalnya anak meniru perilaku orang tuanya, pribumi meniru pendatang, masyarakat tradisional meniru masyarakat modern. Dari gambaran tersebut jelas manusia itu membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sebagai pribadi (individu) dan sekaligus sebagai makhluk sosial.
       Menurut Tumanggor, secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari 3 hal, yaitu :
1.      Tekanan emosional, kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang bahagia, senang, atau sedih, berduka dan seterusnya.
2.      Harga diri yang rendah, ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain. Karena ketika seseorang merasa direndahkan dengan secara spontan ia membutuhkan kasih saying dari pihak lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologis kembali seperti semula.
3.      Isolasi sosial, orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
2.      Lingkungan Hidup
       Konsep lingkungan hidup atau lingkungan berasal dari konsep yang dikembangkan pada ekologi. Tetapi karena konsep ini besar sekali manfaatnya dalam mengungkapkan kehidupan sosial manusia, maka diadaptasikan pada ilmu-ilmu sosial. Sedangkan ekologi dapat diartikan sebagai suatu studi mengenai cara bagaimana makhluk hidup menghubungkan diri atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Ecology is the study of the way living things relate adjust themselves to their environment), (Sumaatmadja, 2000, 62).
       Penerapan ekologi pada ilmu-ilmu sosial baru pada tahun 1950 oleh ahli sosiologi Amarika Serikat bernama A.W. Hawley. Ekologi manusia adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Disini manusia berlaku baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Pada konsep ekologi ini terdapat dua komponen yang tidak dapat dipisahkan yaitu konsep makhluk hidup dan konsep lingkungan. Yang termasuk lingkungan adalah sangat luas yaitu segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter makhluk hidup, meskipun demikian, lingkungan dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok sesuai dengan tinjauannya.
       Berdasarkan tinjauan Biologi, terdapat lingkungan biotik (biotic or erganic environment) dan lingkungan abiotik (abiotic or inorganic environment). Ke dalam lingkungan biotik termasuk semua organisme di sekitar suatu makhluk  tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter suatu organism. Seluruh gejala alam yang bukan makhluk hidup termasuk lingkungan abiotik. Udara, air, tanah, batuan dan sebangsanya adalah lingkungan abiotik.
       Berdasarkan tinjauan ekologi manusia, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, lingkungan alam (natural environment), lingkungan sosial (social environment), dan lingkungan budaya (cultural environment). Yang termasuk lingkungan alam yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang, air, tanah, batuan, udara dan lain-lain yang belum kena pengaruh budaya atau pengaruh budaya yang belum berarti. Lingkungan sosial ini dapat berbentuk perorangan maupun dalam bentuk kelompok. Keluarga, teman sepermainan, tetangga, warga desa, warga kota, bangsa dan seterusnya termasuk lingkungan sosial bagi seseorang atau suatu kelompok. Sedangkan lingkungan budaya adalah segala hasil karya cipta manusia dan segala hasil perbuatan serta tingkah laku manusia yang ada di sekitar seseorang atau suatu kelompok. Lingkungan budaya ini tidak terbatas kepada hasil karya cipta manusia yang berupa benda konkret saja, melainkan juga yang berupa gagasan, teori, peraturan, pranata, bahasa, kepercayaan dan seterusnya.
       Diantara manusia dengan lingkungan (alam, sosial, budaya) terdapat interaksi sesamanya, yang kita kenal sebagai interaksi ekologi. Pada proses interaksi ekologi ini manusia dan lingkungan saling mempengaruhi. Kerangka dan jaringan interaksi ekologi ini berlangsung pada ruang atau tempat tertentu sehingga membentuk sistem ekologi atau ekosistem. Pada ekosistem inilah terjadinya interaksi ekologi. Akibat interaksi ekologi yang berbeda-beda, baik yang berkenaan dengan kerangka kerjasama dan persaingannya, maupun karena jumlah komponennya yang berbeda-beda, maka ekosistem itu sangat bervariasi. Ditinjau dari ekologi manusia, desa, kota, kawasan industri, daerah pertanian, perkebunan dan lain-lain merupakan bentuk-bentuk ekosistem. Jika manusia tidak memiliki daya adaptasi yang kuat, apabila terjadi perubahan ekosistem, maka akan terjadi kegoncangan mental psikologis pada dirinya. Sebagai contoh, pindah tempat tinggal, pindah lingkungan kerja dapat mempengaruhi kondisi mentalnya.
       Pada proses interaksi ekologi, manusia memiliki daya adaptasi dan seleksi terhadap lingkungan yang berbeda dengan makhluk lainnya. Daya adaptasi dan seleksi tadi sangat dipengaruhi oleh perkembangan akal budinya, pengetahuannya, pengalaman budayanya dan alat interaksi ekologi yang digunakannya. Dengan menggunakan akal budi, pengetahuan dan pengalamannya, manusia dapat memanfaatkan lingkungan bagi kepentingan dan kelangsungan hidupnya. Manusia dapat memperalat, menyeleksi dan menciptakan lingkungan yang serasi bagi kepentingan hidupnya. Manusia telah dapat mengubah bentang alam (natural landscape) menjadi bentang budaya (cultural landscape), telah dapat menjinakkan tumbuh-tumbuhan dan binatang liar menjadi pertanian dan peternakan. Jadi manusia telah dapat mendayagunakan lingkungan bagi kepentingan hidupnya.
       Pengaruh lingkungan, terutama lingkungan sosial dan budaya secara terbuka, tidak hanya berdampak positif tetapi juga berdampak negatif. Ketimpangan lingkungan dalam bentuk kenakalan remaja, kriminalitas, merosotnya kewibawaan, makin rendahnya rasa tanggungjawab dan lain-lain diakibatkan oleh adanya pengaruh dan perkembangan lingkungan yang tidak serasi dengan kondisi masyarakat yang menerimanya. Sedangkan masalah erosi, banjir, kekeringan, lebih dipengaruhi oleh tindakan dan tingkah laku manusia yang tidak rasional terhadap lingkungan alam disekitarnya. Pengusahaan lingkungan alam yang meningkat dengan menerapkan produk teknologi secara tidak rasional, dapat dikatakan memperkosa kemampuan lingkungan alam untuk menjamin kehidupan manusia. Setelah melampaui batas kritisnya, lingkungan alam tersebut akan menjadi timpang sehingga terjadi berbagai bencana. Dengan demikian penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya pada pengusahaan lingkungan alam melainkan harus diarahkan pada proses pengelolaannya, termasuk pula perlindungan bagi kepentingan hidup manusia.
3.      Kepribadian
       Manusia lahir ke permukaan bumi  sebagai satu kesatuan biologis atau sebagai individu yang belum mendapat pengaruh lingkungan disekitarnya. Kalau individu itu telah mendapat pengaruh lingkungannya maka ia disebut person atau pribadi. Pribadi artinya manusia yang telah menjadi anggota masyarakat atau sebagai anggota kelompok di masyarakat. Untuk menjadi suatu pribadi, individu mengalami suatu proses, atau disebut sosialisasi, misalnya proses pendidikan. Sedangkan proses selanjutnya yaitu proses pengintegrasian individu ke dalam kelompok yang disertai proses penamaan nilai dan norma sosial budaya, disebut inkulturasi. Setelah menjalani proses-proses tadi barulah individu menjadi person atau pribadi yang memiliki kepribadian (personality). Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamik system psiko fisik yang ada pada suatu individu, yang menentukan karakteristik tingkah laku dan berfikirnya (personality is the dynamic within the individual of those psychophysical systems that determine his characteristic behavior and thought).
      Dari pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamik dari proses-proses kejiwaan yang diwariskan secara biologis berkenaan dengan sikap, keinginan, pikiran, tingkah laku sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya. Dari ungkapan dinamikanya, ternyata kepribadian seseorang itu luwes dan cenderung mengalami perubahan. Tetapi meskipun demikian, kepribadian itu memiliki sifat dasar yang stabil, yang mencirikan kepribadian itu secara normal. Karakteristik sebagai ciri dari kepribadian, merupakan perpaduan faktor individu sebagai hasil kesatuan psiko fisik warisan biologis dengan faktor lingkungan (alam, sosial, budaya) yang diterima individu dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
       Pengaruh faktor biologis terhadap kepribadian, individu lahir ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmaninya, mulai dari anggota tubuh sampai proses-proses hayati seperti peredaran darah, pernapasan, kerja kelenjar-kelenjar, susunan dan kerja urat syaraf, dan kesempurnaan alat indra. Hal itu semua sangat mempengaruhi reaksi kejiwaan individu terhadap rangsangan dari luar. Kesempurnaan berfikir, kesempurnaan bereaksi secara emosional, rasa harga diri, kemauan dan lain-lain, erat sekali dengan kondisi faktor biologis tadi. Setelah individu ada di permukaan bumi, ia akan mengalami perubahan dan perkembangan kepribadian. Seseorang yang pada masa mudanya cepat marah, pada masa tuanya mulai berkurang. Perubahan reaksi emosional, perubahan sikap dan lain-lain tidak lepas dari perubahan dan perkembangan kerja kelenjar-kelenjar, peredaran darahnya. Individu yang cacat jasmani dan mental sejak lahir, rasa harga diri, reaksi emosional, sikap, pasti akan berbeda dengan individu yang keadaan jasmaninya sempurna. Dengan demikian kepribadiannya juga pasti berbeda, tetapi semuanya itu belum berarti bagi proses pembentukan kepribadian, sebelum individu mendapat pengaruh dari faktor lingkungan.
       Lingkungan sosial yang pertama dan terutama dikenal individu sejak lahir, yaitu keluarga, ada ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan dengan individu. Pengenalan nilai, norma dan kebiasaan untuk pertama kalinya diterima dari keluarga. Pengaruh sosialisasi dan inkultuasi yang berasal dari keluarga, sangat besar bagi pembentukan dan perkembangan individu. Lingkungan sosial berikutnya yang banyak mempengaruhi individu yaitu teman sepermainan. Pada lingkungan ini, individu akan memperluas pengetahuan dan pengalamannya. Ia akan menaruh perhatian terhadap peranan (role) yang menarik perhatiannya.
       Dalam proses kehidupan individu yang selalu berhubungan dengan lingkungan sosial, ia tidak dapat lepas dari lingkungan budayanya. Norma, nilai, peraturan, pranata, bangunan, peralatan sampai kepada pakaian yang melekat pada dirinya, merupakan lingkungan budaya yang mempengaruhi kepribadian individu yang bersangkutan. Selain itu lingkungan lain yang tidak bisa lepas dari pembentukan kepribadiannya adalah lingkungan alam. Udara yang segar, tanah yang subur, air yang melimpah, besar pengaruhnya terhadap kepribadian individu yang menikmatinya. Sebaliknya suhu udara yang tinggi, tanah gersang akan berpengaruh terhadap temperamen, reaksi emosional.  
4.      Perubahan Sosial
       Pada hakikatnya tidak ada yang tidak mengalami perubahan di dunia ini, yang abadi hanyalah Tuhan dan perubahan itu sendiri. Perubahan itu abadi adanya, sampai kapanpun perubahan itu akan tetap terjadi. Kelompok manusia yang berkembang dari waktu ke waktu, baik cepat maupun lambat akan mengalami perubahan. Pertumbuhan demografi, akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan aspek kehidupan manusia lainnya. Pertumbuhan dan pertambahan penduduk akan mendorong pertumbuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang tidak dapat ditinggalkan adalah kebutuhan ekonominya. Dalam memanfaatkan sumberdaya atau lingkungan telah mengalami perubahan, mulai dari cara meramu (simple food gathering) ke bercocok tanam (simple agriculture) sampai ke pertanian dan peternakan (advance agriculture and pastoralism), dan akhirnya sampai mencapai tingkat industry modern (manufacturing industry). Perubahan cara memenuhi kebutuhan tadi sudah pasti diikuti oleh perubahan-perubahan lainnya. Ke dalam perubahan-perubahan tadi termasuk perubahan organisasi, perubahan struktur, perubahan nilai dan norma.
       Kalau perubahan dalam kelompok telah meliputi berbagai aspek (organisasi, struktur, nilai dan norma, kelembagaan) dan telah didukung dan diakui oleh sebagian besar anggota kelompok, maka pada kelompok itu telah terjadi perubahan sosial. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan, perubahan sosial yang dialami masyarakat merupakan hal yang wajar. Kebalikannya, masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggotanya yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya. Interelasi dan interaksi sosial manusia di masyarakat, mendorong perkembangan berfikir dan reaksi emosional para anggotanya. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengadakan berbagai perubahan sesuai dengan suasana tadi. Perkembangan kuantitas dan kualitas anggota masyarakat juga menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial. Dengan demikian perubahan sosial itu terjadi karena adanya dorongan dari dalam dan dari luar kelompok.
1.      Faktor perubahan yang berasal dari dalam kelompok.
Pikiran dan aspirasi manusia sebagai anggota kelompok, selalu berkembang. Perkembangan akal budi dan daya kreasi pribadi yang mendukung suatu kelompok, dapat membawa perubahan dalam kelompok tersebut. Rekaan (invention) dan penemuan (discovery) yang terjadi dalam kelompok baik yang berupa benda dan alat, maupun gagasan, dapat membawa perubahan pandangan dan penilaian terhadap apa yang terdapat dalam kelompok tersebut. Perubahan pandangan penilaian terhadap kelompok sebelum dapat diterima oleh anggota kelompok harus melalui proses yang panjang dan lama. Rekaan dan penemuan sebagai faktor perubahan, baru dapat diakui dan diterapkan dalam kelompok atau masyarakat,kalau telah menjadi inovasi (innovation).
       Terjadinya inovasi sebagai faktor perubahan didukung oleh (a) adanya kesadaran pribadi pendukung kelompok, (b)  adanya kualitas pribadi dalam kelompok yang kreatif, (c) adanya suatu kebiasaan memberi penghargaan atau insentif dari kelompok ke pribadi yang mencapai prestasi atau mendapatkan inovasi untuk perubahan sosial dan kemajuan kelompok, (d) adanya suasana persaingan yang sehat diantara anggota-anggota kelompok untuk mencapai prestasi yang tinggi.  (Sumaatmadja, 2000: 82). Jika keempat gejala diatas hidup subur dalam kelompok, inovasi akan tumbuh subur pula, sehingga perubahan sosial yang merupakan tuntutan dinamika kehidupan manusia dan dorongan pertumbuhan demografi, dapat berjalan lancar dan pesat.
2.      Faktor perubahan yang berasal dari luar kelompok.
      Faktor dari luar kelompok yang besar pengaruhnya terhadap perubahan sosial yaitu akulturasi, asimilasi, dan difusi unsur-unsur kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengansuatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda, sehingga kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Berdasarkan pengertian diatas, akulturasi atau disebut juga kontak kebudayaan merupakan proses pengambilan dan pemberian unsur-unsur kebudayaan tertentu dari dua jenis kebudayaan, sebagai akibat adanya pertemuan kelompok-kelompok yang bersangkutan dalam jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan perubahan sosial.
       Contoh dari perubahan sosial sebagai hasil akulturasi dalam kehidupan ekonomi, misalnya proses produksi pertanian, kerajinan, pertenunan, bukanlah merupakan proses ekonomi Indonesia semata-mata, melainkan merupakan hasil akulturasi yang berasal dari kebudayaan Tiongkok, India. Perubahan proses produksi tadi, diikuti oleh perubahan aspek-aspek lainnya, yang akhirnya lebih meningkatkan kehidupan masyarakat.
       Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi atau pembaharuan unsur kebudayaan dapat terjadi, apabila : (a) kelompok-kelompok manusia yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda bercampur satu sama lain, (b) individu-individu dari berbagai kelompok tadi bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama, (c) akibat dari a dan b, kebudayaan atau setidak-tidaknya unsur-unsur kebudayaan tadi masing-masing berubah saling menyesuaikan diri menjadi satu.
       Proses asimilasi yang nyata dalam kehidupan dapat kita amati pada, gaya bentuk bangunan, corak pakaian, adat kebiasaan, bahasa dan lain-lain. Perpaduan gaya, corak dan bentuk unsur kebudayaan tadi, karena proses asimilasi yang baik, tidak canggung lagi dan dapat dihayati sebagai unsur kebudayaan sendiri. Baik disadari atau tidak disadari proses asimilasi ini akan tetap berlangsung di masyarakat.
5.      Modernisasi
      Menurut Koentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia dewasa ini, berarti bahwa untuk mencapai tingkat  modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang telah mengalami kemajuan. Dalam modernisasi harus ada usaha memasukkan unsur-unsur yang baik berasal dari dunia sekitar tadi. Kemudian unsur baru itu disesuaikan dengan kondisi kita, sehingga menimbulkan pembaruan yang serasi. Suatu kelompok manusia yang hanya mempertahankan apa yang ada pada dirinya, tidak melakukan usaha memasukkan unsur-unsur yang baik dari dunia sekitarnya, tidak akan dapat menyerasikan diri dengan dunia terbuka yang sedang menjalani kemajuan yang pesat. Sebaliknya, kelompok yang hanya menggantungkan diri kepada kemajuan dunia luar dengan tidak memperhatikan kondisi diri sendiri, tidak akan menemukan kepribadiannya, sehingga mudah terombang ambingkan oleh kegoncangan dunia luar. Kelompok yang terakhir ini tidak akan dapat mencapai tingkat modern. Tingkat modernisasi yang baik, yaitu yang dilakukan dengan usaha mengadakan sintesa antara kondisi diri sendiri dengan arus perubahan dan pembaruan yang sedang terjadi di dunia sekitar. Dengan demikian pembaruan itu serasi dengan kepribadian diri sendiri.
       Tingkat modern yang sedang dialami dunia dewasa ini, berkat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Barat. Modernisasi yang dilandasi oleh  kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak hanya bersifat fisik material belaka, melainkan lebih dari itu yaitu dilandasi oleh sikap mental yang mendalam. Manusia yang telah menjalani modernisasi, tercermin dalam mentalnya yang maju, berfikir rasional, berjiwa wiraswasta, berorientasi ke masa depan dan seterusnya.
       Modernisasi bukanlah merupakan proses yang sederhana, melainkan merupakan hal yang pelik, karena merupakan hubungan dan perpaduan berbagai aspek kehidupan. Modernisasi merupakan proses interelasi dan interaksi aspek-aspek kehidupan fisik material dengan kehidupan mental spiritual. Bahkan aspek mental spiritual inilah yang pengaruhnya sangat besar. Selanjutnya dalam proses modernisasi yang mengusahakan perpaduan antara individu yang berlaku sekarang di masyarakat dengan konstelasi kehidupan dunia yang sedang mengalami kemajuan, sudah pasti harus melalui penyesuaian dan penyerasian. Pada proses penyesuaian dan penyerasian ini akan terjadi proses perubahan pranata (institusionalisasi) yang meliputi proses peninjauan kembali pranata yang telah ada (reinstitusionalisasi) dan proses penggantian pranata yang tidak cocok lagi dengan keadaan oleh pranata baru (deinstitusionalisasi).


       Ciri-ciri masyarakat yang telah mengalami modernisasi, diantaranya :
a.       Cara berpikir yang irasional berubah ke arah berpikir rasional, kritis dan praktis.
b.      Perbuatan yang asalnya dianggap suci dan khidmat/ sacral berubah ke arah perbuatan yang lumrah dan biasa.
c.       Proses ekonomi yang asalnya bersifat tertutup dan terbatas, berubah ke arah proses produksi missal melalui perkebunan dan industrialisasi.
d.      Proses pendidikan yang diselenggarakan dalam kelompok (keluarga) berubah ke arah pendidikan missal melalui lembaga-lembaga pendidikan yang menampung murid atau siswa secara missal/ klasikal.
e.       Proses pertukaran kebutuhan in natural, berubah ke arah perdagangan melalui pasar (ekonomi pasar) yang menggunakan alat tukar yang praktis (mata uang, devisa).
f.       Hubungan antar manusia dari bersifat pribadi dan kekeluargaan berubah menjadi individualis dan egois.
g.      Akibat majunya teknologi komunikasi merubah pola dan gaya hidup masa kini.
       Dampak dari modernisasi ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Dampak positif dari modernisasi diantaranya, (1) perubahan tata nilai dan sikap, yaitu adanya modernisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional. (2) berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berfikir lebih maju. (3) tingkat kehidupan yang lebih baik, yaitu dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (4) meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja manusia sebagai akibat bertambahnya  pengetahuan sehingga jarak semakin dekat. (5) meningkatkan produktivitas manusia (6) meningkatnya volume ekspor (7) meluasnya lapangan pekerjaan (8) tersedianya berbagai macam barang konsumsi (9) munculnya profesionalisme dan spesialisasi ketenagakerjaan (10) lancarnya komunikasi dan proses transaksi ekonomi antar Negara maupun antar benua.
       Dampak negatif dari modernisasi diantaranya (1) pola hidup konsumtif, yaitu perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah, sehingga masyarakat mudah tertarik untuk membeli dan menikmati semua barang yang ada. (2) sikap individualistis, yaitu masyarakat telah dan merasa dimudahkan dengan teknologi sehingga mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. (3) gaya hidup kebarat-baratan, (4) kesenjangan sosial, (5) adanya perusakan alam dan pencemaran lingkungan. (6) adanya penurunan kualitas moral manusia (demoralisme) (7) keresahan sosial (8) menurunnya kemandirian dalam menyelesaikan masalah. (9) meningkatnya sikap egois dan materialistis, (10) kenakalan remaja dengan segala bentuknya.    
6.       Masalah Sosial dewasa ini
       Tiga masalah sosial yang kita hadapi sekarang ini meliputi, pertambahan penduduk yang cepat, kerawanan perdamaian dan ketimpangan ekologi.
a.       Pertambahan penduduk yang cepat telah mendorong kegiatan dan kecepatan manusia berusaha menggali sumberdaya alam dan sumberdaya manusia sendiri lebih intensif dari waktu-waktu sebelumnya. Ketidakseimbangan kuantitas dan kualitas pertumbuhan penduduk dengan kuantitas dan kualitas pemenuhan kebutuhan inilah yang menimbulkan masalah besar di dunia dewasa ini. Usaha mengatasinya, tidak lagi merupakan usaha local atau regional melainkan telah menjadi usaha internasional.
b.      Kerawanan perdamaian dapat kita hayati tiap waktu melalui berbagai pemberitaan berkenaan dengan pertikaian atau peperangan antara suatu bangsa dengan bangsa lain yang bertetangga, atau pertikaian antar kelompok bangsa (perang saudara). Pertikaian terbuka maupun terselubung tetap menjadi ancaman bagi perdamaian dunia. Adapun fakt5or penyebab dan akibatnya menyangkut dan melibatkan aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik dan psikologi. Masalah demikian untuk jalan penyelesaiannya memerlukan kesepakatan seluruh kelompok bangsa-bangsa. Jadi diselesaikan dalam forum internasional.
c.       Masalah ketiga yaitu ketimpangan ekologi atau masalah lingkungan. Perusakan lingkungan berupa erosi, pencemaran air, udara, tanah, ketidaksehatan sanitasi dan lain-lain sedang dialami oleh negara-negara berkembang maupun negara maju. Ditinjau secara mikro, masalah ini terjadi pula di daerah pedesaan dan perkotaan. Ketimpangan ekologi telah menjadi masalah serius yang perlu ditangani oleh tenaga dan kekuatan internasional melalui badan-badan internasional. Tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai “Hari Lingkungan Hidup” (World Environment Day).  
David L.Sill dalam bukunya yang berjudul “Some Future for the Social Science” mengemukakan lima (5) masalah besar yang disebut 5P yaitu :
1.      Prasangka (prejudice)
2.      Perdamaian (peace)
3.      Penduduk (population)
4.      Papa miskin (poverty)
5.      Pencemaran (pollution). (Sumaatmadja, 2000: 105).   
Lima masalah besar diatas, merupakan masalah yang meliputi sebagian besar dunia. Prasangka dan perdamaian yang sangat erat satu sama lain, merupakan masalah yang sukar terselesaikan, terutama masalah yang terjadi diantara  2 blok besar dunia, perang dingin, singgungan antara negara-negara Islam di Timur Tengah. Perang dingin ini telah berubah menjadi perang panas. Pergolakan yang mulai meruncing, prasangka politik, pasti akan mengganggu perdamaian dunia.
Dari kelima masalah besar yang dikemukakan Sill diatas, yang paling erat  hubungannya dengan masalah penduduk yaitu masalah papa miskin dan pencemaran. Masalah penduduk merupakan masalah yang paling kompleks. Pertumbuhan penduduk yang cepat, terutama di wilayah-wilayah yang tingkat ekonominya sukar berkembang telah memperluas kemiskinan. Masalah kemiskinan menjadi sangat terbuka. Penduduk yang miskin ini sukar untuk meningkatkan perbuatannya ke arah perbuatan yang lebih ekonomis dan rasional. Bahkan sebaliknya akan memperburuk keadaan, terutama yang menyangkut perlindungan dan pengawetan lingkungan. Ketimpangan ekonomi di wilayah yang miskin dengan pendapatan yang sangat rendah, sukar akan dapat diatasi oleh penduduk setempat. Pencemaran lingkungan di wilayah semacam ini lebih banyak disebabkan oleh pengotoran domistik daripada pengotoran yang berasal dari perindustrian. Sebaliknya di negara maju lebih banyak pengotoran dari sektor industri yang berupa limbah industri.
Kelima masalah besar diatas mendapat perhatian dari kelompok ahli Massachusets Institute Of Technology yang dikenal dengan sebutan MIT Team, yang merupakan keompok Donella H.Meadows dan kawan-kawan, telah menyusun tulisan tentang permasalahan kehidupan di dunia dewasa ini. Dalam bukunya yang berjudul “The Limits To Growth”. Berisi Lima (5) faktor dasar masalah Eksponensial, yaitu : 
1.      Penduduk (population)
2.      Produksi bahan pangan (food production)
3.      Industrialisasi (industrialization)
4.      Pencemaran (pollution)
5.      Konsumsi sumberdaya alam yag tidak dapat diperbaharui (consumption of nonrenewable natural resources). (Sumaatmadja, 2000: 107).
Kelima faktor dasar diatas, dewasa ini sedang tumbuh secara eksponensial (exponential growth). Adapun pengertian pertumbuhan eksponensial adalah pertumbuhan kuantitas atau pertumbuhan kualitas suatu benda atau suatu gejala dari satu tingkat ke tingkat berikutnya dengan kelipatan dua. Contoh : 1 - 2 - 4 - 8 - 16 – 32 - 64 dan seterusnya.
Menurut analisis kelompok MIT Team ini berkesimpulan bahwa dalam jangka waktu 100 tahun mendatang, dunia akan sampai kepada batas-batas pertumbuhannya, sebagai berikut :
1.      Kalau kecenderungan pertumbuhan penduduk dunia, industry, pencemaran, produksi bahan pangan dan konsumsi sumberdayaalam, tidak berubah seperti yang berlangsung sekarang, batas pertumbuhan di planet bumi ini akan tercapai dalam jangka 100 tahun mendatang. Akibatnya yang sangat mungkin terjadi yaitu keadaan buruk yang tiba-tiba dan tidak terkontrol akan dialami oleh penduduk dan kemampuan industri.
2.      Suatu kemungkinan, yaitu mengubah kecenderungan pertumbuhan, menentukan kondisi ekologi, stabilisasi ekonomi yang menunjang ke masa depan, sehingga keseimbangan global dapat dipolakan agar kebutuhan materi dasar tiap orang dapat mencukupi, dan tiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk merealisasikan potensi kemanusiaannya masing-masing.
3.      Kalau warga dunia memutuskan untuk berusaha keras melaksanakan pada poin 2, maka akan didapat keberhasilan besar.
Kembali kepada sistem masalah yang terjadi dewasa ini, secara terperinci sistem masalah sosial yang berhubungan dengan kependudukan, berinterelasi dengan masalah-masalah kemiskinan, kebodohan, pengangguran, kelaparan, tingkat gizi yang rendah, tingkat kesehatan yang buruk dan lain-lain. Tiap masalah yang tadi jika ditinjau sebagai suatu sistem, terdiri dari komponen-konponn berbagai aspek kehidupan. Sebagai contoh, masalah kemiskinan akan menyangkut masalah sosiologi (hubungan antar manusia), aspek geografi (ruang, kesuburan tanah, sumberdaya), aspek politik (pemerintahan, kenegaraan), aspek hukum (norma sosial, peraturan, perundang-undangan), aspek budaya (adat istiadat, tradisi, tingkat teknologi), aspek ekonomi (lapangan kerja, sumberdaya, modal), aspek psikologi (sikap mental, tingkah laku, kepribadian), aspek pendidikan (kebodohan, pengetahuan) dan seterusnya. Demikian seterusnya, jadi setiap masalah memiliki kaitan yang erat satu sama lain.      
D. Latihan/ Penilaian
  1. Jelaskan hakikat manusia sebagai individu dan mahluk sosial!
  2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, serta kaitannya dengan keseimbangan ekologi!
  3. Bagaimana sikap anda jika melihat tetangga atau teman yang membuang sampah sembarangan? Apa yang anda lakukan?
  4. Jelaskan modernisasi menurut pendapat Koentjaraningrat!
  5. Sebagai mahasiswa dan kaum muda yang memiliki kepribadian nasional, budaya yang multikultur. Sikap mental pembangunan seperti apa yang harus anda miliki dan dikembangkan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar